10. Hai Manja ?

2.4K 167 4
                                    

"Gimana keadaannya?" tanya Andra. Masih tersirat jelas kekhawatiran di wajahnya.

"Ade baik-baik aja kok, yah. Dia cuman kelelahan, dan demamnya cukup tinggi," kata Sam "Nanti kalo Leo udah bangun Sam bakal ngasih suntikan pereda nyeri." lanjutnya.

"Eughh." Leo bangun dari tidurnya. Kepalanya masih terasa pusing seluruh tubuhnya mati rasa, matanya enggan terbukan.

"Ade udah bangun apa yang sakit? Ade mau apa?" tanya Andra bertubi-tubi. Leo hanya diam ia masih enggan membuka mata.

Kruyukk. Perut Leo sepertinya minta diisi. Andra, Galang, Sam dan Angkasa hanya terkeheh.

"De, ayo bangun dulu kita makan." ajak Sam.

"Eugh, mau suapin." kata Leo dengan manja.

"sama bang Angkasa." kata Leo membuat Sam kesal. Angkasa tersenyum geli, sudah lama rasanya ia tidak melihat Leo manja seperti ini, terakhir kali ia lihat saat Leo masih kecil.

"Sini sama abang suapin dede gemes." Angkasa tersenyum jahil, ia juga mencubit pipi Leo gemas.

"Ish, sakit bang jangan cubit cubit." ujar Leo sembari mengusap pipi nya yang tadi di cubit Angkasa.

Angkasa mulai menyuapi Leo dengan telaten, sesekali ia mengusap sisa bubur di mulut Leo. Oh, dia seperti bayi yang masih rentan. Gerakan Angkasa terhenti ketika tiba-tiba Leo menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan sesuatu yang akan keluar.

Leo baru saja akan bangkit dari tempat tidurnya tapi sepertinya sesuatu itu sudah mendesak keluar dan tak bisa Leo tahan.

Hoekk. Leo memuntahkan bubur yang baru saja ia telan, dan muntahan itu mengenai seprai dan baju nya.

"Astagfirullah Leo, are you oke?" tanya Angkasa khawatir.

Ia segera menyimpan sisa bubur yang belum masuk ke tubuh Leo. Dan berlari ke arah lemari Leo dan mengambil satu kaos dengan lengan panjang dan cukup hangat. Angkasa bergegas mengganti baju Leo dengan kaos yang tadi dia bawa, dan mengganti seprai yang tadi sempat terkena muntahan dengan yang baru.

"Sa.. shs.. kit, sakitt " keluh Leo badanya bergerak tak menentu, peluh bercucuran, kerutan di kening nya terlihat jelas, tangannya menarik rambutnya berusaha menghilangkan sakit.

Angkasa langsung naik ke ranjang Leo dan berusaha menarik tangan Leo yang berusaha menarik rambutnya.

"Istigfar de, stop! Jangan ditarik nanti tambah sakit." Angkasa berusaha menenangkan ia kalut dan panik, Angkasa memeluk erat Leo dan tangannya menggenggam tangan Leo agar tangan itu tak berusaha menarik rambutnya sendiri.

"AYAHHHH." teriak Angkasa, ia sudah tidak tau harus bagaimana, tak lama kemudian derap langkah kaki mulai terdengar.

"Astagfirullah, ade."

Sam langsung mengambil alih tubuh Leo ia mulai memeriksa adiknya itu, ruang kamar itu berubah sunyi semua kalut, bahkan Galang sudah hampir menangis.

"Ayah, tolong jaga Leo. Tenangin Leo, kak asa tolong ambilin peralatan aku di kamar, alang tolong ambil baskom sama air putih." kata Sam memerintahkan semua yang ada diruangan itu dan tanpa diperintah dua kali mereka langsung sigap. Setelah semua yang diminta sudah siap, Sam mulai bersiap.

"Aku akan suntik ade, kemungkinan akan menyakitkan jadi aku harap ayah bisa nenangin ade."

Sam sedang memasukan cairan ke dalam suntikan dan mulai menyuntikan nya ke punggung Leo, tanpa bius.

"Arrghhhh, sakiiit, hiks.. hikss..hiks.." Leo menjerit kesakitan, ia meremat seprei membuatnya menjadi kusut, Leo mengeratkan genggaman tangan nya pada andra, airmatanya lolos begitu saja. Sakit sekali. Ingatkan Leo kalau ia benci jarum suntik.

Andra hanya dapat membiarakan tangan nya menjadi pelampiasan leo, hati nya sakit melihat anak nya kesakitan. Galang juga menangis.

......

Akhirnya setelah satu minggu tidak sekolah, hari ini leo sudah bisa masuk sekolah, ia juga sudah mengikhlaskan bundanya. Leo menuruni anak tangga dan bergabung di meja makan untuk sarapan, di sana sudah ada Andra, Galang, Sam, Angkasa dan Langit. Tunggu dulu Langit? bukanya kakak kesayangannya itu sedang kuliah di Amerika kenapa sekarang ada disini, itu berarti. Leo berlari menerjang langit dan memeluknya dari belakang.

"Hei, acilnya abang dah gede aja sini cium abang." kata Langit menggoda Leo. Langit itu kakak kesayangan Leo sampai kapan pun jadi jangan tanya betapa bahagianya Leo.

"Jijik bang." jawab Leo dengan ogah, ia langsung mengambil tempat duduk di sebelah langit. Mengambil sehelai roti dan mengolesnya dengan selai coklat dan ditambahkan taburan keju diatasnya.

"Ehem." dehem Andra membuat meja makan kembali hening.

"Leo, nanti kamu perginya bareng sama Galang yah." kata Andra. Leo menghentikan sarapannya sebelum berucap,

"Nga usah yah, Leo mau naik sepeda aja." jawab Leo sambil melahap sisa roti itu dan meneguk segelas susu, lalu mengambil tas dan berjalan ke arah andra untuk menyalami nya.

"Bareng sama Galang atau gak usah sekolah." tegas andra, Leo hanya mengembungkan pipinya, dan berjalan keluar.

"Bang galang cepetan!" Teriak Leo dari arah luar. Galang hanya terkekeh geli, lalu menghabiskan sarapannya dengan itungan detik, mengambil kunci mobil dan pergi menyusul Leo.

Leo sudah menunggu di dalam mobil, tanpa banyak tanya galang langsung Melaju dengan sedang. Tak ada pembicaraan yang terjadi hening.

"Beb, are you oke?"

Leo kenal suara itu, shella hantu cewek itu kembali. Leo membalikan tubuhnya melihat ke belakang. Cantik, e-eh tunggu duh Leo lo gimana sih.

"ngapain lo ngintilin gw?"

"Ih, beb kok kamu gitu, kamu kan pacar aku, kamu gamau gitu nanyain kabar aku. Diem ama kai itu nyebelin dia cuek tapi cerewet kek bebek."

Leo tidak menanggapi ocehan Shella, ia hanya mengeraskan volume musik yang diputar lalu pura-pura tertidur. Galang hanya melirik tanpa berkomentar mungkin Leo sedang berbicara dengan 'teman' nya.

Galang dan Leo akhirnya sampai di sekolah. Galang sedang memarkirkan mobilnya, Leo malas menunggu jadi dia berjalan menyusuri lorong untuk mencari kelasnya. Setaunya dirinya masuk kelas Mipa-1.

Dan disinilah Leo berada di depan pintu kelas yang bertuliskan 'Mipa-1', terdengar sedikit keributan dari dalam, Leo jadi bingung sendiri, sekarang ia menyesal tak menunggu kakaknya itu. Ah, mau bagaimana lagi.

Leo menarik nafas sebentar lalu membuang nya, dan melangkah masuk, baru saja beberapa langkah masuk keributan tadi menjadi hening.

"Hai." sapa Leo dengan senyum kikuk dan entah pada siapa, apes, ia tidak tau harus duduk di bangku yang mana.

"Hai, Leo yah, kenalin Jeno ketua kelas disini, lo bisa duduk dibelakang kebetulan disana kosong." kata seorang cowok- Jeno yang tadi menghampiri, Leo merasa terselamatkan.

Leo berjalan ke arah bangku pojok belakang terdengar sedikit bisik-bisik yang membicarakannya haah, rasanya seperti artis saja. Leo berhenti sial lagi dia, ada 'seorang' cewek tengah duduk di bangku yang akan Leo tempati, cewek dengan seragam yang sama dengan nya namun lusuh dah kotor, tidak ada bercak darah memang tapi kulit pucat nya saja sudah membuat Leo ingin pergi.






Tbc........

 

Btw, diingatkan kembali ini cerita revisi ya... Mungkin ada sebagian yang udah baca. Karena ini cerita pertama aku, pas aku baca ulang emang gak enak banget. Masih banyak yang salah, meskipun seorangpun pastinya masih ada salah. Tapi setidaknya enak dibaca menurutku.

LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang