"Sa, gue duluan, ya."
Eksa mengangguk dengan kedua sudut bibir tertarik. Bemi pamit untuk pulang duluan karena hendak ke rumah sakit menjenguk Mika. Setelah pingsan kemarin sore di halaman parkir kantor, Mika dilarikan ke rumah sakit. Semalam Eksa sudah ke sana bersama Husni. Sebenarnya dia mengajak Deka, tetapi katanya laki-laki itu sedang ada urusan.
Menghela napas pelan, Eksa tersenyum samar. Sepertinya Bemi sudah mulai luluh dengan laki-laki tinggi itu. Terbukti dari betapa paniknya kemarin sore ketika Mika mendadak pingsan. Selain itu, semalam Bemi juga susah diajak pulang. Katanya Mika tidak ada yang menjaga, padahal ada Wildan dan Jeje. Ada kakaknya juga yang baru datang dari Jakarta.
Jika ingat dua bulan lalu saat Mika baru mulai magang, Eksa rasanya ingin tertawa. Saat itu Bemi benar-benar anti pada pemuda tinggi itu. Bahkan wanita itu berkata jika tidak akan pernah tertarik atau jatuh cinta. Namun, lihat apa yang terjadi? Semuanya berbanding terbalik sekarang.
"Mbak Eksa belum pulang?"
Eksa tersentak. Lamunannya tentang Bemi buyar ketika suara yang tidak asing menyadarkannya. Membalikkan badan, wanita itu mendapati laki-laki sipit yang tak lain adalah Husni, tengah berjalan mendekat ke arahnya.
"Eh, Hus, baru balik?"
Laki-laki itu mengangguk. "Iya, barusan ketemu Pak Januar dulu."
"Abis ini langsung pulang? Atau ke rumah sakit?"
"Pulang dulu, Mbak. Bersihin badan dulu, udah lengket soalnya." Husni tersenyum. "Oh iya, Mbak Eksa mau jenguk Mika juga nggak?"
"Nggak dulu, ya, buat hari ini," jawab Eksa. "Aku ada janji sama Deka."
"Oh."
Entah hanya perasaan Eksa saja atau memang begitu, dia melihat raut wajah Husni agak berubah.
"Ya udah, hati-hati, Mbak. Have fun, ya." Kemudian Husni berjalan menjauh menuju parkiran, meninggalkan Eksa yang masih berdiri di dekat pintu masuk kantor.
🍂🍂🍂
Sembari menyesap minumannya, Eksa kembali menilik jam yang tertera pada ponsel. Pukul tujuh lewat dua puluh menit, itu artinya dia telah menunggu Deka selama hampir satu jam sejak setengah tujuh.
Mendengkus pelan, Eksa menyandarkan punggungg pada kursi yang dia duduki di teras kamar indekos. Tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan muncul hingga detik ini. Eksa kirim chat saja hanya centang satu, memang menyebalkan. Tadi saja ngebet ngajak makan di luar, begitu disanggupi malah tidak kunjung datang. Kalau tahu begitu, Eksa bisa datang ke rumah sakit menjenguk Mika.
Ting
Ponsel Eksa berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk. Segera dia membuka pesan tersebut, mungkin saja Deka yang membalas pesannya. Namun, harapannya pupus ketika nama yang tertera adalah nama Satria.
Sa, kamu nggak ke RS?
Eksa diam selama beberapa saat. Dia pandangi pesan pada ruang chat Satria hingga beberapa detik berikutnya mulai mengetik balasan.
Enggak dulu hari ini. Aku ada janji sama Deka.
Sebenarnya Eksa ragu membalas begitu, soalnya sampai sekarang saja Deka tak kunjung membalas. Apa jangan-jangan laki-laki itu lupa?
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomansaCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...