Chapter 11 [Sucks]

589 50 3
                                    

Athalea menjatuhkan badannya ke kasur yang ada di belakangnya. Gadis itu merasakan degup jantungnya yang menggila. Ia menghela napas sebentar sebelum akhirnya mentup wajahnya dengan bantal dan berteriak sekencang – kencangnya.
Athalea tidak tahu. Degup jantungnya ini dikarenakan apa. Antara kejadian tembakan yang tidak romantis di taman kota atau karena ia tahu bahwa ini bukan yang ia inginkan.

Athalea memandang langit kamarnya dan kakinya menendang – nendang tak tentu arah. Ia kembali melakukan hal tadi; menutupi muka dengan bantal dan berteriak. Untung saja, Arin dan Zefan sedang keluar, pun juga Farhan. Tapi Athalea sendiri tidak peduli kemana Papa-nya itu pergi. Untung aja, kalo ada Si Macan Betina, nanti gue kena introgasi.

Athalea masih berpikir, mengapa ia dengan gampangnya menerima tembakan Allan padahal tembakan itu tidak pas sasaran, karena hatinya belum bisa menerima itu semua. Ia belum bisa menerima, bahwa dalam lima belas tahun hidupnya, Athalea Zefanny akhirnya berpacaran. Pacaran vroh! Ia masih heran.
Gadis itu merasakan getaran di ponselnya. Allan.

“Apa?” tanya Athalea berusaha berbicara senormal mungkin. Walaupun ternyata ia kini mengigit bibirnya dengan keras. Walaupun kini degup jantungnya kembali menggila, padahal tadi sudah berjalan normal. Walaupun kini ia sedang meremas bantalnya dengan kuat. Semoga suara gue, fine – fine aja.

“Liat ke jendela,” ucap Allan yang membuat Athalea mengerutkan dahinya. Kalau Allan sampai menunggu disana, dengan senyuman—yang bagi Athalea menyebalkan, dan melambai ke arahnya, Athalea akan membunuhnya saat itu juga.

“Ngapain?” Sinis abis.....

“Liat aja, Tha,” desak Allan. Athalea cemberut mendengar perkataan Allan. Tapi akhirnya ia menuruti juga. Dan...

Shit! What the heck!?

Ternyata benar. Allan sedang duduk di motornya, dengan kepala menengadah untuk memandang Athalea dan tersenyum lembut padanya, dan... okey, melambaikan tangan ke arahnya.

Bye, Athalea Reinard?” goda Allan dengan memanggil Athalea dengan nama belakangnya—Reinard. Allan Reinard.

“Apaan sih lo, gak jelas!” ujar Athalea menggebu – gebu sementara Allan hanya tertawa kecil melihatnya.

“Udah lo sana pergi! Nanti emak gue dateng, kelar idup lo!” lanjut Athalea yang kembali dibalas hanya dengan ketawaan Allan. Menghidupkan mesin motornya, Allan tersenyum pada Athalea sebelum ia benar – benar pergi dari sana.

Athalea mendesah lega.

***

“Apa mungkin gegara gue lagi period ya?” tanya Athalea ketika sedang video call dengan Florin dan Adera.

“Mungkin, Tha. Hormon,” ujar Adera seraya memakan kripik kentang yang sedari tadi menggoda iman Athalea.

“Iya, tapi plis, Tha, jangan putus dulu. Allan udah janji ngebeliin gue mie ayam gegara jadian sama lo,” ujar Florin dengan nada memelas, mukanya juga dibuat semelas mungkin agar Athalea luluh—cih, basi!

“Sialan ya, lo! Jadi cuma buat mie ayam, Flo!?” jerit Athalea karena tidak percaya Florin melakukan hal yang—menurut Athalea kejam, hanya untuk mie ayam. Mie ayam!? Are you f***ing kidding me!?

“Sori, Atha. Tapi lo kan tau—”

“Florin! Gue juga bisa beliin lo mie ayam itu! Sama penjualnya juga bisa!” oceh Athalea kesal. Tidak, ia tidak mungkin melakukan hal segila itu. Athalea tidak segila itu dan Athalea tidak sedermawan itu karena menghamburkan uangnya hanya untuk Mie-Ayam-Untuk-Florin.

It's My Simple LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang