Chapter 4 [Ada yang Salah]

930 65 4
                                    

Athalea bersungut – sungut membetulkan rambutnya yang kusut karena jenggutan Zefan. Adiknya yang baru naik ke kelas dua SD itu baru saja mengambil pensil satu – satunya yang Athalea punya, tentu saja Athalea marah. Ketika Athalea meminta pensil itu dengan sedikit paksaan, Zefan justru menolaknya, alhasil, tangan Zefan memerah karena pukulan Athalea dan rambut Athalea harus rontok dan kusut karena jambakan Zefan.

“Atha! Makan dulu!” teriak Arin dari lantai bawah dan membuat Athalea berhenti membetulkan rambutnya. Dengan segera ia menghampiri sang mama dan adik terkutuknya itu.

“Lama banget, Tha. Aku udah laper daritadi,” ujar Zefan yang membuat Athalea mendelikkan matanya. Memang Zefan tidak pernah memanggil Athalea dengan embel – embel; Kak. Kurang ajar emang tuh anak!

“Bacot,” desis Athalea agar tidak terdengar Arin, tapi bisa didengar oleh Zefan.

“Mama! Atha bilang kasar, Ma!” adu Zefan yang membuat Arin yang sedang menyiapkan piring – piring untuk mereka tersentak kaget.

“Apa sih, Zefan! Aku gak bilang apa – apa juga. Emang Mama denger aku ngomong kasar, Ma?” tanya Atha pada Arin. Wanita itu menghela napas mendengar keributan antara kedua anaknya itu.

“Udah, makan dulu. Ributnya nanti aja,” ujar Arin yang membuat mereka bungkam.

“Ma, Papa masih di luar kota?” tanya Athalea di tengah – tengah makan malam mereka. Arin seketika membeku. Tapi sedetik kemudian, ia tersenyum lembut pada anak pertamanya.

“Iya, besok mungkin pulang.”

Zefan yang mendengarkan akhirnya berceletuk, “Kok sering nginepnya di hari ini sih, Ma?”
Arin kembali membeku. Farhan memang sedang ada pekerjaan di luar kota, sudah dua hari ini dia tidak pulang. Dan yang dikatakan Zefan memang benar, pria itu selalu tidak pulang di akhir – akhir minggu.

“Ya, emang kebetulan aja,” ujar Arin dengan tenang walau hatinya berkata lain. Firasatnya tidak pernah salah, sudah beberapa bulan ini, Farhan seperti menjaga jarak darinya. Ia merasa ada sesuatu yang salah antara mereka. Seperti Farhan yang menyembunyikan sesuatu darinya.

Athalea memerhatikan gerak – gerik Arin. Ia tahu, ada yang tidak beres disini.

Tidak, jangan terulang lagi.

***

Athalea tidak suka berada di situasi seperti ini. Ketika ia tidak ingin tapi tidak bisa menolak. Sekarang di hadapannya ada Allan yang dengan tiba – tiba menunggunya di ruang tamu,  bermaksud untuk mengantar Athalea ke sekolah. Sekarang konsepnya beda, yang awalnya pulang bareng, menjadi; ‘Berangkat Bareng’. Good, Allan!

“Eh, itu Atha. Tha, ayo, udah ditunggu temennya tuh,” ujar Arin dengan menekankan kata ‘temen’, wanita itu sedang berbincang – bincang manis dengan Allan. Halah! Pencitraan!
Athalea mengerutkan dahi. Ia tidak mau berangkat bareng Allan, apa kata dunia? Nanti pasti Florin dan Adera mengejeknya. Sialan!

Allan tersenyum manis padanya. Sementara Athalea menggigit bibirnya dengan tidak tenang. Ia ingin sekali mengatakan; ‘Lan, gue gak bisa bareng. Nanti Si Dinosaurus marah’ tapi tetap saja tidak bisa. Ia tidak enak hati pada lelaki itu, walaupun Athalea tidak suka dengan sikap Allan yang seperti ini—ia tetap akan mempertimbangkan perasaan lelaki itu jika ia menolak untuk berangkat bersama. Ditambah, Allan sudah repot – repot menjemputnya.

“Udah siap, Tha?” tanya Allan. Athalea gelagapan. Belom! Belom siap, gue kalo harus ngebersihin kotoran tikus lagi!

Athalea tidak menjawab, ia hanya langsung membetulkan rambutnya yang belum ia ikat menjadi satu dan memakai sepatunya. Setelah melihat Athalea sudah siap, Allan berjalan lebih dulu ke pintu depan, sebelumnya ia pamit terlebih dahulu pada Arin.
“Ati – ati ya, Lan. Jangan ngebut – ngebut,” pesan Arin layaknya seorang ibu yang ‘ikhlas’ anak gadisnya diantar oleh sang pacar.

It's My Simple LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang