Sudah seminggu lamanya Leo dirawat di rumah sakit, Kini ia diperbolehkan pulang. Sudah berapa lama juga Leo tidak masuk sekolah bisa dihitung Leo masuk hanya beberapa kali. Shella dan Kai pun entah dimana, Leo sudah tidak peduli.
Leo duduk diatas ranjang kamarnya, menatap kosong ke arah jendela. Ingin rasanya Leo berteriak marah. Namun untuk siapa dan kepada siapanya Leo belum tau. Semenjak itu Leo jadi anak yang pendiam tidak pernah berbicara dia seolah bisu. Para Abang nya jelas khawatir, Lagian tidak ada seorang kakak yang ingin melihat adiknya seperti itu.
"Leo"
Panggil sebuah suara, yang Leo tau itu suara Hana. Masih ingatkah kalian dengan Hana? Hantu cewek yang ingin berteman dengan leo?
Leo berbalik, menatap Hana. Sebelah alisnya diangkat mengisyaratkan 'apa'
"Mau bermain dengan Hana? "
Leo hanya terdiam, Sedetik kemudian ia mengangguk. Lagi pula ia bosan jika harus berdiam diri di kamar.
Leo turun dari ranjangnya, Berjalan keluar. Masih dengan piama yang membalut tubuh mungilnya dan jaket abu yang setia ia pakai. Leo berjalan menuruni tangga, saat melewati ruang tengah ia melihat ayahnya tengah disuapi oleh 'jalang' itu. Leo marah. Ia mengepalkan tangannya geram. Lalu secepat kilat ia pergi keluar, mengambil sepedah mungilnya di garasi lalu pergi.
Sebelumnya leo sempat berpapasan dengan langit yang sedang mencuci mobilnya. Dan memanggil namanya. Tapi tak digubris sedikitpun oleh Leo.
Langit yang panik langsung saja mengejar Leo dengan sepedah pak Samat, tukang kebun di rumah mereka. Dengan baju yang setengah basah, celana pendek dan sandal capit. Langit masa bodo diliat seperti gembel yang terpenting adiknya.
☘️☘️☘️
Leo sampai di sebuah gedung tua, entah ada angin apa Leo masuk ke dalamnya. Padahal bisa dibilang Leo itu penakut. Tapi sepertinya ia sudah berubah, terlalu banyak yang terjadi di dalam hidupnya.
Leo menyimpan asal sepedanya dan ia mulai memasuki gedung tua itu. Gedung berlantai tiga itu sebenarnya akan menarik jika di urus. Leo melangkah masuk menaiki tangga menuju lantai paling atas. Dari sini Leo bisa melihat matahari yang mulai menghilang tenggelam tertutup pohon.
Leo baru sadar ia sudah mengayuh sepedah hingga petang. Senyum miris tercetak jelas di wajahnya. Leo berjalan ke ujun atap gedung lalu duduk disana. Ia tidak takut ketinggian, malahan leo suka. Leo duduk dengan Hana di sebelahnya saling membisu membiarkan angin membelai lembut.
"Sekarang Lo udah ngerasa tenang? " Tanya Hana.
"Sekarang gw ngerasa jauh lebih baik, thanks ya." jawab leo. Jujur saja setelah duduk dan menatap kesunyian ini menyenangkan leo suka.
"Angin dan kesunyian selalu mempunyai jawaban."
Setelah itu Hana menghilang entah kemana. Disini Leo bisa melupakan sejenak masalahnya. Mungkin nanti tempat ini akan jadi tempat favorit dia. Mungkin saja. Atau bahkan rumah kedua leo.
☘️☘️☘️
Langit kelabakan mencari Leo, ia kehilangan jejak. Langit kembali ke rumah, begitu ia sampai ia langsung menuju kamar Leo siapa tau adiknya itu sudah pulang.
"Bang Ade mana?" Kalau di dengar dari suaranya itu, seperti suara Galang. Langit yang hendak menaiki tangga terhenti, lalu menghampiri Galang yang sedang asik mengunyah apel.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEO
Novela JuvenilHai, selamat datang di kehidupan Leo. Kehidupan yang ringan dan santai. Sediakan secangkir kopi atau teh untuk menemani mu membaca kisah ini