Kedua cowok itu tengah menyusuri jalan setapak, meninggalkan jalan yang bagus dan sering dilalui, menuju jalan yang sempit, licin dan sedikit curam.
CTARRRR.
Kilat menyambar tanpa diperintah. Hujan pun turun dengan deras, menusuk kulit. Kedua cowok itu semakin mempercepat jalan mereka. Masuk ke sebuah gang dan keluar dijalan yang ramai.
Mereka akhirnya sampai di sebuah kos kosan cowok yang entah letak nya dimana. Mereka berjalan menaiki tangga dan berhenti di depan sebuah pintu bernomor 4. Dimas mulai mengeluarkan kunci dan membuka pintu. Ia masuk duluan sedangkan Leo masih diam mematung di depan pintu.
"Kenapa berdiri disitu ayok masuk, maaf tempatnya kecil " ajak Dimas.
Leo pun masuk. Hal yang pertama ia lihat hanya sebuah tempat tidur yang tidak terlalu besar, sofa kecil, dapur, dan toilet tidak ada ruang tamu ataupun ruang lainnya hanya itu.
"Sorry yah tempat gue emang gini, anggep aja rumah sendiri. " Leo hanya mengangguk dan mulai duduk di atas karpet dekat tempat tidur. Sedang asik-asik melamun tiba-tiba Dimas datang dengan membawa dua piring nasi goreng.
"Sorry dikit, gue pikir gak ada tamu hehehe."
"Gk papa kok, aku malah bersyukur kakak udah mau nolongin aku "
keduanya pun larut dalam pikiran masing-masing sembari memakan nasi goreng itu. Setelah habis Dimas pergi ke dapur untuk membereskan bekas makanan tadi dan bergegas ke kamar. Leo hanya terdiam, ah iya lupa. Gawat pasti Galang mencarinya. Bagaimana ini? Ah, mana kai belum balik lagi.
Pluk. Dimas melemparkan sebuah kaos hitam kebesaran dengan celana traning.
"Ganti gih baju lo, basah tar masuk angin lagi."
Leo pun mengganti bajunya walau sungkan tapi ia merasa kalau ia butuh.
"Lo mau tidur bareng gue atau sendiri? Kalo lo mau sendiri gue tidur dibawah "tanya Dimas.
"Jangan biar aku aja yang tidur di karpet." cegah Leo.
"Beneran nih kayaknya lo anak orang kaya deh " selidik Dimas.
"E-eh enggak kok biasa aja, Yaudah tidur bareng aja." tawar Leo
"Eh bocah emang gue gay apa?" sembur Dimas. Leo hanya diam ia menyesali ucapanya. Harusnya ia bersikap baik pada orang yang menolong nya. 'Ah bego bego' umpat leo dalam hati.
"Pftttt, Hahahaha, kocak anjir mukanya." Dimas tertawa lepas. Ia menertawakan Leo yang sedang suram itu.
Tak. Leo menjitak kepala Dimas walau aga kerepotan karna perbedaan tinggi tapi tak membuat Leo putus ide. Ia sebal ditertawakan begitu.
"Ketawa aja sana yang lepas awas gak balik lagi, eh kak pake nasi sekalian biar kenyang." sindir Leo.
Setelah berbagai perdebatan yang tak berujung itu, akhirnya mereka tidur bersama. Leo nampak gelisah dalam tidurnya, sepertinya ia mimpi buruk. Dia bergerak ke samping dan berbalik lagi. Peluh membanjiri tubuhnya bahkan kaos yang diberikan dimas sudah basah. Bibir pucatnya terbuka berusaha menghirup oksigen.
Dimas merasa terusik oleh pengarakaan Leo, ia kira Leo memang selalu tidak bisa diam kalau tidur. Dimas membiarkanya karna ia pikir itu wajar dalam tidur tapi, lama kelamaan dimas jengah tidurnya terusik. Dengan sangat terpaksa ia membuka matanya, awalnya ia ingin marah tetapi melihat keadaan Leo yang seperti ini ia jadi kalang kabut, bingung harus bagaimana dan melakukan apa.
"Hei, bangun! Kok jadi gini sih?!" Dimas mencoba membangunkan Leo sembari menepuk nepuk pipinya. Ia mulai gungsar sendiri. Dengan ragu dan penasaran dimas mencoba menyentuh kening Leo. 'Astagfirullah, panas banget ini mah kek air ngegolak '
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO
Teen FictionHai, selamat datang di kehidupan Leo. Kehidupan yang ringan dan santai. Sediakan secangkir kopi atau teh untuk menemani mu membaca kisah ini