Mika menatap pantulan dirinya di depan cermin yang ada di kamar indekos. Seketika kedua sudut bibirnya tertarik sempurna. Dia sudah rapi dengan kemeja abu muda polos dipadu dengan celana hitam.
Hari ini adalah hari pertamanya masuk magang. Mika jadi tidak sabar, bagaimana, ya, rasanya magang dan melaksanakan pekerjaan layaknya karyawan? Jujur saja, Mika sudah kenyang dijejali dengan berbagai materi kuliah. Mulai dari akuntansi pengantar, akuntansi menengah satu, menengah dua, akuntansi lanjutan, belum lagi audit dan kawan-kawannya.
Setelah merasa cukup rapi dengan penampilannya sekarang, Mika segera mengambil tas ransel dan bergegas pergi. Di halaman indekos, Husni sudah menunggu.
"Walah-walah, gene nek rapi ki, yo, wangun ngono lo, Mik." Husni menyambut dengan senyum lebar, tetapi yang disambut justru hanya mengerutkan kening. [Aduh-aduh, kalau rapi gini kan, ya, cakep gitu, Mik.]
"Lo ngomong apa, sih? Gue nggak ngerti." Mika mengerjap sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Wo, Paijo!" Husni berseru. "Kamu tuh harus kursus bahasa Jawa sama aku, Mik! Masa udah hampir tiga tahun di Jogja masih ngomong lo-gue terus."
Mika tidak memedulikan ucapan Husni. Dia berjalan ke arah motor matic miliknya yang ada di parkiran.
"Sampai kapan lo mau ngejogrok di depan kos gue?" tanya Mika sembari menyalakan mesin motor. "Gue tinggal, nih."
Kemudian laki-laki itu mulai menjalankan motor, membuat Husni merapal padanya.
"Wo sableng! Tak enteni malah ninggal. Mik, tunggu woy!" [Dasar sableng! Aku tunggu malah ninggalin.]
🍂🍂🍂
Beberapa kali Bemi melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Wanita itu bergerak gelisah, membuat sofa di ruang Pak Januar sedikit bergerak. Eksa yang menyaksikannya hanya memutar bola mata malas.
"Anjir, lo ngapain, sih, gerak-gerak mulu?" Eksa berbisik di dekat telinga Bemi. Takut-takut kalau dia bicara dengan suara normal akan didengar oleh Pak Direktur yang tengah serius dengan ponselnya. "Kebelet boker, ya?"
Bemi mengangguk. "Perut gue mules banget."
"Ya udah, sana ke toilet. Berabe kalo keluar di sini!"
"Sialan!" Bemi merutuk sembari beranjak berdiri. Ugh, dia butuh toilet sekarang.
"Permisi, Pak," ucap Bemi yang membuat Pak Januar mendongak.
"Iya, ada apa, Bem?"
"Itu, Pak, kira-kira mahasiswa yang magang masih lama nggak, ya? Saya mau izin ke toilet sebentar."
Pak Januar melihat jam yang ada di dinding. "Sepertinya sebentar lagi datang. Kemarin saya janjian sebelum jam delapan. Tapi, kalau kamu mau ke toilet dulu monggo, nggak apa-apa." Kemudian Pak Januar senyum, membuat Bemi seakan meleleh saja.
Heh inget, jangan jadi pelakor lo, Mi. Pak Januar udah ada buntutnya!
Ah iya, Pak Januar udah bukan single lagi. Meskipun masih hot.
"Makasih, Pak. Kalau begitu saya permisi sebentar."
Setelah Pak Januar mengangguk mengiakan, Bemi segera bergegas menuju toilet. Begitu sampai di sana, Bemi bisa bernapas lega karena menuntaskan panggilan alamnya. Tidak sampai lima belas menit, Bemi keluar dari toilet. Dia berjalan menyusuri koridor menuju ruangan Pak Januar dengan berbagai pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.
Kira-kira siapa, ya, yang magang di kantor tempatnya bekerja? Laki-laki atau perempuan? Kalau laki-laki, ganteng apa tidak, ya? Siapa tahu bisa digebet, kan?
Bemi tersenyum tipis sembari mempercepat langkah. Ketika sampai di depan ruangan Pak Januar, dia mengetuk pintu dan bergegas masuk. Baru saja dia hendak duduk di sofa, suara Pak Januar terdengar. Ucapan Pak Direktur tersebut membuat Bemi merasa beku saat itu juga.
"Oh iya, Mika, Husni, kenalkan yang baru datang ini namanya Bemi. Kalau Eksa akunting tax, nah Bemi ini akunting bagian pencatatan dan pelaporan." Pak Januar tersenyum. "Bemi, Mika dan Husni ini yang selama tiga bulan ke depan akan membantu kalian."
Sial! Kenapa harus ketemu lagi, sih? Bukankah dunia tidak sesempit daun kelor? Kalau begini, namanya dunia jadi sesempit biji gandum.
"Halo, Kak Bemi!" Double sialnya, di sana Mika berucap enteng dengan senyum lebar. Menampakkan gigi taringnya yang terlihat lucu.
"Gue bilang juga apa, Mi," bisik Eksa. "Lo ketemu lagi, kan, sama dia."
Triple sial!
Izinkan Bemi untuk menghilang sekarang juga.
🍂🍂🍂
.
.
.
.
.Yogyakarta
3 September 2018Republished
21 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomanceCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...