PROLOG

1.8K 118 55
                                    

"Mbak nggak kenal saya?"

"Ya, enggaklah! Saya nggak punya temen dekil macam kamu!"

Laki-laki itu cemberut. "Nggak usah ngatain juga kali, Mbak."

"Bodo amat!"

"Tapi seriusan, Mbak nggak kenal saya?"

"Nggak! Saya nggak kenal dan nggak mau kenal!"

"Padahal saya kenal Mbak loh. Makanya tadi saya langsung sembunyi di dekat Mbak."

Bemi tersentak. "Hah?"

🍂🍂🍂

"Loh, kalian saling kenal?"

"Tidak." / "Iya."

"Yang benar yang mana ini? Saling kenal atau tidak?" tanya Pak Januar bingung.

"Kenal." / "Tidak."

"Aduh, kok, tambah membingungkan jawaban kalian?"

🍂🍂🍂

"Mau bales apa kalau gue sengaja nyipratin sambel?" tanya Bemi ketus.

"Bales apa?" Mika menatap Bemi. "Cium?"

Handuk basah yang Bemi pegang, refleks dia arahkan pada lengan Mika yang tak terbungkus apa pun.

"Aduh, bar-bar amat, sih?" Mika mengusap lengannya pelan. Lumayan sakit meski hanya terkena handuk.

"Makanya punya mulut dijaga kalau ngomong!"

"Berdua, nih, ya, nggak di kantor, nggak di Sunmor, nggak di pantai juga, perang mulu."

🍂🍂🍂

"Gue keterlaluan, ya, ngejar Kak Bemi?"

Wildan mengernyit. "Maksudnya?"

"Maksud gue, apa gue kebangetan ngejar-ngejar dia?"

"Nggak juga, sih." Wildan diam sejenak sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Cuma kayaknya kamu rada kekanakan."

🍂🍂🍂

"Lo ngapain narik-narik gini?"

"Jadi, Kakak mau pulang?"

Sebuah gelengan adalah jawaban pertama yang Bemi berikan.

"Kalau gitu, jangan bandel." Mika kembali menegakkan tubuhnya. Dia hendak melangkah lagi saat sebelah tangannya ditahan oleh Bemi.

"Mik."

Mika menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa?"

"Gue ... putus."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




🍂🍂🍂

Tinggalkan jejak ya.

See you soon

Yogyakarta
22 Agustus 2018

Hai, sekarang 2024 dan aku memutuskan untuk publikasi ulang cerita ini. Ada banyak perbaikan, tapi nggak mengubah alur. Semoga masih ada yang baca, ya. Selamat bertemu kembali dengan Mika, Bemi, Eksa, dan Husni.

Republished
14 Juli 2024

F A L L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang