22. Cerita Tak Berjudul

1.1K 101 26
                                    

"wih akhirnya datang juga bos baby." sapa seorang lelaki yang beda beberapa taun lebih tua dari leo.

"Humphhh!" Leo tidak memperdulikannya, ia melangkah menuju sebuah bar kecil di ruangan itu, dan duduk di salah satu kursi.

"Dih, ngambek nih ceritanya." goda lelaki itu.

"Kak kayak biasa yah." Leo tak menggubris godaan lelaki itu, ia malah memesan segelas minuman.

"Dancow Oreo plus ekstra keju, sudah siap."

Langsung saja leo mengambilnya dan menghabiskannya dengan sekali teguk.

"Giliran minuman semen aja langsung, giliran gw ngomong dianggurin. Ahhh, bang Matt... gw dianggurin " adu saka pada Matt.

Yap, saka -- cowok yang dari tadi menggoda Leo namun dicuekin sama si empunya. Sedangkan Matt, dia penjaga bar dia rumah itu.

Drrtdd.... Ddrrrd..

Sedang asik-asiknya bercanda ponsel Leo berbunyi, ia melihat sekilas nama yang tertera dilayar ponselnya.

Ayah?

Langsung saja leo mengangkat telfonya.

"Waalaikumsalam, iya ayah. Ade lagi di rumah temen. Udah kok yah. Iya. Ayah baik-baik aja disana, iya-iya. "

Leo menyimpan ponselnya kembali. Ia mengambil minuman 'semen' nya dan meneguknya tapi tidak ia habiskan. Ya, Leo pesan 2 gelas minuman 'semen' Karna kalau satu rasanya ada yang kurang.

Leo hendak berdiri namun, rasa sakit di kepalanya datang menyerang.

Nyutt.

Saka yang berada di sebelahnya dengan sigap menahan tubuh Leo supaya tidak jatuh menyentuh lantai.

"Ka, dhikaa. Oy, Lo kenapa?" Tanya saka dengan panik. Dan jangan heran jika saka memanggil nya dhika, Karna memang Leo yang meminta. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh memanggilnya dhika. Bahkan ayah dan abangnya pun tidak pernah memanggil Leo dengan nama dhika. Hanya bunda, saka dan kai saja yang memanggilnya dhika.

Saka yang panikpun langsung membawa Leo ke sofa dan membaringkan nya. Sedangkan Matt, dia tengah menelepon seseorang.

Leo menggigil. Badan nya terasa panas dan wajahnya berubah pucat seperti tidak ada aliran darah. Saka masing bingung apa yang harus ia lakukan. Ia hanya berdiri mondar-mandir sembari sesekali menjambak rambutnya. Jika sudah seperti ini artinya saka sudah kehabisan akal.

Sedangkan Matt. Dia berinisiatif membawa Leo ke kamarnya. Mengganti pakaian yang basah oleh keringat dan mengompresnya.

"Ada apa ini?" Tanya sebuah suara.

"Kai!" Pekik saka. Yap, mereka semua yang ada di rumah itu bisa melihat 'mereka'.

Kai langsung saja menyerbu ke samping Leo. Ia memegang dahi anak itu, kening nya berkerut setelahnya kepalanya menggeleng.

"Kenapa kai." tanya saka cemas. Melihat ekspresi kai yang tidak bisa dibilang bagus itu membuat saka semakin panik. Matt juga mulai terlihat khawatir, karna diantara mereka kai yang paling tau kondisi Leo.

Kai tidak menggubris pertanyaan mereka. Ia tengah menepuk-nepuk pipi Leo sembari memanggil namanya. Di awal kai masih terlihat biasa, ia tidak panik seperti saka dan Matt  tapi lama-kelamaan kai ikut panik Karna Leo seakan tuli.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang