BAB 16 : KELU

1.2K 85 1
                                    

"Memaksa dan menuruti permintaanmu, sama saja seperti mengubur harapanku."

🌜🌜🌜🌜🌜

Pagi-pagi buta sesudah ayam berkokok, Reksa sudah berkutat dengan buku di hadapannya. Hari ini, akan ada tes yang akan diadakan pada kelas pagi.

Membaca sambil menghapal sudah Reksa lakukan 15 menit yang lalu. Pikirannya kadang-kadang melayang pada Anta. Tapi secepatnya Reksa mengenyahkan pikiran itu demi kebaikannya pada tes nanti.

Bukannya Reksa tak mau memikirkan cewek manis itu, tapi tes ini lebih penting daripada memikirkan Anta saat ini. Apalagi mungkin Reksa akan bertemu gadis itu siang nanti.

Alarm yang sudah Reksa setel berbunyi kala jam menunjukkan pukul 06.45, segera Reksa bergegas mengambil handuk dan menyelesaikan ritual wajib setiap pagi.

Memakai baju yang telah ia siapkan subuh tadi. Reksa telah siap dengan segala pakaian rapi yang dikenakan. Tas dan beberapa buku untuk kuliah hari ini pun sudah ia siapkan. Langsung saja, Reksa melangkah ke depan rumah sambil membawa tas untuk memasang sepatu hitam putih bertalinya.

🌜🌜🌜🌜🌜

"Huh. Alhamdulillah."

Reksa berucap lega karena saat tes ia menjawab dengan baik. Walaupun keraguan kadang muncul, tapi yang patut disyukuri, Reksa mampu menyelesaikan semua soal yang diberikan.

Reksa melangkah ringan menuruni tangga, bibirnya menyenandungkan nada lagu yang sangat ia sukai akhir-akhir ini. Langkahnya semakin cepat saat matanya menangkap sosok cewek yang menjadi alasannya bersemangat. Terkesan kekanakan memang, tapi hatinya selalu berdebar senang hanya dengan melihat sosok itu dari jauh.

Tanpa meminta izin, Reksa duduk di sebelah Anta yang sedang sibuk menulis sesuatu yang Reksa tak mengerti. Anta menyimpan pena dan buku catatannya saat ia sudah selesai menulis. Tak baik juga membiarkan Reksa yang hanya diam dan memperhatikannya.

Reksa tersenyum pada Anta. "Kantin yuk?"

Anta menggeleng pelan. Reksa diam menatap Anta yang terlihat santai dan sudah tak sekaku dulu.

"Kantin aja yuk. Denger-denger ada bakso spesial hari ini," ajak Reksa yang tak menyerah.

Anta lagi-lagi menggeleng, bedanya ia tersenyum tipis melihat Reksa yang berpikir kembali agar ia bisa ikut ke kantin bersama cowok itu.

"Gue gak ada niatan ke kantin."

"Kenapa?" tanya Reksa yang menatap Anta penuh selidik.

Anta menghembuskan napas. "Gue tahu, lo pasti tahu jawabannya."

"Sekali ini aja ya," ajak Reksa lagi dan lagi-lagi dibalas gelengan oleh Anta.

"Gue bawa bekal," ucap Anta akhirnya yang membuat Reksa diam tak mampu mencari alasan lagi.

Lagi-lagi, pikiran Reksa dipenuhi ide hari ini. Ia tak pantang untuk di tolak Anta. "Temenin gue deh, lo pasti bawa bekal satu. Terus minumnya lupa."

Mendengar ajakan Reksa yang tak hentinya membuat Anta merasa senang sekaligus geli. Ia tak pernah memiliki seseorang yang peduli padanya seperti ini. Orang lain hanya bertanya sekali lalu meninggalkan. Tak seperti Reksa yang tak hentinya mengajak dirinya.

Anta tersenyum sampai matanya menyipit. Senyum yang sangat jarang ia perlihatkan. Anta tahu Reksa akan bungkam. Tangannya beralih pada paper bag yang berisi dua kotak makan dan dua botol air minum berukuran tanggung.

"Tante Elara nitipin bekal makan siang buat lo," jawab Anta yang melihat raut kebingungan yang ditunjukkan oleh Reksa. Reksa mengangguk paham dan tersenyum saat pikirannya memikirkan ini adalah kencan tak langsung bersama Anta.

"Gak niatan ke kantin gitu, Nta?" tanya Reksa yang membuka tutup kotak makannya.

Jawaban yang sama kembali didapatkan oleh Reksa. "Enggak."

"Lain kali, ikut gue ke kantin ya? Sekali aja," pinta Reksa sebelum suapan pertamanya masuk ke mulut. Di sebelahnya, Anta berpikir dengan mengaduk makanannya.

"Oke," jawab Anta diam setelah Reksa kira cewek itu tak mau membalas pertanyaannya yang terakhir ia keluarkan.

Reksa menyuapkan makanannya dengan perasaan riang, ia tak sabar menunggu kesempatan itu datang. Di sebelahnya, Anta diam memikirkan kosekuensi atas jawaban yang ia berikan pada Reksa yang ia yakin sedang bahagia.

🌜🌜🌜🌜🌜

"Gue langsung balik ya. Gue titip salam aja sama Tante Elara."

Anta mengangguk atas jawaban tawaran yang ia tawarkan pada Reksa setelah turun dari taksi yang mengantarnya pulang dengan Reksa yang sudah masuk kembali ke dalam taksi, setelah kalimat yang diucapkan Reksa mendapat anggukan dari Anta.

Reksa melambaikan tangannya saat taksi yang dipesannya meninggalkan pekarangan rumah Anta.

Langkah kaki Reksa melangkah masuk ke dalam kafe setelah membayar taksi yang telah mengantarnya. Sampai di belakang panggung. Reksa bertemu dengan Rigel yang selalu datang lebih awal dari anggota band yang lain.

"Udah lama, Gel?" tanya Reksa yang membuat Rigel menghentikan kegiatan bermain game di ponselnya.

"Baru aja kok."

Rigel kembali keaktivitas semula dan Reksa memainkan ponselnya dengan senyum terkembang.

Anta Casilda
Lo anak band?

Reksa
Iya, makanya lain kali dateng ya pas gue manggung. Gak ada alasan pokoknya, lo harus lihat.

Anta
Iya

Reksa tak berhenti untuk tersenyum. Jemarinya dengan lincah menari diatas layar ponsel untuk berbalas pesan dengan Anta. Rasanya sangat disayangkan jika chat harus berhenti tanpa ada percakapan lain. Karena Reksa ingin menghabiskan banyak waktu, walaupun hanya chat via whatsApp.

Reksa menyimpan ponselnya saat seluruh anggota band berkumpul dengan lengkap. Bagaimana pun, semuanya sangat menghargai solidaritas. Makanya saat mereka sudah berkumpul. Mereka semua akan berbincang seru dan membincangkan lagu apa yang akan mereka aransemen dan tampilkan saat manggung di lain waktu.

Semuanya berdoa saat nama band mereka dipanggil untuk mengisi acara di kafe sore itu. Semuanya melangkah masuk dengan perasaan sedikit berdebar. Biar pun sering manggung, gugup tetap saja melanda mereka.

Reksa menghela napas lega saat penampilan pertama mereka berjalan lancar seperti biasanya.

Duduk di tempat semula. Reksa merogoh ponsel di dalam tas hitamnya. Sedari tadi, ponselnya selalu berbunyi tanda beberapa chat masuk.

Reksa menekan tombol sebelah kanan samping ponsel. Tangannya dengan lincah memasukkan kata sandi yang sudah dihapalnya di luar kepala.

Reksa kembali tertegun kala mendapati pesan teratas dari papanya. Matanya menatap sebaris kalimat yang membuatnya siap kapan pun jika hal itu terjadi.

Papa
Kamu pulang sendiri! Atau dijemput paksa sama bodyguard?!

Reksa tersentak kaget saat Oberon menepuk bahunya dan memanggilnya untuk bergabung dengan yang lainnya untuk sedikit latihan dengan lagu yang akan ditampilkan kedua kalinya. Reksa hanya mengangguk paham dan mulai mengikuti ajakan Oberon. Pikirannya kembali memikirkan pesan dari papanya setelah mereka selesai berdoa dan band mereka akan tampil 5 menit lagi.

Reksa menggeleng. Yang penting sekarang ia harus menampilkan yang terbaik. Urusan papa, biar saja ia pikirkan nanti setelah pulang manggung nanti.

🌜🌜🌜🌜🌜

Gak banyak kata sih ya, baca terus WIMY ya. Hari ini aku fokus bayar hutang numpuk yang harusnya sekarang bab 27 😅

Thanks for read and voment 💕

Binuang,Kalimantan Selatan.
Senin, 27 Agustus 2018
Salam rindu 💕
tasyaauliah_

When I Meet You (Completed) #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang