3. Kesialan

4.8K 343 9
                                    

Hantu itu bukannya pergi malah semakin mendekat. Dan terlihat dari wajahnya jika ia sekarang sangat marah. Tanpa pikir panjang Leo langsung menarik lengan Galang dan berlari keluar kelas. Mereka melewati koridor dan menaiki tangga. Leo tak tau akan menuju kemana yang penting hantu itu tidak mengejar lagi. Namun dugaan Leo salah. Hantu itu masih terus mengejar dan semakin cepat.

Dan setelah menaiki tangga diatas sana terdapat sebuah pintu. Tanpa pikir panjang Leo langsung membuka pintu itu dan masuk. Ternyata Leo berada di atap. Leo melirik sekilas kebelakang, sepertinya hantu itu tidak mengejar lagi tapi ia juga tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Sekarang  yang terpenting bagaimana agar hantu itu tidak mengejar lagi.

"Lo tuh, apa-apaan sih! Main tarik-tarik aja lu kira gue kambing apa! Mau lo apa sih?" kesal Galang.

Leo hanya diam menunduk. Ia tak bisa berikan alasannya kalaupun ia berikan alasannya Galang tak akan percaya.

Mata Leo terbelak. Tidak jangan lagi, kumohon. Hantu itu ternyata masih mengejar, dia kini berdiri tidak lebih tepatnya melayang di depan pintu. Ia sangat-sangat marah sekarang.

Apa yang harus ia lakukan. Tuhan bantu aku,  aku bingung apa yang harus kulakukan. Leo masih berpikir tapi hantu itu langsung melayang kearah Galang dengan cepat. Leo yang melihatnya langsung mendorong Galan kesamping. Ia terjatuh tapi tidak terluka. Sebagai gantinya Leo terkena serangan hantu itu. Leo terpental hingga tubuhnya menabrak pagar pembatas atap, sakit tentu saja tapi ia tidak boleh menyerah.

"Aaaaaaaaaaaa" itu suara Galang. Leo  berlari kearahnya. Hantu itu sepertinya menampakan diri di depan Galang. Leo langsung mendorong hantu itu, ia terpental namun tidak jauh. Bagaimana sekarang Leo bingung. Tubuhnya mulai melemas tenaganya terkuras banyak.

Ah, leo ingat akan sesuatu. Ia langsung saja mengarahkan kalung liontinnya kearah hantu itu dan cahaya hijau terang mulai keluar dari liontin. Secara perlahan hantu itu mulai ikut tersodot kedalam liontin, hingga akhirnya tersedot seluruhnya. Leo berhasil! Ia telah menyelamatkan kakaknya.

Saat leo hendak berbalik tubuhnya tak kuat menahan.

Brukkk.

Leo terjatuh, ia pingsan lebih tepatnya. Tapi sesaat sebelum kehilangan kesadaran leo melihat Galang menggendongku wajahnya terlihat begitu khawatir Leo tersenyum melihatnya.

🍀🍀🍀

Kukerjap-kerjapkan mataku. Sebuah cahaya silau mengusikku. Setelah pandanganku jelas, Leo memperhatikan ruangan ini, ini jelas bukan kamarnya. Ruangan ini serba putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat. Dan itu membuat Leo mual.

KREET.

Suara pintu terbuka Leo menenggok kesamping melihat siapa yang datang tapi karna cahaya matahari yang menyilaukan ia tidak terlalu melihatnya dengan jelas.

"Lo, udah sadar? Gimana perasaan, loada yang sakit??" tanya sesorang yang  tak lain adalah Galang. Leo membalasnya dengan senyuman.

"Aku tidak apa - apa terimakasih kakak sudah menolong Leo." kata Leo dengan tersenyum.

"Gu- gue takut,  tadi Lo benar-benar ngelakuin itu semua? Pliss, gue nggak mau ngelihat hal begituan lagi." kata Galang dengan suara bergetar. Leo tersenyum tak percaya. Apakah ini mimpi?  Jika iya tolong jangan bangunkan ia. Leo ingin  tetap seperti ini.

"Leo nggak apa - apa kakak tenang aja, aku bisa menjaga diriku lebih baik sekarang kakak kembali, bukankah kakak ketua pelaksana? Kakak tidak bisa menyampingkan tanggung jawab kakak, lagipula Leo juga harus kembali untuk mengikuti kegiatan." kata Leo sembari tersenyum mengatakan seolah semua baik-baik saja.

"Nggak, Lo  masih lemah. Lo nggak boleh ikut kegiatan mpls hari ini. Ini perintah. Lo taukan kalo gue gak suka dibantah?" kata Galang dengan tegas. Leo tersenyum senang. Ini yang ia harapkan. Kakaknya perhatian.

"Baiklah jadi aku harus diam di sini dan beristirahat? " tanya leo.

"Nggak! Pokoknya Lo  ga boleh disini. Nanti tu Tante malah gentayangan high, serem gue. Lo ikut gue ke ruang osis nanti disana bakal ada yang jaga. Gue mau ke ruangan Lo dulu, ngambil barang. Lobisakan ke ruang osis sendiri? Bilang saja disuruh Galang gitu." kata Galang dengan panjang lebar, hah, aku hanya bisa pasrah. Tapi Leo senang.

Kyaaaaaaaa. Sebuah teriakan terdengar disamping uks sontak Leo dan Galang langsung berlari keluar. Dan disana berdiri 2 orang cewek. Tapi ada  yang aneh dengan cewek  satunya sepertinya dia seperti tengah kerasukan.

"Ada apa ini?" tanya Galang.

"Aku tidak tau, tadi saat keluar dari toilet temanku tiba-tiba pingasan dan saat ia sadar seperti yang kamu lihat." histeris tentu saja.

Tidak. Jangan lagi. Ia benar-benar kerasukan. Ia mulai berjalan dengan kepala ditundukan dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya matanya merah. Tidak. Tidak. Kumohon, jangan lagi.

Kini cewek itu hanya tinggal beberapa langkah dihadapanku. Aku takut. Ia mulai mengarahkan tangan nya pada leherku berniat mencekik. Tidak.
Leo tak tau harus apa.

TBC....

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang