“Itu tadi adik lo?” tanya Athalea seraya menengguk air putih yang disuguhkan kepadanya—tak lupa ia berterima kasih pada wanita gemuk yang membawakan air itu.
Allan yang kini duduk di sampingnya dengan kaos hitam dan celana sekolah—jika kalian melihatnya, pasti akan langsung bilang bahwa Allan itu tampan, dan memang Athalea akui Allan itu tampan, tingkat maksimal—yang tidak ia ganti menatap heran pada Athalea. “Hah? Lo ngigau? Tadi ibu gue.”
Athalea gemas dengan tingkah Allan yang telmi. Eh? Atau emang gue salah nanya?“Ih, bukan! Itu, bayi kecil itu.”
Allan mangut – mangut, tangannya membuka camilan yang baru ia bawa dari dapur dan memakannya. “Bukan, itu keponakan gue. Anak kakak perempuan gue.”Kini giliran Athalea yang mangut – mangut mengerti. “Lucu.”
“Siapa? Gue?”
“Najis! Itu, keponakan lo. Lucu,” sungut Athalea karena sikap Allan yang kege-eran. Allan tersenyum melihat sikap Athalea. Ia meninggalkan Athalea juga camilannya. Membuat liur Athalea menetes karena menginginkan camilan itu, tapi terlalu gengsi untuk memintanya.
Allan datang dengan bayi perempuan itu di gedongannya. Percaya deh, ‘pose’ Allan yang lagi gini bakal bikin lo suka sama tuh cowok. Tapi buat gue enggak ya, enak aja!
“Dek Zilla, dibilang lucu tuh sama Kak Atha,” ujar Allan pada bayi perempuan yang sedang menatap Allan balik, alhasil membuat Athalea gemas sendiri. Gemes ke bayi itu woy! Bukan ke Allan—ia tersenyum melihat bayi itu akhirnya menatapnya juga.
“Lo mau gendong dia?” tanya Allan pada Athalea begitu melihat binar mata Athalea yang terlihat ingin menggendongnya.
“Emang boleh?”
“Boleh lah. Apa sih yang enggak buat lo,” goda Allan yang dibalas Athalea dengan dengusan malas.
Dengan hati – hati, Allan memindahkan keponakannya pada Athalea. Perlahan, Athalea mendudukan kembali dirinya di sofa tadi dengan bayi itu di gendongannya.“Gak usah takut, Tha. Gak akan jatoh,” ujar Allan ketika melihat Athalea masih ragu dan takut – takut menggendong bayi itu.
“Gue trauma, soalnya waktu itu gue pernah gendong Zefan dan akhirnya tuh tuyul jatoh deh.”
Dahi Allan berkerut. “Zefan siapa?”
“Adik gue,” terang Athalea dan membuat Allan mengangguk. Selama ini ia tidak pernah tahu kalau Athalea memiliki seorang adik.
“Siapa namanya, Lan?” tanya Athalea ketika Allan kembali sibuk dengan camilannya. Duh, tawarin dong ke gue.
“Yazilla Nameera,” jawab Allan.
Yazilla menatap Athalea dengan mata bulatnya. Bayi yang ada di pangkuannya itu tersenyum ketika melihat Athalea. Sontak saja itu membuat Athalea terpekik senang.Yazilla bertepuk tangan melihat Athalea. Mungkin bayi itu merasa clop dengan cewek yang sekarang menggendongnya. Athalea juga mulai ‘berceloteh ria’ dengan Yazilla. Sedangkan Allan yang tadi sibuk memakan camilan akhirnya tertarik pada ‘obrolan’ Athalea dan keponakannya.
“Zilla, lucu banget sih. Ikut Atha pulang yuk?” tanya Athalea dengan senyum yang membuat Yazilla bertepuk tangan lagi.
“Zilla mau? Beneran?” Athalea tampak antusias melihat wajah ceria Zilla ketika dirinya menanyakan hal itu. Tentu saja itu hanya pura – pura. Ya kali gue bawa anak orang ke rumah, nanti gue ditampol sama emaknya!
“Ya Tuhan, lucu banget sih,” ujar Athalea dan mencium pipi gempal milik Zilla. Gadis itu tidak menyadari tatapan Allan yang sedari tadi menatapnya dengan...memuja. Entah kenapa, pandangannya selalu terpaku pada Athalea.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Simple Life
أدب المراهقينIni tentang kisah kehidupan sederhana Athalea Zefanny. Tidak ada kata 'ribet' dalam hidupnya. Hanya kehidupan sederhana. Tapi, ayolah, memang kehidupanmu akan selalu berjalan seperti itu, Athalea? Tidak. Karena faktanya, kehidupan itu rumit. Begitu...