Leo masih setia memeluk saka. Sakapun Ngan melepaskannya, setelah tadi saka selesai menelfon orang suruhannya untuk menyelesaikan semua urusan.
"Dhika ga mau pulang bang." lirih Leo pada saka.
"Iya Abang ngerti Leo boleh tinggal sama Abang kok." ucap saka menenangkan Leo.
Leo bangkit dari pangkuan saka dan ia menghapus air matanya. Lalu menatap saka.
"Bang gw mau pergi, Lo jangan nyari gw. Cukup pantau aja, nanti gw bakal Dateng lagi disaat waktunya udah tepat. Dan semua berkas yang gw minta udah beres semua kan?" Tanya Leo.
Sejujurnya ia berencana meninggalkan semuanya lalu pergi sejauh yang ia bisa. Ia sudah kecewa, terlalu banyak luka disana. Apakah Leo harus mengikhlaskan keluarganya? Jawabnya 'iya' jika memang Dengan begitu mereka bisa bahagia, Leo tak masalah. Toh leo sudah tau kebenarannya.
"Semua udh gw siapin, tapi apa Lo yakin sama keputusan Lo?"
"Gw yakin bang."
"Haah, yaudah gw ngikutin semua keputusan Lo aja, klo Lo ada masalah atau butuh gw langsung aja hubungin. Kalo misalkan Lo gak punya tempat berpulang, pintu rumah ini bakalan selalu terbuka buat Lo de." kata saka panjang lebar.
Leo langsung memeluk saka kembali dan membisikkan di telinganya "gw sayang Lo bang."
Setelahnya saka balik memeluk Leo dengan erat, sungguh saka juga tidak ingin kehilangan Leo. Ia sudah menganggap leo sebagai adiknya sendiri. Dia yang menyelamatkan hidupnya dari keterpurukan, dia yang mau merangkulnya ketika semua keluarganya memberi bahkan membuangnya. Namun leo tidak jijik, ia menganggap ku sebagai abangnya dan memberiku kehidupan yang layak. Kini Leo akan mencoba hal baru rasanya saka tak ingin itu terjadi, iya tau kerasnya dunia luar. Tapi saka juga tidak boleh egois.
Leo melepaskan pelukannya. Lalu mengambil berkas yang tadi sudah saka siapkan.
"Bang gw pergi. Gw titip perusahaan sama zona. Jangan lupa kunjungan rutin ke panti, gw gk mau yah pas gw pulang mereka pada kurus."
"Iya, iya bawel banget sih."
Setelahnya Leo langsung pergi keluar menuju lift, setelah keluar dia bisa melihat beberapa karyawan L'Crop yang berbaris menunduk. Leo memasang senyumannya lalu melangkah dengan berat hati. Saat sampai di luar pun, lahan parkir Samapi ke jalan penuh dengan anggota zona. Salah satu dari mereka menghampiri Leo.
"Jangan Sampai terluka prince."
"Hm. Gw titip yang lain."
☘️☘️☘️
Leo turun dari taksi yang ditumpangi nya. Langkahnya terhenti di depan memandangi rumah yang berdiri kokoh ada suka didalamnya namun ada duka pula di dalamnya. Leo tak ingin berlama-lama ia langsung masuk.
Pemasangan pertama kali yang dia liat adalah keluarganya yang tengah bercanda di ruang santai. Sambil mendengarkan cerita ' pendatang baru '. Ada sakit di dadanya melihat itu semua. Tapi Leo mencoba menahannya.
"Masih inget pulang juga ternyata."
Leo berbalik begitu juga dengan keluarganya yang tengah bercanda itu menghentikan canda nya dan berbalik menatap Leo.
Leo tak ingin berbasa-basi ia langsung menuju ke arah angkasa yang duduk di sebelah langit. Ia menyodorkan berkas berisi semua bukti-bukti dan tuntutan atas kasus itu. Angkasa yang menerimanya hanya menatap datar.
"Buka saja itu bukan bom kok, Leo percaya Abang bisa nyelesain dan Leo harap kebenaran itu tak membuat Abang menyesal. " Setelah mengucapkan itu Leo pergi menuju kamarnya di lantai dua mengambil pakaiannya lalu memasukkan ke ranselnya. Tak lupa foto keluarga dan ibunya ia masukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO
Teen FictionHai, selamat datang di kehidupan Leo. Kehidupan yang ringan dan santai. Sediakan secangkir kopi atau teh untuk menemani mu membaca kisah ini