4. Hari yang melelahkan

4.1K 274 6
                                    

Tidak. Kumohon. Seseorang tolong aku.

"Pergi kau wanita sialan! jangan ganggu dia." tunggu dulu, itu suara siapa? Leo menengok kebelakang dan ternyata dia hantu cerewet itu. Ah, Leo lega semoga saja dia bisa menolongnya.

"Kau!!!" Leo bisa mendengar suara si hantu jahat itu ia terlihat marah, namun ia tidak dapat berbuat apa - apa, ia juga melepaskan cengkraman nya dari leherku dan aku melihat si hantu jahat itu pergi atau lebih tepatnya melayang keluar dari tubuh si cewek.

Brukkkk.

Leo dan cewek tadi sama - sama jatuh terduduk dilantai.

"Uh, ada apa ini?  Apa yang terjadi?"  tanya cewe itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bingung. Cewek yang satunya langsung meluk.

"Nanti aku ceritain, yang penting kamu sudah sadar. Ayo kita pergi. " ajak si cewe dan mereka pergi meninggalkan uks.

"Kamu gak apa-apa kan?" kata Galang terlihat jelas raut kehawatiran di wajahnya. Leo menggeleng pelan dan mengulas senyuman tipis. Ia mendongkak melihat cewe itu masih berdiri menatapnya dan tersenyum lalu pergi menghilang seperti terbawa angin.

"Za, sebaiknya lo cepat pergi ke ruang osis. Istirahat di ruangan, gue udah mengirim pesan ke teman gue. Hati - hati yah, gue akan ngambil barang - barang kamu dulu." kata Galang sembari berlalu pergi.

🍀🍀🍀

'Dorr'.

Kaget. Leo langsung menengok ke belakang dan dia cewe hantu yang menyebalkan itu.

"Hai, aku Shella kamu?" sapa hantu cewe itu sembari mengulurkan tangan dan tersenyum secerah mentari.

satu kedipan.

Dua kediapan.

Tiga kedipan.

"Leoooooo za za za." teriak Shella tepat di telinga Leo, membuatnya sedikit meringis.

"Apa?" tanya leo agak sewot. Hantu cewek itu terlihat  menghelang nafas kesalan.

"Leo za za yang budek, kenalin nama aku Shella dan aku mau kamu jadi pacar aku." kata Shella dan dengan sangat jujur dia nembak kamu, kamu Leo.

Hening seketika.....

"Heee, aku gk salah denger nih?" kata Leo dengan tampang bingung menanya ulang.

"Haah, Leo Dhika Maulana yang ganteng nya gk lebih dari papa aku kamu mau jadi temen sekaligus pacar aku gak? Dan tidak ada pengulangan."

"Apaaa? Lo gila kalau untuk teman oke saja tapi pacar???  Kamu gila atau apa???"

"Aku gak gila dan ucapanku adalah perintah untuk mu."kata Shella dengan gaya seorang bos.

Haah. Apalagi sekarang, sesosok hantu mengajakku untuk pacaran aku bisa gila kalau seperti ini. Ah lebih baik aku keruang OSIS saja.

Aku melangkahkan kakiku menuju ruang OSIS tanpa memperdulikan si hantu cerewet alias shella yang terus menerus mengoceh memintaku jadi pacar dia dengan alasan yang dia sendiri tak tau alasannya.

Tok. Tok. Tok.

Leo mengetuk pintu yang bertuliskan 'ruang osis'. Tak berapa lama pintu dibuka. Menampilkan sesosok makhluk yah manusia tentunya. Cewek yang sepertinya tomboi dari penampilan nya sih.

"Ya, cari siapa?" Tanyanya.

"Maaf kak, saya disuruh beristirahat di ruangan kak Galang." jawab Leo dengan sopan.

"Siapa yang nyuruh? kenapa gak di UKS aja? Emang kamu sakit apa sampe harus istirahat secara pribadi di ruang OSIS lagi? Cih,lemah!" kayanya dengan ketus dan mengejek. Leo diam, bingung harus bilang apa? Lebih baik aku pergi sajalah, daripada nantinya akan ada perdebatan.

"Maaf kak, saya memang tidak sakit parah buktinya saya masih bisa berjalan tapi-"

"Ada apa ini? Leo Napa lo masih di luar? Buruan masuk." kata Galang.

Padahal Leo berniat kabur tapi apa daya  Galang sudah terlanjur datang dengan menenteng tas dan perlengkapan ospek dirinya.

"Galang, tunggu-tunggu kenapa dia masuk?" tanya cewek itu sambil menghalangi pintu masuk.

"Ish, minggir, lo gue mau lewat huss husss" usir Galang sambil menarik Leo, membawa kedalam ruangan lagi dan mendudukkannya di sofa tanpa memperdulikan cewek yang teriak teriak diluar.

"Sekarang lo tidur, jangan kemana-mana. Pintu kakak kunci biar gak ada yang  masuk dan kamu Gak bisa kabur. Ngerti! " kata Galang yang langsung di angguki Leo.

🍀🍀🍀

  Galang langsung pergi dan benar saja dia mengunci pintu nya. Terkurung sudah ia di ruangan ini dengan hantu cerewet yang memaksa menjadi pacar. Entah masalah apalagi yang akan dihadapi.

Leo hempaskan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.

"Za Za, kamu tidak merasa aneh dengan ruangan ini?" tanya Shella. Leo mendengar tapi ia enggan untuk menjawabnya.

"Aku merasa ada yang memperhatikan kita? hey Za Za .yah dia malah tidur yasudah aku akan pergi. Dah Za Za mimpi indah sayang." kata Shella dengan manja. Ugh, aku tidak suka mendengar nya. Ah sudahlah lebih baik aku tidur.

🍀🍀🍀

Angin sore yang menyejukan ini membuat Leo enggan untuk berpindah tempat. Leo menutup matanya, merasakan daun ilalang yang membelai pipiknya. Bagai bisikan agin yang  menenangkan. Namun, tiba-tiba saja ia merasa jatuh ke bawah.

Brukk.

Leo meringis punggungnya  membentur lantai, ia membuka mata dan ternyata, Deg.  Ini bukan dipadang rumput, ini juga bukan dirumahnya bukan juga di ruang OSIS kakaknya.

Perpustakaan. Yah, Leo tidak tau mengapa dirinya bisa sampai disini. Perpustakaan ini cukup buruk, mungkin. Terlihat beberapa rak yang berjejer dengan rapi, buku-buku nya pun tidak  tersusun rapi. Ruangan ini sangat gelap dan kotor. Leo merasa sedikit sesak di bagian dadanya. Hanya sebatang lilin yang hampir habis yang menyinari ruangan ini.

Sebenarnya dimana ini? Apa yang terjadi? Yang Leo ingat ia sedang tertidur diruangan Galang dan setelah itu ia tidak tau lagi. Ngomong-ngomong dimana si shella hantu cerewet itu tidak terlihat batang hidungnya.

Leo mencoba berjalan menelusuri perpustakaan ini dengan bantuan lilin sebagai cahaya.

" hikss... to tolong hikss ". tunggu dulu, leo seperti mendengar sebuah suara. Apa ia  tidak salah dengar? Apakah itu suara seseorang yang menangis. Oh, ayolah apalagi ini?

Leo kembali berjalan menelusuri suara tadi. Ia berjalan menuju rak ke 4 dalam lorong ke 13. Leo berhenti ketika matanya tak sengaja menatap sesosok bayangan yang mencurigakan, tidak lebih tepat nya dia yang kucari, sang pendekar suara isak tangis.

Deg.

Sosok itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Marah, kesal, bersyukur dan apa?

"To..tolong akh..ku "  kata sosok itu, dia seorang perempuan dengan rambut yang berantakan, wajah nya tidak hancur tetapi pucat, sangat pucat. Tapi, tangan nya mengeluarkan darah. Sepertinya dia bunuh diri, entahlah itu hanya dugaan Leo saja. Lagi pula ia tidak terlalu peduli soal itu.

"Tolong aku, kumohon! " kata hantu cewek itu sembari berjalan ke arah Leo. Leo hanya diam. Tidak bergerak sedikitpun. Ia tidak tau mengapa ia jadi begini. Hantu cewek itu masih terus mendekat.
Selangka.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Leo masih terdiam. Hingga mereka berhadapan. Wajah yang tampak menyeramkan itu hanya berjarak 5cm dengan wajahnya membuah Leo berdiam kaku.

TBC.,.......

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang