“Der! Itu air udah mateng, kompornya gak lo matiin?!” teriak Athalea dari ruang keluarga pada Adera yang sedari tadi sibuk di kamar Florin untuk membereskan barang – barang bawaannya.
“Eh copot! Gue lupa,” ujar Adera dan segela menggebrak pintu kamar Florin yang sedari tadi tertutup. Ia berlari ke arah dapur dan mematikan air panas yang ada di kompor.
Beginilah, karena sudah terlalu sering menginap di rumah Florin, mereka sudah menganggap rumah itu rumah mereka sendiri.
“Apaan sih pagi – pagi udah ribut?” protes Florin yang baru saja selesai mandi. Matanya masih sembab karena diam – diam ia kembali menangis saat tengah malam dan saat teman – temannya itu sudah tertidur lelap.
Athalea hanya menanggapinya dengan lirikan pada Adera. “Der, teh manisnya dua ya,” ucap Florin ketika tahu Adera sedang membuat teh hangat.
“Bacot ah, lo!” ucap Adera dengan sinis yang ditanggapi Florin dengan kekehan kecil.
Athalea sibuk dengan camilan yang tersisa di rumah Florin seraya menonton kartun kesukaannya—spongeboob. Ia baru tersadar ketika ada telepon masuk ke handphone yang ada di pinggirnya.“Apa?” tanyanya dengan malas ketika tahu siapa yang meneleponnya.
“Lo masih di rumah Florin?” tanya seorang cowok di sebrang sana—yap, bener banget. Si-Allan.
“Kok lo tau?”
“Iyalah, gue ‘kan cenayang.” Athalea memutar malas bola matanya.
“Lo dijemput siapa?” tanya Allan kemudian. Athalea sepertinya tahu apa maksud dibalik pertanyaan itu.
“Gak tau.”
“Sama gue aja, ya?” Tuh kan, apa gue bilang. Athalea terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa. Ia ingin menolak, tapi—lumayan juga kalo dijemput sama Allan, ngirit ongkos.
“Tha?” tanya Allan yang membuat Athalea tersentak.
“Apaan?”
“Mau ‘kan? Dijemput sama gue.”
Athalea mengigit bibir. Ia bingung. Halah, Tha! Cuma dijemput doang, batinnya.“Kalau diem aja, berarti iya—“
Dan Athalea terdiam.“Oke, gue jemput.”
Panggilan dimatikan. Dan Athalea masih terdiam.
“Atha!!!”
Athalea tersentak hingga benda canggih yang ia pegang itu terjatuh. Florin dan Adera bersamaan meneriakinya dari arah dapur. Athalea bersungut – sungut menghampirinya. Ternyata mereka sudah menyiapkan sarapan. Pembagian tugasnya; Adera yang menyiapkan minuman, Florin memasak, dan Athalea yang membersihkan semua piring dan gelas yang sudah terpakai—itulah aturan selama mereka menginap di rumah Florin.“Lama bener, Tha. Mama lo nelpon?” tanya Florin seraya mengaduk – aduk gula yang sudah dituangkan dalam gelas teh agar terlarut.
Athalea menggeleng. “Allan.”
Sontak pergerakan Florin terhenti. Adera yang sudah siap untuk berdoa sebelum memulai makannya pun tidak jadi diteruskan. Padahal udah bismillah...“Allan!?” jerit mereka kompak seperti anggota paduan suara. Athalea bahkan sampai meringis mendengarnya.
“Iya ih! Rese deh lo pada!” cibir Athalea. Adera dan Florin saling lirik, seakan tahu apa maksud tatapan masing – masing.
“Cieee Atha, mau dijemput calon-pacar nih yeee~” goda Florin dan mencolek – colek pipi Athalea yang tembam. Athalea mendelik tajam karenanya.
“Nanta kapan coba mau jemput gue kek gitu?” ujar Adera masih dengan muka—yang menurut Athalea sangat menyebalkan—untuk menggoda temanya. Nanta Aditama alias saudara jauh alias pacar Adera—yang terpaut sepuluh tahun dari cewek penggemar k – pop itu memang tidak pernah menjemput Adera—atau hal lainnya layaknya ‘pacar’—dan lebih mengenaskan lagi, mereka menjalani ldr.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Simple Life
Teen FictionIni tentang kisah kehidupan sederhana Athalea Zefanny. Tidak ada kata 'ribet' dalam hidupnya. Hanya kehidupan sederhana. Tapi, ayolah, memang kehidupanmu akan selalu berjalan seperti itu, Athalea? Tidak. Karena faktanya, kehidupan itu rumit. Begitu...