12. Berubah

1.8K 158 6
                                    

Leo masih setia menunggu, sesekali kepalanya menengok ke kanan siapa tau ada bis atau angkot yang lewat. Namun nihil, tidak ada yang lewat kecuali mobil pribadi.

Perut leo perih, tangannya ia gunakan untuk meremat perutnya hingga baju seragamnya kusut. Kepalanya pusing, napasnya tersendat, keringat dingin meluncur begitu saja. Ringisan kecil sesekali terdengar dari bibir mungilnya. Leo sudah tidak kuat.

.......................

Angkasa sedang menyusuri jalanan kota, jam sudah menunjukan pukul 21.00. Udara juga sudah semakin dingin. Adiknya itu punya maag dan dia tidak terbiasa hawa dingin.

"Ya allah Leo kamu dimana sih de?"

Angkasa sudah hampir frustrasi,  semua tempat yang mungkin leo datangi sudah ia kunjungi. Ah, mungkin halte jawaban yang tepat.

Angkasa lalu memutar arah menuju halte dekat sekolah Leo siapa tau adiknya itu tengah menunggu bis. Angkasa sudah di depan halte, ia memicingkan mata ketika tak sengaja melihat anak yang terlihat seumuran Leo. Tengah duduk di pojokan dengan tangan yang memeluk erat perutnya.

Angkasa turun dari mobil, ia mencoba mendekatinya. Belum juga Angkasa sampai ia sudah lari, itu Leo adiknya. Langsung saja Angkasa menyerbu ke arahnya, belum sempat Angkasa memanggil namanya Leo sudah jatuh ke depan, dengan sigap Angkasa menangkap tubuh Leo sebelum tubuh itu menyentuh lantai.

Keduanya masih terduduk di lantai halte yang basah, Angkasa memeluk Leo, wajahnya menyiratkan kepanikan. Bagaimana angkasanya tidak panik, sekarang di depannya Leo adiknya dengan wajah pucat, badan nya panas, napasnya terputus-putus. Angkasa masih terdiam disaat seperti ini ia malah menjadi orang bego. Hingga suara lirih itu menyadarkannya.

"Ba..anghh."

"Ya Allah Leo, bertahan ya de! Abang mohon!" kata Angkasa dengan panik dan air mata yang sudah banjir. Angkasa lalu menggendong Leo dan menidurkannya di kursi belakang.

Angkasa mulai menyetir sesekali matanya melihat ke belakang dimana adiknya itu tengah tertidur. Angkasa mengendarai mobilnya dengan ugal ugalan ia tak peduli dengan tilang menilang dia juga tidak peduli berurusan dengan siapa nantinya.

Tak butuh waktu lama akhirnya angkasa tiba di rumah. Langsung saja ia menggendong Leo dan membawanya masuk, tapi tidak langsung di bawa ke kamar Leo karena tadi angkasa tidak sengaja melihat Sam dan yang lainnya sedang berkumpul di ruang tengah. Kedatangan Angkasa yang menggendong leo membuat tanda tanya bagi mereka, begitu Angkasa menidurkan Leo di sofa, mereka terkejut. Dengan sigap Sam memeriksanya. Semuanya kalut, Leo semakin pucat, ia terus menggigil.

"Gal, ambil air hangat. Lang, siapin baju ganti buat Leo. Bang tolong bawa Leo ke kamar aku mau ambil peralatan dulu" tanpa di perintah dua kali mereka semua menuruti apa yang Sam perintahkan.

Leo terbangun esok harinya, badannya masih terasa lemas seperti tak bertulang. Kepalanya pusing. Leo mencoba membuka matanya, menyesuaikannya dengan cahaya yang masuk. Sesekali mengerjap mengumpulkan nyawa.

Leo merasa ada yang aneh, ia tidak menemukan seorang pun di kamarnya. Tidak adakah yang menjaga dirinya, yang Leo ingat terakhir kali adalah saat di halte dan angkasa yang memeluknya setelah itu ia tak ingat.

Leo mencoba bangkit dari tidurnya. Nyutt. Kepalanya pusing semua seperti berputar Leo memejamkan mata sesaat berusaha menyesuaikan. Lalu berjalan sempoyongan ke luar dengan berpegangan pada tembok. Dengan langkah perlahan Leo berjalan menuruni anak tangga, baru melihat ke bawah saja rasanya Leo ingin loncat saja. Tapi Leo coba untuk menahannya, sampai-sampai Leo   terduduk menuruni tangga saking ia tak kuat berdiri.

Leo sampai di bawah dan langsung menuju ke ruang tengah namun nihil tidak ada siapa-siapa. Leo juga sempat mengetuk pintu kamar Abang - abangnya tapi tidak ada sahutan dari dalam. Leo berjalan menuju meja makan di sana ada memo yang tertempel.

Untuk Leo,
Hai dek gimana udah baikan ? Maaf Abang gak bisa jagain, Abang ada meeting di luar kota.

Love angkasa.

Haah jadi bang angkasa ada meeting, semoga Abang gak lupa sama gw. Eh ada satu tunggu tiga memo yang terselip dibelakangnya.

Untuk Ade,

Jangan lupa makan, maaf Abang gk bisa jagain kamu, Abang ada jadwal operasi dadakan.
Inget jangan kemana-mana diem dirumah.

Love Abang Sam.

Untuk Dede,

Maafin Abang gk bisa jagain Dede Abang ada bimbingan skripsi, maaf. Nanti pulangnya Abang bawain makanan kesukaan dede.

Love langit.


De Abang gak bisa jaga km maaf Abang ada urusan sekolah. Istirahat' di rumah.

Galang ganteng.

Jadi semuanya pergi? dan ia ditinggal dirumah sendiri. Sabar..

Leo membuka kulkas ia ingin makan tapi di kulkas hanya ada bahan mentah saja, sedangkan dalam keadaan begini  tak mungkin leo masak yang ada nanti ada hal yang tidak diinginkan. Terus sekarang Leo makan apa? mana di rumah ini gak ada pembantu lagi.

Akhirnya Leo hanya membuat segelas susu hangat dan kembali ke atas untuk mengistirahatkan tubuhnya.


....................

"Kai balik yuk kangen bebeb Leo" seru Shella. Kai hanya melirik sekilas lalu mengangguk.

Sebenernya kai dan Shella itu sedang menyelidiki kasus kematian bundanya leo. Entahlah,  masih ada yang mengganjal dari kematian itu dan mereka menemukan satu  petunjuk yang membuat mereka tercengang.



Tbc.

Maapin hiatsu lama bangetttt padahal cuman tinggal cek teru publish dong xixixii
Maapin pendek _- diriku sedang kaku mengetik padahal dah ada di otak ...
Tapi ya begitulah, lagi super super sibuk

Yah, maafkan lah .......

Bye bye.....

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang