Pagi ini terlihat lebih berwarna, Leo yang semalam tidur dengan Langit pun tampak lebih segar.
"Pagi abangg." teriak Leo begitu sampai di ruang makan, rambutnya masih basah, ia hanya memakai kaos pendek putih dan celana pendek santai.
"Pagi bayi besar." sapa semuanya.
"Anak ayah udah wangi aja." kata Maulana.
Yap. Maulana ayah Leo, Sekarang sudah kembali seperti dulu. Semenjak tak sengaja ia bertemu dengan Anisa yang sedang bermesraan dengan seorang pria yang ternyata suami sahnya dan belum berstatus cerai.
Maulana saat itu sangat marah. Dan langsung meminta maaf pada Leo dan semua anak-anaknya. Dan mereka memaafkannya. Mereka anggap itu cobaan dan akan mereka jadikan pelajaran untuk kedepannya.
"Iya dong, Yah." kata leo bangga.
Mereka semua termasuk Deon, memakan sarapan dengan tenang. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan yang tersaji, selain karna enak mereka juga lelah.
"Yahh," kata Leo setelah mereka semua membereskan makanan mereka dan kini sedang bersantai di ruang keluarga.
"Hmm, apa sayang?" Tanya Maulana yang tau putranya itu sedang menginginkan sesuatu.
"Leo mau lego baru yah." kata leo dengan mata berbinar sekaligus memohon. Memang, Leo suka sekali dengan lego. Tak jarang ia harus menabung demi mendapatkan Lego yang dia inginkan. Meskipun dia orang kaya bukan berarti ia bisa boros.
"Yaudah ayok, Abang juga siap-siap kita pergi ke mall." Mereka hanya saling pandang dan langsung bergegas berganti pakaian. Leo sendiri masih asik mengemil keripik buatan mba Ayu.
"Adek nga ganti baju?" Tanya Angkasa yang melihat adiknya masih dengan pakaian santai nya itu.
"Ngak ah kak, lagian kan cuman beli Lego bukan mau konser." kata leo sembari memanyunkan bibirnya. Yang lain hanya terdiam menahan hasrat untuk tidak mencubit.
"Ayah ayokk." leo menarik narik tangan Maulana memintanya untuk segera bergegas.
"Yaudah iya."
Mereka semua langsung menuju mobil dan di bagi dua. Mobil pertama ada Maulana, Leo Galang dan langit. Sedangkan mobil kedua ada angkasa, Sam dan Deon. Lagi-lagi Deon terseret dalam urusan keluarga Maulana.
Tak butuh waktu lama, hanya setengah jam saja mereka sudah sampai. Langsung saja Leo membuka pintu dan berlari masuk. Kalau bukan karena Galang memegang kupluk jaketnya pasti Leo sudah tenggelam di ratusan orang yang sedang berbelanja heboh di mall.
"Adek, sabar dulu Napa." kata Galang sambil mengelus dada. Maulana hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak bungsunya itu.
"Ayah..." Adu Leo ke Maulana.
"Yaudah kamu bebas milih apa saja, tapi inget cuman 2 jam aja." kata maulana. Leo mengarahkan tangannya, Maulana menaikan alisnya seolah berkata 'apa'.
"Ihh, Aya lemot. Uangnya mana ?" Kata leo dengan nada kesal.
Maulana hanya tertawa.
"Nga usah bilang aja disuruh ayah, "sambung Maulana.Setelah itu leo pergi langsung berlari. Langit mengejarnya. Dan yang lainya menuju restoran terdekat.
☘️☘️☘️
Mata leo berbinar ketika melihat satu rak bahkan puluhan rak berisi bermacam-macam Lego. Leo langsung berjalan ke sana sini mengambil beberapa Lego yang Leo inginkan.
"Dek, Abang ke toilet dulu yah. Udh ga tahan." kata langit tiba-tiba. Leo hanya berdehem lalu melanjutkan belanjanya.
Setelah menemukan beberapa Lego yang leo incar. Ia membawanya ke kasir untuk di bungkus.
"Semuanya jadi 890." kata seorang kasir laki-laki.
Leo mengambil barangnya. Lalu pergi. Baru saja berapa langkah pegawai kasir itu sudah menghentikan nya.
"Tunggu de, Ade belum bayar." kata pegawai kasir itu.
"Kata ayah saya, saya gak perlu bayar." kata Leo dengan polosnya.
"Ngak bisa gitu de. Ade kan beli jadi Ade harus bayar."
Dan pertengkaran kata itu berlanjut. Sampai akhirnya langit datang, melihat adiknya yang hampir menangis tentu saja ia marah.
"Ada apa ini?" Tanya langit.
"Maaf tuan, anak ini belum membayar." jelas pegawai itu.
"Biarkan saja." kata langit santai
"Tapi tuan,.." kata pegawai itu. Mungkin ia pegawai baru.
"Saya ingin bertemu dengan pemilik toko ini." kata Langit. Pegawai itu terlihat bingung namun tetap mengikuti apa yang langit minta.
Tak berapa lama datang seorang lelaki paruh baya. Lelaki itu melihat langit datang ke tokonya terkejut, tapi ia sadar dan langsung menjabat tangannya.
"Ada apa tuan muda repot-repot datang ke toko saya." tanya pemilik toko itu.
"Saya tidak ingin berbasa basi, saya hanya ingin ketegasan bapak ke pegawai-pegawai bapak. Tolong bilang untuk memberikan apa saja yang anak ini minta." Jelas langit sambil memeluk leo. Setelahnya membawa Leo pergi.
Pemilik toko itu langsung memarahi pegawai barunya.
"Saya ingatkan, dia itu anak pemilik mal ini, jika sampai kejadian ini terulang. Bukan hanya kamu yang dapat masalah tapi saya dan keluarga kamu tidak akan bisa tidur dengan nyenyak. Camkan itu." jelas si pemilik itu.
Pegawai itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Kalau saja tadi ia salah langkah keluarga nya bisa dalam bahaya.
☘️☘️☘️
Langit membawa leo ke restoran tempat ayah dan yang lain berkumpul.
Leo datang dan langsung menggebrak meja dengan wajah kusut. Dan memajukan bibirnya. Yang melihatnya hanya bisa terdiam bingung dan geleng-geleng.
☘️☘️☘️
Keluarga itu masih menikmati makanannya, lebih tepatnya menatap si bungsu kecil yang makan dengan lahap.
Leo baru saja menyelesaikan makannya. Lalu ia menatap ke arah beberapa pasang mata yang melihatnya dengan gemas. Leo bangkit dari duduknya lalu berlalu.
"Sayang kamu mau kemana ?" Teriak Maulana yang melihat leo berlalu.
"Toilet" balas leo tak kalah teriak, seolah tak peduli dengan tatapan heran pengunjung restoran.
Maulana hanya menghelang nafas, sedangkan yang lain geleng-geleng kepala.
☘️.☘️
"Hash, lega juga." ucap Leo sembari mencuci tangannya. Lalu ia menatap ke arah kaca. Ada sesuatu yang aneh. Lantai tempat ia berpijak bergetar. Riak air di wastafel bergerak-gerak. Kaca di depannya mengeluarkan suara. Debu-debu kecil mulai berjatuhan. Leo berjalan mundur hingga ke pojok lalu berjongkok di sana.
"Ayahhhhh, hiks..hiks.." teriak Leo sembari menangis.
☘️☘️☘️
TBC.Arigatoooo ><
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO
Teen FictionHai, selamat datang di kehidupan Leo. Kehidupan yang ringan dan santai. Sediakan secangkir kopi atau teh untuk menemani mu membaca kisah ini