Athalea menjinjing sepatunya ketika turun ke lantai bawah. Ia tidak memiliki semangat hari ini, terbukti dari kantung mata yang sedikit menghitam dan matanya yang sembab, langkahnya pun terseok - seok. Athalea menghampiri Arin yang sedang menyiapkan sarapan.
“Tha, sarapan dulu, yuk!” titah Arin yang tidak dibalas apapun oleh Athalea. Perempuan itu menaruh sepatunya dan mengambil tempat makan kecil miliknya.
“Mau dibawa ke sekolah aja?” tanya Arin. Athalea hanya mengangguk.
Arin tahu apa yang membuat Athalea seperti itu. Ia merasa bersalah, tidak seharusnya Athalea dan Zefan tahu apa yang terjadi antara keluarganya.
“Atha pergi sekarang, Ma,” ucap Athalea yang dibalas senyuman dan usapan di kepalanya. Jika seperti biasa, Athalea sangat anti berangkat sekolah di jam segini. Baginya, ini masih waktunya untuk tidur—walau sebenarnya jam masuk lima belas menit lagi.
“Hati – hati, Tha,” ujar Arin yang tidak dibalas apapun oleh Athalea. Gadis itu sudah siap dan akan melangkah keluar dari rumah. Gerakannya terhenti ketika Farhan yang sedari tadi belum menyadari kehadiran Athalea memanggilnya.
“Tha, mau Papa anter gak?” tanya pria itu seraya tersenyum pada Athalea. Athalea yang melihatnya seketika muak. Ia muak dengan muka Papa-nya. Ia benci pria itu.
Jadi, Athalea memilih menatap pria itu dengan sinis dan kembali berjalan meninggalkan rumahnya.
***
Athalea menelungkupkan wajahnya di atas meja. Keadaan kelas sudah ramai, tapi teman sebangkunya—Adera belum datang juga. Pasti gadis itu kesiangan.
“Tumben, lo curut dateng pagi,” ujar Florin yang baru saja sampai dan duduk di bangku yang ada di sampinya. Athalea tidak semangat untuk menjawabnya. Ia hanya mengangguk dan kembali melakukan aktivitasnya.
“Atha, kenapa?” tanya Florin dengan nada serius. Ini bukan Athalea. Athalea yang ia kenal adalah Athalea yang akan menolak dipanggil curut. Athalea yang ia kenal adalah Athalea yang sudah gila walau hari masih pagi. Dan yang ada di hadapannya ini, jelas bukan Athalea.
“Tha,” panggil Florin, ia tak mengacuhkan panggilan telepon dari Alfarel yang sedari kemarin tidak ia angkat karena ia sedang marah pada cowok itu. Iyalah! Gue kira tuh cowok emang bener suka, ternyata cuma anggep gue temen curhat doang. Bangke!
Okay, back to the topic.
“Gak papa, Florin,” ujar Athalea dengan serak. Athalea yakin, sepatah kata lagi saja, air matanya pasti akan keluar.
“Flo, napa si curut?” Suara yang diyakini oleh Athalea adalah milik Adera itu dijawab bisikan oleh Florin, “Gak tau, masalah keknya.”
“Atha, cerita sama kita, Tha,” ujar Adera menghampirinya dan menepuk pelan pundak Athalea.
“Nanti aja, gue pasti cerita,” balas Athalea yang masih menyembunyikan wajahnya dari kua sahabatnya. Adera dan Florin mengerti, mereka membiarkan Athalea tenang dulu.
Athalea tahu Adera dan Florin memberi ruang untuknya agar menenangkan dirinya. Ia bisa dengan jelas mendengar kedua sahabatnya sedang membicarakan tentang; Pacar Muda Kourtney Kadarshian yang seharusnya dimiliki oleh mereka. Lalu, pembicaraan berlanjut ketika Adera membicarakan Ariana Grande yang bertunangan dengan pacar barunya.
Athalea mendengar itu semua. Tapi, kemudian celotehan itu tidak tedengar lagi, namun Athalea yakin seseorang duduk di sampingnya. Athalea mengerutkan dahi, ia bangun dan memandang ke sampingnya.
Allan tampak sedang memandangnya, itu membuat Athalea...gugup.
“Lo kenapa?” tanya Allan yang membuat Athalea menghela napas. Ia tidak mengira Allan akan menghampirinya ketika suasana hatinya sedang tidak beres. Bukannya membuatnya lebih baik, tapi memperburuknya. Huh, pusying dehhh~
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Simple Life
Teen FictionIni tentang kisah kehidupan sederhana Athalea Zefanny. Tidak ada kata 'ribet' dalam hidupnya. Hanya kehidupan sederhana. Tapi, ayolah, memang kehidupanmu akan selalu berjalan seperti itu, Athalea? Tidak. Karena faktanya, kehidupan itu rumit. Begitu...