Chapter 21 [As Always]

274 23 2
                                    

please read A/N

***

Athalea sedang memainkan game di ponselnya ketika Zefan datang ke kamarnya dan berbaring di sampingnya. Zefan berbalik ke arah Athalea dan memeluk kakak perempuannya itu. Membuat Athalea sedikit heran dengan sikap adiknya yang menurutnya tidak wajar.

"Kenapa?" tanya Athalea karena Zefan masih memeluknya. Adiknya itu terlihat memejamkan matanya dengan tangan melingkar di perutnya.

"Papa pulang." Jantung Athalea semakin berdebar karena mendengar hal itu dari Zefan. Sudah beberapa hari ini Farhan tidak pulang ke rumah mereka-membuat Athalea dan Zenfan sedikit lega karena telinga mereka bisa sedikit istirahat dari percekcokan orangtua mereka.

"Kamu tidur, gih," titah Athalea agar Zefan tidak terlalu memikirkan masalah orangtuanya. Zefan tidak pantas melihat percekcokan orangtuanya-ia masih terlalu kecil.

"Nggak mau." Athalea menghela napas mendengar jawaban Zefan yang sangat badung. Athalea akhirnya memutuskan untuk mengalihkan pikiran Zefan-dan dirinya-agar tidak terlalu memikirkan masalah itu dengan memainkan game di ponsel Athalea.

Perhatian mereka kembali teralihkan hingga ketukan di pintu kamar Athalea terbuka dan menampilkan Arini yang kini menyuruh mereka untuk ke bawah.

Dengan malas, Athalea bangun dari tidurnya dan mengikuti Mamanya untuk turun ke ruang keluarga yang ternyata terdapat Papanya disana.

"Atha, jadi Mama dan Papa-"

"Kita mau pisah rumah dulu." Farhan melanjutkan apa yang tidak sanggup dikatakan oleh Arini. Membuat Athalea tidak bisa menahan keterkejutannya dan Zefan yang duduk di samping Athalea tidak mengerti apa yag dimaksud orangtuanya.

"Kalian...cerai?" Setetes air mata jatuh di pipi Athalea ketika ia menanyakan hal itu. Athalea sepertinya tidak akan sanggup mendengar apa yang jawaban yang akan dikatakan oleh kedua orangtuanya.

Arini menggeleng. "Bukan, kita cuma...menenangkan diri."

"Dengan cara pisah rumah? Kenapa kalian nggak sekalian cerai saja biar semuanya selesai?!" Athalea bangkit dari duduknya dan bersiap meninggalkan ruangan itu.

"Atha, jaga bicara kamu." Farhan memperingati anak pertamanya itu.

Athalea tidak peduli. Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan tidak mempedulikan panggilan orangtuanya. Athalea menangis di atas tempat tidurnya. Ia tidak percaya jika keluarganya akan hancur seperti ini. Ia sangat tidak percaya.

***

Athalea tidak tahu sudah berapa lama ia termenung di jendela malam itu. Dengan secangkir teh panas dan lagu yang terpasang di headset-nya. Ia juga baru saja melihat mobil Farhan keluar dari pelataran rumahnya, yap, Papanya pergi. Athalea ingin duduk di sini saja selama mungkin. Sepertinya Athalea sudah lupa waktu.

Ketukan di pintu itu tidak membuat Athalea mengalihkan pandangannya dari jendela yang sedang ia pandang.

"Keluar, Zefan." Tapi Athalea tetap tidak mendengar suara pintu yang tertutup.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mengalihkan pandangan dan melihat Zeno sedang berdiri di ambang pintu.

Wait...what?!

"Kak Zeno?!" Athalea terkejut setengah mati melihat Zeno yang kini berada di hadapannya. Gak...gak mungkin, gue pasti lagi halu. Athalea menggeleng - gelengkan kepalanya. Tidak percaya jika memang Zeno berada di depan pintu kamarnya.

"Hai, Lea." Lelaki itu kini tersenyum dan semakin membuat Athalea blingsatan. Kalau orangtuanya mengetahui Zeno masuk ke dalam rumahnya, maka-

Tunggu, Zeno kenapa bisa masuk sini?

It's My Simple LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang