BAB 2 : KENAPA?

3.5K 218 37
                                    

"Tingkah lakumu dan semua tentang dirimu, tanpa sadar sudah menarik hatiku."

My playlist now : SMASH - Fenomena

Kau...
Satu fenomena
Hilang gelisah bila kau ada

🌜🌜🌜🌜🌜

"Bawa buku yang kemarin gue bagiin 'kan?" ucap Kak Adam dengan suara tegas.

"Bawa kak," teriak kelompok yang dipimpin Adam dengan kompak.

"Bagus, karena kegiatan kita hari ini adalah minta tanda tangan para senior. Dan sebelum kalian sibuk mencari senior yang sudah sembunyi saat datang tadi pagi. Buku kalian gue tanda tanganin dulu, biar kalian gak repot ngejar gue kayak doi kalian yang susah buat digapai, haha."

Mendengar ucapan penuh canda dari Kak Adam mau tak mau membuat mereka semua tersenyum. Karena bagi mereka, memiliki Kak Adam selaku senior yang penuh dengan canda adalah hal yang menyenangkan.

" Oke, selesai. kalau gitu, selamat mencari senior. Semoga hari ini kalian dapat tanda tangan Presiden BEM. Good Luck. Kalau gitu barisan gue bubarkan. Semangat cari seniornya."

"Siap, Kak."

Semuanya membubarkan diri saat mendengar perintah Kak Adam. Mereka hanya berharap, ketika kaki melangkah, suatu keberuntungan yang mereka dapat tanpa susah payah.

🌜🌜🌜🌜🌜

Siang ini matahari semakin terik. Walau begitu, tak sedikitpun melunturkan semangat mahasiswa baru yang mengikuti ospek. Sudah duapuluh lima menit yang lalu mereka berpencar untuk menemukan senior yang entah kenapa keberadaan mereka seolah hilang di muka bumi ini.

Kemarin saja masih banyak senior yang berkeliaran saat mereka tak memerlukannya seperti sekarang. Tapi saat ini? Kampusnya terasa hampa karena senior yang sengaja bersembunyi agar mereka yang disebut mahasiswa baru, berusaha sedikit lebih keras menemukan mereka.

'Udah kayak doi aja nih senior, minta dikejar sama juniornya. Gak tau apa! ngejar tanpa kepastian kayak gini gak enak,' pikir Reksa

Reksa menatap sekeliling dengan bingung. Mencari presiden BEM yang telah ia ketahui bernama Kak Aileendra Meshach Pradipto, sangat menyusahkan.

Bukan Presiden BEM saja yang sulit ditemukan, bahkan senior yang lain juga. Walau dengan keadaan seperti ini, Reksa sudah mendapatkan beberapa tanda tangan dari senior yang ia temukan dibeberapa tempat yang tak sengaja ia kunjungi.

Dengan membawa buku yang berjilid warna hijau, Reksa membawa kakinya untuk mengelilingi kampus di bagian selatan.

Dihari kedua seperti ini, semua MABA diperintahkan untuk mengumpulkan tanda tangan senior sampai 5 hari kedepan.

Mengacak rambut frustasi, Reksa mendengkus. "Ini Kak Aileen, sembunyi di mana sih! jangan-jangan tuh senior pulang ke rumah lagi!"

Walaupun sudah memaki seniornya sedemikian rupa, Reksa tetap melanjutkan langkahnya. Udara sejuk menerpa wajahnya yang gerah, salah satu alasan ia menyukai kampus ini adalah karena masih banyak pohon dan tumbuhan lain yang tumbuh dengan rindangnya, menjadikan suasana kampus menjadi asri. Sejenak, Reksa lupa akan tujuan pertamanya. Ia malah lebih tertarik untuk berkeliling daripada mencari Kak Aileen yang tak bisa ia temukan. Ibarat kata, sekarang ia seperti mencari sebiji jarum ditumpukan jerami.

Reksa mengarahkan kakinya untuk pergi ke taman yang entah dekat dengan fakultas apa. Di sini, ia benar-benar buta arah. Disaat seperti inilah, ia sangat mengharapkan kehadiran Rigel dan Oberon.

Reksa merutuki kecerobohannya yang meninggalkan temannya karena hanya melihat MABA berkumpul heboh yang ternyata meminta tanda tangan Kak Adam yang sudah ia miliki.

Matanya menyipit saat memandang objek yang begitu familier. Cewek dengan rambut panjang berwarna hitam dengan baju putih di bawah pohon beringin, membuatnya penasaran dan merinding disaat bersamaan.

"Ah, masa iya Tante Kunti pakai celana jin sih," ucap Reksa yang menepuk jidatnya.

Reksa semakin menyipitkan matanya, saat cewek yang ia duga sebagai Tante Kunti membenarkan rambut yang menghalangi wajahnya. Barulah Reksa tahu, sosok itu adalah cewek yang ketumpahan jus kemarin siang.

Reksa mengembangkan senyumnya, jika dilihat seperti ini. Seniornya itu ternyata begitu manis. Apalagi angin yang menerpa rambutnya, menambah kadar kecantikannya saja.

Reksa membiarkan keinginan hatinya untuk mendekati cewek yang fokus dengan buku bacaannya.

Baru tiga kali melangkah, Reksa sudah melihat Kak Aileen yang lebih dulu mendekati cewek yang ingin ia sapa.

"Tuh senior pas gak dicari malah muncul," maki Reksa pelan.

Samar - samar, Reksa mendengar Kak Aileen meminta maaf setelah cewek dengan baju putih itu berdiri.

Reksa baru menyadari, cewek yang terlibat kesialan yang kesekian darinya, membuat Reksa tak mau berhenti memandangnya. Entah karena apa, seperti ada magnet yang terpasang di cewek berwajah manis itu.

Keduanya seniornya terlibat obrolan yang serius, tapi sikap cewek itu yang mengobrol dengan Presiden BEM cenderung tidak nyaman. Malah tangannya saling meremas satu sama lain. Reksa juga melihat, keringat muncul dari wajah cewek berambut hitam itu.

"Lah, tuh cewek kenapa? Gugup?" gumam Reksa yang bertanya pada dirinya sendiri.

Reksa juga melihat cewek itu dengan cepat menangkis tangan Presiden BEM yang akan menyapu keringat yang membasahi wajah manisnya yang berdiri dengan gelisah. Tapi cewek itu kembali membuka suaranya saat Kak Aileen memaksa meminta jawaban, yang sama sekali tak dimengerti oleh Reksa.

"Gue sudah maafin lo, tapi untuk pertanyaan lo kemarin. Gue minta maaf, gue gak bisa Ail."

Reksa baru akan berkomentar lagi tentang dua seniornya, tapi bibirnya bungkam saat melihat cewek itu berlari meninggalkan Presiden BEM yang belum selesai mengucapkan kalimat yang sudah tak lagi Reksa dengar.

Melihat Kak Aileen yang tersenyum paksa melihat cewek bersamanya pergi, membuat Reksa mengerti. Kaka seniornya sedang patah hati. Karena ia juga pernah berada diposisi seperti saat ini. Dan melihat semua sikap Kak Aileen sudah seperti dirinya waktu dulu.

Keinginannya lebih bekerja cepat, Reksa ingin mengejar cewek yang sudah pergi dari hadapan Kak Aileen. Tapi keinginannya kembali ia urungkan saat seseorang menepuk bahunya dan menyebut namanya.

"Mau ke mana Rek?" tanya Rigel yang mencegah Reksa yang akan berlari.

Oberon di sampingnya berseru heboh sambil menepuk tangan Rigel dengan cukup keras. "Eh! Eh! Itu Kak Aileen! Yuk, kita minta tanda tangan."

"Gue tau kali Ron, tapi bisa gak mukul gue 'kan? Sakit tau gak!" omel Rigel yang dibalas cengiran oleh Oberon.

"Hehe. Maaf. Yuk, ke sana, sebelum Kak Aileen kabur lagi," ujar Oberon sambil menarik tangan Reksa dan Rigel.

Sekali lagi, Reksa menghela napas. Ia kembali mengurungkan niatnya. Lebih baik ia menuruti keinginan temannya ini.

🌜🌜🌜🌜🌜

Hayho ini dia bab kedua. Baru bisa up setelah kesibukan yang menyita waktu /tak /soksibuk /tikelmati.

Gak banyak cuap - cuap. Semoga betah💕 nantikan bab selanjutnya. Sampai jumpa besok. ❤

Binuang, Kalimantan Selatan
Kamis, 02 Agustus 2018
Salam cinta💕
tasyaauliah_

When I Meet You (Completed) #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang