"Makasih, ya, Hus, udah nganterin pulang."
Husni mengangguk pelan. Dia menatap Eksa yang kini tengah melepas helm. Wanita itu tidak meraung-raung, tetapi Husni bisa melihat ada jejak air mata di kedua pipinya. Mata yang terlihat merah juga menjadi bukti jika wanita itu terluka.
"Mbak, soal tadi aku …."
Eksa menggeleng sembari tersenyum kecil. "Kamu jangan gitu. Aku malah makasih kamu bilang ke aku."
"Tapi, Mbak nggak apa-apa?"
Sesaat setelahnya Husni merutuk dirinya sendiri karena menanyakan pertanyaan bodoh itu. Tanpa bertanya pun, sudah jelas jika Eksa tidak sedang baik-baik saja. Siapa pun juga akan merasakan hal yang sama jika menyangkut hal seperti itu.
"Nggak apa-apa." Eksa tersenyum lagi. "Ya udah, kamu pulang, gih. Udah malam."
Husni tidak menjawab. Dia hanya bergeming di depan wanita yang tingginya sebatas bibirnya.
"Ya udah, aku masuk dulu, ya."
Sekali lagi, Eksa tersenyum. Satu hal yang membuat Husni ikut terenyuh karena senyum palsu itu. Husni tahu Eksa terluka. Dia juga tahu jika sekarang ini, wanita itu butuh teman untuk menguatkannya.
Menghela napas pelan, Husni akhirnya berbalik setelah memastikan Eksa masuk ke indekos. Berniat untuk berjalan menghampiri motornya yang dia parkir dekat gerbang. Baru beberapa meter, langkah Husni terhenti ketika Eksa menyerukan namanya. Membuat laki-laki itu kembali membalikkan badan.
Hal pertama yang Husni lihat, adalah ketika Eksa berlari dan menubruk tubuhnya begitu saja. Mendekap erat dengan isakan yang perlahan keluar dari bibir wanita itu.
Husni diam, tidak tahu harus bagaimana? Namun, setelah beberapa saat, dengan ragu tangan laki-laki itu bergerak untuk membalas pelukan Eksa. Berharap bisa menyalurkan rasa hangat yang mampu menenangkan wanita itu.
"Aku di sini, Mbak."
🍂🍂🍂
Hari Minggu pagi, Bemi sudah rapi dengan celana kulot jeans dipadu kaus abu-abu longgar. Pagi ini Mika pulang dari rumah sakit, setelah tiga hari dua malam dirawat di sana. Karena kepulangan Mika tersebut, Bemi bersiap untuk mengantarkannya ke indekos. Bersama Kenzo tentu saja.
Pukul sembilan kurang seperempat, Bemi sudah sampai di rumah sakit. Setelah membayar ojol, dia bergegas masuk. Di depan ruang rawat Mika ada Kenzo tengah berdiri dengan ponsel menempel di telinga. Sepertinya sedang menelepon seseorang.
"Iya, Ma. Pagi ini pulang, kok."
"..."
"Iya. Aku balik kalau Mika udah sehat beneran."
"..."
"Mhm, tenang aja ada Bemi."
Bemi tersentak saat Kenzo menatapnya dengan senyum meledek.
"Apaan, sih?" lirih Bemi.
"Ya udah, aku tutup dulu, ya, Ma. Mau siap-siap balik. Bemi juga udah di sini."
"..."
"Gimana, Ma?"
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomanceCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...