"Loh, Wil, kamu cuma pesen nasi rames?"
Bemi menoleh saat mendengar Eksa bertanya pada Wildan. Saat ini, mereka semua tengah berada di sebuah warung makan yang ada di tepi pantai. Warungnya tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman dan bersih untuk singgah makan siang.
"Iya, Mbak."
"Nggak makan seafood kayak yang lain?" Kini giliran Bemi yang bertanya.
"Dia nggak bisa makan seafood, Kak." Itu Mika yang menjawab.
"Gue nanya Wildan, bukan lo!" sahut Bemi ketus.
Wildan terkikik, begitu juga Eksa yang kini duduk di depan Mika. Sedangkan Mika hanya cengar-cengir.
"Ini Mbak, Mas pesanannya. Ikan bakar, cumi asam manis, udang goreng tepung, ikan bumbu pedas, es teh sama es jeruk."
Begitu makanan terhidang di atas meja, wajah-wajah kelaparan itu tampak berbinar, termasuk Bemi. Ah, liurnya sudah berkumpul hanya karena melihat ikan bakar yang tersaji.
"Eh iya, ini nasi ramesnya."
Mendadak semua kepala tertoleh pada satu piring nasi rames yang berada tepat di depan Wildan.
"Loh, Wil, nggak pesen seafood?" tanya Satria.
"Kan aku tadi udah bilang, Mas, dia nggak bisa makan seafood," jelas Mika lagi.
Satria hanya mengangguk sambil menggumamkan kata oh.
Selama beberapa saat, Bemi dan kesembilan orang lainnya sibuk menyantap makan siang. Sambil makan, Bemi sesekali mencuri pandang ke arah Mika yang duduk tepat di depan Eksa. Kalau diperhatikan lagi, bocah itu sebenarnya manis. Apalagi kalau kalem seperti sekarang. Sayangnya, kelakuan Mika yang dulu masih terngiang di otak Bemi. Memang sudah lama, tetapi tetap saja Bemi tidak bisa lupa. Berkat Mika juga, dia jadi trauma pada tiga hal. Pertama petasan, kedua ular, dan yang ketiga katak.
"Mi, ngelamun aja?"
Bemi terkejut ketika suara Bagas terdengar begitu jelas. Namun, ada hal yang lebih mengejutkan lagi dari itu. Kaget karena Bagas, tangan Bemi tidak sengaja menyenggol sendok sambel. Sampai akhirnya terjadilah drama baru. Sambel tersebut muncrat dan mengenai wajah Mika.
"Aduh!"
Mengerjap polos, Bemi melongo melihat Mika yang kini heboh mengibas-ngibaskan telapak tangannya di depan wajah. Mungkin Bemi akan terus diam jika suara khawatir Eksa tidak terdengar.
"Bemi, buruan ambil air!"
Akhirnya, Bemi ngacir menuju wastafel warung untuk mengambil air.
🍂🍂🍂
"Masih pedes?" Bemi meringis pelan melihat pipi dan area mata bagian kiri Mika yang mendadak memerah.
"Masih."
Menghela napas pelan, Bemi menempelkan handuk kecil basah pada pipi Mika. "Sorry."
"Santai aja, Kak." Mika tertawa kecil. "Lagian, Kak Bemi nggak sengaja, kan? Kalau sengaja nanti aku bales."
Bemi memutar bola matanya malas. "Ya, enggaklah! Ngapain juga sengaja? Kayak nggak ada kerjaan lain aja."
Setelah berucap demikian, Bemi kembali fokus pada handuk kecil yang dia pegang.
"Mau bales apa kalau gue sengaja nyipratin sambel?" tanya Bemi ketus. Padahal itu hanya cara Bemi saja untuk mengelak apa yang tengah dia rasakan. Jantungnya seperti sedang disko. Sangat heboh karena melihat Mika dalam jarak sedekat ini. Apalagi hanya berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomanceCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...