"Mi, lo beneran sama Bagas?" Eksa menatap lekat pada Bemi yang kini sibuk menyisir rambut.
"Emangnya kenapa?"
Menghela napas panjang, Eksa merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Ya nggak apa-apa, sih."
"Kalau pakai kata 'sih' berarti ada lanjutannya." Bemi berhenti menyisir dan menoleh pada Eksa. "Kenapa? Bukannya dia juga jomlo?"
"Bukan gitu." Eksa menghela napas lagi. "Itu si Mika gimana?"
"Hah?" Kelopak mata Bemi melebar. "Lo nggak salah nanyain dia?"
"Ya enggaklah!"
"Ngapain bahas itu bocah, sih?"
Eksa tidak langsung menjawab. Dia sibuk memainkan boneka karakter larva merah milik Bemi.
"Lo suka sama Mika?"
Refleks Eksa menatap Bemi dengan kening berkerut. "Apaan? Nggaklah! Dia udah gue anggep adek sendiri."
Bemi mendengkus. "Ya, terus ngapain bahas dia?"
"Ya, gue pikir lo lebih prefer ke dia daripada Bagas."
"Siapa bilang?" sahut Bemi tidak santai.
Heran, kenapa Eksa bisa menyimpulkan hal seperti itu? Bemi tidak ada perasaan apa-apa ke Mika. Dia justru masih kesal dan sebal jika mengingat semua hal yang pernah laki-laki itu lakukan di masa lalu.
Nih, ya, tolong diingat kalau perlu dicatat. Bemi tidak ada perasaan apa-apa pada Mika. Tidak ada!
"Gue yang bilang."
"Sok tahu!" Bemi memutar bola matanya. "Nggak demen sama brondong!"
"Heleh!" Eksa mencibir. "Sok-sokan bilang gitu. Padahal Mika diare aja, lo maju paling depan buat jengukin."
Seketika wajah Bemi memerah. Bagaimana Eksa bisa tahu, sih? Padahal kemarin wanita itu sedang ada urusan di kantor pajak saat Bemi menyeret Husni dan Satria pergi.
"Lo tahu dari siapa gue ke sana?"
"Nggak penting gue tahu dari siapa."
Bemi mendengkus.
"Terus, sekarang lo jadi pergi sama Bagas?"
"Jadi." Bemi merapikan poninya. "Kenapa? Mau ikut?"
"Ogah," tolak Eksa. "Mending gue tidur di sini."
"Lo diusir sama ibu kos apa gimana? Sering banget numpang tidur di sini."
"Sepi. Nggak suka."
Bemi menghela napas pelan, tidak mengerti dengan sahabatnya. Biasanya, sih, Eksa tidak seperti itu. Bemi jadi curiga ada sesuatu yang sudah terjadi.
"Ya udah, serah lo." Bemi menatap sekali lagi pantulan dirinya pada cermin. "Gue titip kamar. Selama gue pergi, terserah lo mau ngapain. Asal jangan berantakin barang-barang gue!"
"Iya, Nyai."
"Oke, gue pergi dulu."
"Iye."
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomanceCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...