Mika buru-buru mengambil satu botol air mineral dari dalam tasnya saat melihat Bemi terbatuk. Begitu botol tersebut ada di tangan, segera dia angsurkan pada wanita itu. Senyum Mika mengembang saat melihat Bemi meneguk air mineral itu dengan terburu-buru. Menurutnya, hari ini Bemi terlihat manis dengan kemeja motif garis berwarna biru dipadu dengan celana jeans.
Ah ya ampun, bahkan wanita itu tidak pernah berubah dari yang terakhir kali Mika ingat.
"Dasar paijo! Ono wong keselak kok malah didelok nganti koyo ngono!" [Ada orang keselek malah dilihat sampai kayak gitu!]
Mika tergagap saat suara Wildan menyeretnya kembali dari lamunan. "Hah? Lo ngomong apa, sih? Gue nggak ngerti."
"Pirang taun neng Jogja to, Mik? Jowo we ra paham!" [Berapa tahun di Jogja, sih, Mik? Jawa aja nggak paham!]
Mika memutar bola matanya malas, lantas kembali beralih pada Bemi. "Kak Bemi kerja di daerah sini, ya?" Bukannya menanyakan apakah Bemi baik-baik saja atau tidak, Mika malah bertanya hal lain.
Kontan membuat empunya mendelik sebal dan berucap galak, "Bukan urusan lo!"
"Galak amat sih, Kak?"
Bemi tidak menjawab, lantas mengeluarkan selembar uang dua puluh ribuan dari dalam tasnya.
"Berapa Mas totalnya?"
"Enam belas ribu aja, Kak." Jeje menyahut dengan senyum.
"Eh, buat Kak Bemi gratis, kok." Itu Mika yang dengan seenaknya menjawab.
"Dengkulmu? Kamu mau bayar po?" lirih Wildan dengan tatapan tajam mengarah pada Mika.
"Nggak butuh gratisan dari lo!" ucap Bemi pedas.
"Udah-udah, malu dilihatin orang, Mi. Ya udah, kita pergi sekarang." Eksa menengahi. "Makasih, ya, Mas. Maaf jadi ribut."
Setelah itu Bemi dan Eksa berlalu, meninggalkan Mika yang masih saja memperhatikannya.
"Ora ngalamun!" seru Wildan sembari memukulnya pelan dengan gulungan kertas. [Jangan melamun!]
"Lah, suka-suka gue!"
Kemudian sebuah sendok plastik mendarat di kening Mika.
🍂🍂🍂
"Sumpah, ya, ketemu sama dia itu mimpi buruk!" Bemi melahap batagornya dengan tidak santai, membuat Eksa meringis melihatnya.
"Mimpi buruk gimana? Dia baik gitu, kok. Sempet mau digratisin lagi. Lo aja yang sok-sokan nggak mau. Biasanya juga kalau ada gratisan langsung embat."
Bemi melotot garang. "Nggak sudi digratisin bocah dekil kek dia!"
Eksa menggeleng pelan sembari menghela napas. "Lo dendam apa gimana, sih, Mi, sama dia?"
"Banget!"
"Gue kasih tahu, ya!" Eksa mendekat pada Bemi yang duduk di hadapannya. "Jangan terlalu membenci sesuatu sampai segitunya."
"Nggak bisa! Dia bikin gue naik pitam mulu!"
"Itu kan, dulu, Mi. Jangan gamon dong!"
Kelopak mata Bemi melebar. "Siapa yang gamon? Dipikir dia mantan pacar gue apa?"
"Ya, abisnya lo inget-inget masa lalu terus. Kalau dia emang nyebelin dan suka bikin lo kesel, toh, itu waktu kalian masih sekolah."
"Tetep aja tiap gue lihat mukanya yang ada gue emosi mulu."
"Yeu, setan itu mah."
Detik berikutnya Eksa meringis pelan karena disentil oleh Bemi.
"Pokoknya, gue nggak mau ke sini lagi! Ogah ketemu sama itu bocah!"
Eksa tersenyum geli. "Kayak nggak bakal ketemu di tempat lain aja."
"Ya, enggaklah!" Bemi menyahut tegas.
"Hati-hati deh, Mi," saran Eksa.
Bemi mengernyit. "Apa?"
"Hati-hati lo bakalan jatuh cinta sama itu bocah."
Seketika Bemi tersentak. "Anjir, kagak mungkin! Gue bukan tante-tante pedofil! Lagi pula gue udah eneg sama itu bocah! Nggak! Nggak mungkin dan nggak bakalan!"
Eksa terkekeh. "Yakin banget. Nih, ya, yang namanya benci sama cinta itu beda tipis."
"Bodo amat!"
"Ya udah, sih, yang penting gue udah ingetin." Eksa mengedikkan bahu. Setidaknya dia sudah mengingatkan terkait hal ini. Jadi, jika nanti ujungnya Bemi benar-benar terjatuh, Eksa hanya akan menjadi penonton. "Lagian, dia ganteng loh, Mi. Mirip Kao Jirayu. Mm, gantengan dia malah."
"Nggak peduli, sekalipun dia mirip Chanyeol EXO, Ji Changwook atau siapa pun itu gue nggak peduli!"
"Jangan segitunya." Eksa kembali mengingatkan. "Nanti kemakan omongan sendiri."
"Nggak bakalan!"
Manusia memang begitu, akan berucap sekenanya ketika tengah dilanda emosi. Namun, tidak ada yang tahu tentang takdir yang sudah ditetapkan. Karena sesuatu yang sangat dibenci, belum tentu buruk untuknya.
🍂🍂🍂
.
.
.
.
.Yogyakarta
29 Agustus 2018Republished
21 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
Roman d'amourCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...