BAGIAN 16

7 2 0
                                    

***************************

Maaf yaa kalau updatenya telat banget, kebetulan ada banyak tugas di kehidupan nyata yang tidak bisa kuhindari lagi, hehehe...

HAPPY READING!

*****************************


"Hei amico, pinjam catatanmu dong." ucap Steve lemas.

"Pinjam? Kamu sakit apa gimana? Padahal selama ini aku selalu mencurinya darimu eh... meminjamnya sih."

"Iya, iya, tapi sekarang kamu akan memberikannya apa tidak?"

Mungkin bukan aku seorang yang mengetahui kalau kepribadian Steve berubah. Sudah hampir seminggu dia seperti ini, setiap teman dekatnya pasti akan khawatir dan menanyankan apa yang mengganggu pikirannya. Untungnya aku bukanlah salah satu dari mereka.

Aku sedikit tahu apa yang ada di dalam pikirannya dan bisa kukatakan kalau itu hanyalah salah satu dari pikiran masalah bodohnya lagi, tapi sejujurnya yang menggangguku adalah seluruh ekspresi itu. Tak ada yang bisa kulakukan selain menanyakannya langsung pada Steve.

"Aku tahu ini bukan urusanku tapi apa ada masalah Steve?" tanyaku.

"Tumben sekali kamu bertanya seperti itu Ar."

"Yah, setiap orang juga pernah mengalami hari yag buruk kan? Seperti notes milikku yang sudah kehabisan halaman dan harus membelinya lagi di toko buku, dan yang paling buruk adalah aku harus berbicara dengan si pemilik toko menyebalkan itu lagi sebagai contohnya." ceritaku.

"Apa hubungannya itu denganku? Lagipula itu tidak separah apa yang kualami. satu – satunya yang paling parah adalah kamu tidak punya hati sama sekali Ar."

"Jangan – jangan ini soal Cella lagi ya?"

"Tidakkah kamu sadar? Itu sudah merusak pandanganku selama ini antara kebenaran dan kebohongan!" teriak Steve.

"Shhh..!! Tidak usah berteriak seperti itu. Lagipula kamu hanya harus melihat perempuan dari kepribadiannya daripada tubuhnya, setidaknya itu lebih baik kan?"

"T-Tapi ini sedikit tidak adil kan, kita harusnya sahabat karib terdekat di seluruh jagat raya! Aku si tampan, elegan, dan menawan. Sedangkan kamu..."

"Aku apa? Selesaikan."

"Tiba – tiba dikelilingi oleh banyak wanita. Bukankah itu menyedihkan."

"Aku rasa dirikulah bintang utamanya saat ini." ucapku sambil menepuk dadaku.

"Ha! Lucu sekali. Aku ini serius Ardhi!"

"Ayolah nak, bukannya motomu adalah semua gadis imut dan seksi adalah milikmu?"

"Eh i-iya juga sih... Iya benar! Aku adalah si jiwa bebas yang bisa beradaptasi di segala situasi."

Ketika aku berdebat dengan Steve atas pembicaraan kosong ini, Tiana datang dengan kata – kata yang tidak asing dari mulutnya.

"Hai! Hai! Bagaimana kabar lelaki favoritku?"

"Kita baru saja ingin mencarimu Ti. Aku hanya ingin melakukan penelitian terhadap manusia mesum di sebelahku tentang kriteria perempuan sempurna. Pertama aku harus mulai dari matamu dulu." kataku dengan menggenggam pulpen di tangan kananku.

"Tunggu, apa maksudmu? Pulpen itu juga, apa yang ingin kamu lakukan!?" ucap Tiana semakin panik ketika tanganku berhasil mencegahnya lari.

***

Distrust (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang