Chapter 21

8.6K 613 76
                                        

.

.

.

.

.

Seandainya Luhan tinggal di pedesaan, dia akan dibangunkan oleh musik alam dari perpaduan suara burung yang berkicau..

Wanita yang masih kelelahan itu dibangunkan oleh butiran butiran embun yang sudah bercampur udara, dengan kesejukan yang langsung menegur tidurnya untuk segera melanjutkan aktivitasnya, sementara kehangatan dari pancaran sinar matahari yang menerobos lewat celah celah kecil jendela besarnya, itu berkerja membasuh kelelahannya.

Kelopak bunga matanya perlahan terbuka menjadi sempurna.

Menoleh kesebelahnya, Luhan tidak menemukan suaminya. Berpencar keseisi ruangan, kamarnya nampak sudah rapi dengan seluruh tirai jendela kamarnya yang sudah tersibak.

Luhan melilit selimut putih ketubuh polosnya, Luhan turun dari ranjangnya sambil menahan sesuatu yang berdenyut dari area kewanitaannya.

Luhan menoleh pada Jam tertempel di temboknya.

Dia berpikir suaminya sudah berangkat ke kantor, karena ini hampir pukul sembilan pagi.

Luhan lalu bergegas ke kamar mandi, membersihkan dirinya.

.

"Kau...!" Luhan berseru tertahan melihat Sehun duduk disofa dengan beberapa berkas diatas meja.

"Kau belum berangkat?"

"Aku kelelahan..."

Luhan menggeleng kecil mendengar alasannya.

"Perusahaan ku bisa bangkrut jika memiliki pimpinan sepertimu.." cibir Luhan lalu duduk didepan suaminya sambil mengusap rambut basahnya dengan handuk.

"Itu sekarang sudah perusahaanku." ralat Sehun tenang sambil memakan buah yang dia bawa dari dapur, sementara satu tangannya sibuk menekan papan ketik yang terdiri dari beberapa tombol alfabet.

"Kemarilah.. aku sudah membawa sarapanmu.." Sehun menepuk tempat kosong disebelahnya.

Luhan menurut saja,. Kemudian berpindah kesisi Sehun.

Sehun langsung meninggalkan kesibukannya.

"Inikah alasan kau ingin aku menemanimu, makan,,," Sehun menyodorkan mangkok yang berisi sup untuk Luhan.

"Hm..."

Luhan mengangguk, lalu menyeruput sup-nya.

"Dia tidak menyusahkanmu, sepanjang kehamilanmu., bukan?" tanya Sehun dengan memandangi isterinya yang sedang makan.

Luhan terpaku sekejap. "Aku kadang hanya terlalu merindukanmu.." akunya. Luhan tersenyum menoleh pada Sehun. "Dia tidak rewel.."

"Mungkin dia mewarisi sifatku.." ujar Sehun yakin.

Luhan tergelak, "Kau terlalu percaya diri..." gelengnya disisa tawanya.

"Aku yakin dia sangat mirip denganku.."

Luhan menggeleng lagi sambil menggoyangkan sendoknya didepan Sehun, "Aku rasa kau harus mengurangi rasa percaya dirimu itu.. tuan OH." cibir Luhan lalu melanjutkan makannya.

"Kau sudah melakukan USG..??"

Luhan mengangkat bahunya ringan, "Lalu kenapa kau begitu yakin, kalau anak kita adalah perempuan..." gantian Sehun yang mencela isterinya

CEO & I || HunHan || CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang