Kak, cemburu, ya?
Bemi mengacak rambutnya frustasi kala pesan Mika tadi siang terus saja terngiang di kepalanya. Sampai kapan, sih, bocah itu akan mengganggunya? Ya ampun, ini baru dua minggu berlalu dan masih ada sepuluh minggu lagi yang harus dia lewati. Kalau waktu bisa dipercepat, Bemi ingin sekali memutar waktu supaya bisa sampai ke akhir bulan ketiga bocah sableng itu magang. Terlalu lama berada dalam radius yang sedekat itu, rasanya hanya membuat Bemi makin tersiksa saja.
Setelah membuat rambutnya jadi mirip sarang burung, Bemi berguling-guling tidak jelas di atas kasur. Sampai beberapa saat kemudian ponselnya berdering, membuatnya berhenti rusuh dan segera meraih benda pipih tersebut.
Bagas is calling...
Bemi mengerjap ketika mengetahui siapa yang menelepon. Aduh mimpi apa dia semalam, ya? Merapikan rambut sejenak, Bemi menerima panggilan itu setelahnya.
"Halo," sapa Bemi lebih dulu.
"Halo, Bemi."
Bemi tidak bisa menahan senyumnya ketika mendengar suara Bagas yang mengalun lembut. Ya ampun, kok, rasanya jadi pengin terbang?
"Ganggu nggak nih?"
Senyum Bemi semakin merekah. "Nggak ganggu, kok."
"Sip kalau nggak ganggu." Terdengar kekehan kecil Bagas di seberang.
"Ada apa, Gas?"
"Nggak ada apa-apa sih, cuma pengin denger suara lo aja."
Oke, Bemi ambyar.
"Oh." Bemi menjawab sambil sebelah tangan menangkup pipinya yang semakin terasa panas.
"Eh iya gue lupa, gue juga mau bicarain soal liburan besok."
Senyum yang tadi mengembang sempurna, kini seketika meredup kala mendengar kata liburan yang diucapkan Bagas. Angan Bemi jadi melayang pada bocah kelebihan kalsium itu.
"Besok kita bakal rame-rame ke pantai."
Bemi merengut. "Siapa aja yang ikut?"
"Gue ngajak Deka, Eksa, Nares, sama Satria juga ikut."
"Lo kenal Satria?" tanya Bemi heran, karena Satria adalah teman kerjanya di kantor.
"Dia sepupu gue."
Bemi menganga takjub. Wah, ternyata memang benar jika dunia ini hanya sesempit biji gandum!
"Mereka doang, kan?" Kembali Bemi bertanya dengan perasaan harap-harap cemas. Dia tidak ingin jika Mika akhirnya ikut juga. Mending Bemi batal liburan kalau ada Mika.
"Sama anak magang kantor lo. Dia udah hubungin gue kemarin. Dia bilang dia ngajak tiga temennya."
Sial! Kenapa harus ada Mika, sih?
Bemi berdeham. "Gue nggak ikut, deh."
"Loh, kok gitu?" Bagas terkejut. "Ikut dong, Mi. Kan, yang utama gue ajak itu lo."
Kalau seperti ini, Bemi boleh geer tidak?
"Ya ...." Bemi menggaruk kepalanya, bingung mencari alasan yang tepat kenapa dia tidak jadi ikut. "Gue lagi pengin di kos aja."
Alasan yang amat sangat tidak masuk akal.
Terdengar Bagas menghela napas. "Gue nggak terima alasan lo. Pokoknya harus ikut, oke? Gue jemput besok. Jam tujuh udah siap, ya. See you Bemi."
Telepon ditutup sepihak, padahal Bemi baru saja membuka mulut untuk membalas ucapan Bagas. Jadilah dia hanya mangap dengan ponsel yang masih menempel ditelinga kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomantizmCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...