Hari masih sangat pagi ketika Mika terbangun dan mendapati dua sahabatnya sudah ada di kamar indekos, Wildan dan Jeje. Padahal iqomah baru saja selesai dikumandangkan, itu menunjukkan jika matahari juga belum terlihat. Namun, dua orang berwajah datar itu sudah berisik dengan memutar lagu keras-keras dari ponsel. Sengaja, sih, supaya Mika lekas bangun dan ikut bertugas jualan di Sunmor. Menggantikan Husni yang sedang pulang kampung.
"Ah elah, lo berdua ngapain, sih, berisik amat? Ganggu tidur gue aja!"
"Astagfirullah!" ucap Jeje. "Heh, bangun, Mik! Subuh, jangan molor mulu!"
Kelopak mata Mika masih terpejam, berniat untuk menaikkan lagi selimut bermotif bendera Inggris miliknya. Namun, urung saat selimut tersebut ditarik oleh Wildan. "Heh, ojo balik turu! Subuh, Mik, subuh!" [Heh, jangan balik tidur!]
Akhirnya Mika bangun, lantas berjalan menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu. Masih dengan kelopak mata yang terasa begitu berat untuk dibuka, Mika melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk ibadah.
"Udah belum? Kalau nggak digebrak nggak bangun juga kamu tuh!" omel Jeje begitu Mika selesai salat.
Laki-laki tinggi itu melengos sembari melipat kembali sarung yang tadi dia gunakan. "Lagian ngapain, sih, subuh-subuh pada heboh? Kenapa juga bisa masuk kamar gue?"
"Kalau nggak mau diterobos, ya, jangan lupa kunci pintu!"
Oh iya, semalam Mika lupa untuk mengunci kamarnya karena ketiduran. Untung saja yang datang hanya Wildan dan Jeje. Bukan pencuri ataupun pembunuh. Kalau iya, sungguh menyeramkan dan mungkin Mika sudah tinggal nama.
"Kenapa? Ini, kan, hari Minggu."
"Lali po kowe?" [Lupa ya kamu?]
"Lupa apaan?"
"Hari ini gantiin Husni jualan seblak bareng kita," jelas Jeje yang kemudian membuat Mika jadi lesu.
🍂🍂🍂
"Ke Sunmor, yuk, Mi!" ajak Eksa pada Bemi yang sedang tiduran di kasur.
"Ngapain? Ogah, panas."
"Jalan-jalanlah, sekalian cari jajanan. Gue kangen suasana Sunmor, kangen kampus juga."
Bemi mengalihkan fokus dari ponsel, lantas menatap Eksa serius. "Lo ngajak Deka lagi, ya?"
"Kenapa emang kalu ngajak dia?"
"Ogahlah gue! Jadi obat nyamuk doang. Mending gue tidur di kos."
"Jangan gitu, dong." Eksa cemberut. "Berdua aja, kok, sama gue."
"Bener?"
"Iya, bener."
"Ya udah, kalau gitu. Ayo berangkat!"
Beberapa saat kemudian, Bemi dan Eksa berangkat menuju Sunday Morning. Sunday morning atau disingkat Sunmor, adalah sebuah pasar dadakan yang berada di wilayah Universitas Gadjah Mada. Dulu semasa kuliah, Bemi dan Eksa sering sekali mengunjungi tempat itu. Karena hanya ada di sepanjang jalan tepat depan kampus.
"Rame juga, ya." Bemi berucap sembari menoleh kanan kiri. Sepertinya sudah beberapa bulan sejak terakhir dia datang ke sini. Sekarang semakin ramai dan penjual makanan juga semakin banyak. "Gue laper, nih, Sa. Enaknya jajan apa, ya?"
"Seblak aja gimana?"
Bemi tidak lekas menjawab. Kalau dituruti, sebenarnya dia ingin sekali kalap dan membeli banyak makanan. Namun, dia tahu diri dan tidak mungkin menuruti keinginannya yang hanya lapar mata. "Boleh, deh."
Keduanya lantas berjalan menuju stan seblak yang berada tidak jauh dari gerbang kampus.
"Mas, seblaknya dua porsi, ya. Yang pedes."
"Oke, Kak, bisa ditunggu, ya."
Karena antrean yang tidak banyak, Bemi tidak perlu menunggu lama seblak yang dipesan. Begitu terhidang, Bemi dan Eksa langsung menyantapnya. Ketika sedang menikmati seblak tersebut, mendadak Bemi dikagetkan oleh suara seseorang. Suara familier yang sebenarnya tidak ingin dia dengar lagi.
"Kak Bembem? Wah, kita ketemu lagi! Apakah ini yang dinamakan jodoh?"
Lalu, Bemi tersedak.
🍂🍂
.
.
.
.
.
Makasih ya atas apresiasi di part sebelumnya ^^
Yogyakarta
27 Agustus 2018Republished
21 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomanceCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...