Chapter 20 [Break and Zeno]

393 38 3
                                    

Athalea bergegas meninggalkan meja kantin yang ia tempati tadi, berjalan melewati meja Allan dan Meyra. Untuk sementara, Athalea menatap Allan. Ia tidak cemburu, tapi bukan berarti Athalea fine – fine saja melihatnya. Menurutnya, Allan tidak boleh bersikap seperti itu. Anggap saja Athalea memang egois, ia tidak peduli.

Allan berhasil menatap Athalea yang kini masih menatapnya. Baru saja Allan ingin memanggil nama Athalea, gadis itu sudah melangkahkan kakinya untuk pergi dari kantin.

“Atha!” panggil Allan yang tidak membuat Athalea menghentikan langkahnya. Gadis itu baru berhenti ketika mereka sampai di parkiran yang saat ini benar – benar sepi. Athalea berdiri di sudut pojok yang ada di parkiran itu.

“Atha, kamu—”

“Apa?”

Allan menarik napas dalam, “Aku tau tadi kamu liat aku sama—”

“Meyra.”

Allan mengangguk. “Aku sama dia cuma bahas—”

“Lan, aku gak peduli kamu ngomong apa sama dia.” Athalea memandang datar ke arah Allan. Toh, emang dia sangat tidak peduli, ia hanya tidak suka.

“Tapi, kenapa tadi kamu marah?” Athalea mendengus untuk mengejek ucapan Allan. Bukan bermaksud tidak sopan, tapi kekesalannya pada Allan membuatnya melakukan hal itu.

“Siapa yang marah?”

Allan menghela napas. “Tha, sebenarnya kamu kenapa, sih? Kita ini kenapa?”

Athalea mengangkat bahu. Tanda bahwa ia juga tidak tahu apa yang salah dari mereka. Hanya saja, Athalea sudah merasa bahwa hubungan mereka memang salah.

“Kamu ngejauh.”

“Kamu yang buat aku ngejauh.” Athalea membalas ucapan Allan masih dengan nada dingin. Ia tidak terima jika Allan yang menganggap ia yang salah di hubungan ini. Ia tidak terima jika Allan menanggap bahwa hanya Athalea yang membuat hubungan mereka berantakan.

“Kenapa lagi? Zeno?”

Enough, Zeno gak boleh dibawa – bawa. “Bukan cuma itu, Lan. Meyra juga.”

“Kenapa Meyra?”

“Kenapa Zeno?”

Allan menghela napas untuk yang kesekian kalinya. “Aku gak suka liat kamu deket banget sama Zeno.”

“Aku juga gak suka liat kamu sama Meyra, Lan,” ucap Athalea berusaha menahan kekesalannya.

“Meyra sama aku—”

“Oke, enough. Aku ngerasa semuanya makin belibet, Lan.”

“Jadi?”

“Kita break.” Athalea sudah memutuskan ini semua sedari awal. Sejak Allan mendeklarasikan hubungan mereka di taman kala itu, Athalea sudah yakin bahwa semua ini tidak akan pernah berhasil. Athalea sudah tahu bahwa ia dan Allan tidak bisa melakukannya.

“Apa, Tha?” tanya Allan setengah tidak percaya jika Athalea mengucapkan hal itu. Baginya, break adalah hal terburuk. Lebih buruk dari sekadar putus. Break layaknya samar – samar—antara mau mengakhiri tapi ragu atau ingin lanjut tapi tidak mau.

“Kamu sudah denger jelas, Lan.” Athalea bergegas meninggalkan Zeno. Ia memang ingin segera pergi dari sana sebelum ia kehilangan kesabarannya, sebelum ia menyumpah serapahi Allan karena tidak bisa membendung emosinya.

Kini, Athalea bingung ingin kemana. Sudah pasti ia tidak akan kembali ke kantin, ia sedang tidak ingin berada di keramaian. Ataupun ke kelasnya—yang ia yakini, kelasnya kini menjelma layaknya kebun binatang—sangat ramai dan ribut.

It's My Simple LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang