Notes
Sedikit catatan dari aku, cerita ini ditulis dan di posting pada tahun 2018. Setting waktu mengikuti, so, yap, ini adalah cerita dengan latar waktu awal-pertengahan 2018. Selamat membaca 🏵️.
.
.
.
.
.🍂🍂🍂
"Mi, lo kenapa, sih? Manyun mulu dari tadi. Kalau emang ada masalah, kan, bisa cerita sama gue."
Bemi menghela napas panjang, kemudian bertopang dagu. Membiarkan layar komputer di depannya masih menampilkan microsoft excell dengan deretan angka yang memuakkan.
"Capek gue. Rasanya kerjaan nggak kelar-kelar dari jaman batu. Bikin sesek aja."
"Hadeh, gue kira apaan." Eksa, rekan kerja sekaligus sahabatnya memutar bola mata malas. Membuat Bemi semakin mengerucutkan bibir.
"Lo, sih, nggak ngerasain kerjaan gue!" protes Bemi.
"Eh, sebelum bilang gitu, coba sini gantiin gue sejam aja ngurus pajak-pajak ini!" Eksa tersenyum ngeri.
Bemi mendadak cengegesan mendengar ucapan sahabatnya, lantas dengan segera kembali fokus pada layar komputer. Yah, mau bagaimana lagi? Semuak apa pun Bemi pada pekerjaannya, dia tidak bisa mengabaikan semua itu. Sudah untung dia bisa bekerja saat ini, karena di luar sana masih banyak orang yang berjuang mencari pekerjaan.
"Eh, iya, Mi, pulang kerja hang out, yuk!" kata Eksa tanpa mengalihkan pandang dari layar komputer. "Gue butuh jalan-jalan."
Bemi menoleh. "Boleh juga. Mau ke mana?"
"Enaknya ke mana?"
"Nol kilometer?" usul Bemi. "Gue udah lama nggak ke sana."
"Boleh, tuh. Gue juga udah lama nggak ke sana."
"Oke kalau gitu deal, ya?"
"Deal," sahut Eksa. "Eh, tapi gue boleh ngajak someone, ya?"
Bemi menghentikan aktivitas mengetiknya. Dia menoleh cepat dengan mata menyipit, curiga dengan someone yang dimaksud Eksa.
"Jangan bilang si Deka?"
Eksa terlihat salah tingkah sembari menggaruk tengkuknya. Lantas senyum-senyum tidak jelas yang lebih mirip minta ditabok. "Nggak apa-apa, ya?"
Kan, benar dugaan Bemi. Aduh bagaimana, ya? Bemi tidak bermaksud melarang Eksa yang hendak mengajak Deka. Namun, bisa dipastikan jika spesies satu itu diajak, bukan hiburan yang akan dia dapat. Melainkan pemandangan yang membuatnya semakin terlihat ngenes.
Jomlo detected.
"Harus banget ngajak dia?" tanya Bemi malas.
"Ya, gimana, ya, Mi, gue udah beberapa waktu nggak jalan sama doi. Kan, kangen."
"Jijay!" Bemi bergidik ngeri. "Sok-sokan kangen padahal jarak kantor nggak ada sepuluh kilometer."
"Bilang aja lo pengin!" ledek Eksa. "Makanya, Mi, sono cari pacar. Kalau nggak, sekalian aja cari pendamping hidup."
"Kok, gue ngerasa dikatain, ya?"
"Gue nggak ngatain, loh."
Bemi memutar bola matanya malas. "Ya udah, gue nggak jadi ikut. Sana pergi berdua aja sama Deka."
Bibir Eksa melengkung ke bawah. "Yah, kok gitu? Nggak asik lo, ah."
"Lah, ketimbang gue ikut cuma jadi obat nyamuk? Mending gue tidur di kos."
"Ikutlah, Mi. Ya? Gue suruh Deka ngajak temennya, deh, biar nggak bertiga doang."
"Ogah!"
"Gue traktir, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomansaCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...