Athalea masuk ke kelasnya yang—seperti biasa—sudah ramai, diikuti Allan yang berjalan tepat di belakangnya seraya menggengam dua buku paket milik Athalea—yang biasanya dibawa gadis itu.
“Beda aja yang baru pacaran mah, bukunya pake dibawain segala,” ledek Adera ketika Athalea sudah sampai di kursinya. Allan hanya tersenyum dan menyimpan buku paket milik Athalea di meja gadis itu.
“Gak jelas lo!” ujar Athalea dengan sengit.
Adera hanya tertawa. Ia menatap Allan dengan mata berbinar. “Gue tagih janji makan sotonya, yak,” ujarnya. Allan hanya mengangguk dan meninggalkan mereka berdua.Athalea mendengus. Ini Allan yang bego karena mau – mau saja dipalak suruh membelikan Adera soto, atau memang Adera yang terlalu bego karena sudah mau dijadikan budak Allan sebagai tempat Mak Comblang untuk lelaki itu? Halah, Tha. Dua – duanya sama – sama bego, ia memperingatkan dirinya. Oh iya, tuan putri lupa, kekehnya dalam hati.
“Athalea!!!” teriakan itu mengalihkan perhatian Athalea dari ponselnya yang sedang menayangkan cuplikan tv series yang berjudul Teen Wolf.
Ramlis, ketua kelasnya itu menghampiri mejanya dan duduk di hadapannya.“Lo beneran jadian sama Allan?” tanyanya dengan gaya sok detektif memandang langsung ke dalam mata Athalea.
“Iya, Ram! Yaampun, gak percaya kan lo!? Sama, Ram, Gue juga!” Bukan Athalea yang menjawab, melainkan Adera yang dengan gaya sok tidak tau-nya. Athalea kembali mendengus. Adera sialan!
“Jadi bener, Der?! Astaga!” teriak Si Cowok Penggemar Gosip yang pernah bermimpi bertemu dengan Justin Bieber itu. Athalea berdecak.
“Enggak, kok. Boong tuh si Adera,” ujar Athalea yang membuat Ramlis memutar bola matanya. Semua orang di kelas tahu bahwa Athalea sudah resmi menjadi pacar Allan—itu tidak masalah. Tapi, kok bisa?
“Ya-in aja, Ram. Biar Atha seneng,” ujar Adera dan mulai menceritakan ‘kejadian demi kejadian’ bagaimana bisa Athalea Zefanny bersatu dengan Allan Reinard.
“Gila! Gue kira, ya, Der, si Allan itu lagi suka sama Floris. Orang setiap saat nih, ya, selalu nyamperin tuh cewek terus ngomongnya kek serius banget. Lah ternyata gue salah target,” ujar Ramlis seolah ia bercerita bahwa ada kucing yang terlahir dengan kepala dua. Harus sebegitu hebohnya, ya, Ram?
Ramlis akan kembali meng-gosipkan Khoe Kadarshian yang diselingkuhi oleh pacarnya jika saja bel—yang paling dibenci semua murid—itu tidak berbunyi. Laki – laki itu kembali ke tempat duduknya dan bersiap untuk menyuruh semua teman – temannya diam.
“Shit!” Athalea mengumpat, membuat Adera meliriknya dengan heran. Ceroboh nih, pasti ketinggalan sesuatu.
“Sekarang pelajaran Matematika,” ujarnya yang membuat dahi Adera semakin mengkerut. Oh, bukan. Sedetik kemudian dia mengerti apa yang dimaksud Athalea.
“Si Bapak Ganteng, Tha!” ujarnya dengan panik.
“Kita belum dandan!” seru Athalea mengikuti gaya panik Adera.
“Ya salam! Ayo, Tha.” Adera mengeluarkan tas kecil berisi; lip balm, bedak, dan hal lain yang berhubungan dengan perempuan. Athalea melakukan hal yang sama. Adera sudah lebih dulu menarik tangan Athalea keluar kelas.
“Woy!!! Mau kemana?! Udah masuk!” seru Ramlis yang tidak diacuhkan oleh keduanya. Yang terpenting bagi mereka adalah; tampil cantik dan memukau di depan guru muda nan tampan yang akan mengajarkan mata pelajaran yang mereka benci.
***
Satu bulan kemudian.
Athalea menggabungkan rambutnya yang sepanjang bahu dan mengikatnya tinggi – tinggi. Ia keluar dari kamarnya dan menghampiri Zefan yang masih cengar – cengir—bermaksud meledeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Simple Life
Novela JuvenilIni tentang kisah kehidupan sederhana Athalea Zefanny. Tidak ada kata 'ribet' dalam hidupnya. Hanya kehidupan sederhana. Tapi, ayolah, memang kehidupanmu akan selalu berjalan seperti itu, Athalea? Tidak. Karena faktanya, kehidupan itu rumit. Begitu...