Selama beberapa menit terakhir, Bemi hanya duduk bengong di depan layar komputer yang masih menyala. Angannya melayang pada sosok laki-laki tinggi yang kemarin membuatnya bad mood habis-habisan. Hah, kenapa juga dia memikirkan bocah itu? Tidak ada gunanya dan membuang-buang waktu.
Namun, nyatanya Bemi tidak bisa mengalihkan pikiran. Selalu saja bermuara pada laki-laki jangkung itu. Saat dia asal bersembunyi di samping Bemi. Tiba-tiba menariknya dan berlarian tidak jelas di sepanjang trotoar dekat Taman Pintar. Lantas yang terakhir ketika sapaan mendadak laki-laki itu membuat Bemi tersedak.
"Mi, ngelamun aja? Awas ada setan lewat berabe," ucap Eksa yang membuat Bemi tersadar dari lamunannya.
Wanita itu mendengkus. "Iya, setannya lo!"
"Astaghfirullah. Lo ngatain sahabat sendiri setan? Sungguh kejam."
Bemi mengedikkan bahu, kemudian mencoba kembali fokus pada kerjaannya yang sempat tertunda. Meskipun sebenarnya tidak bisa fokus seratus persen. Bayang-bayang Mika masih saja berkelebat.
"Mikirin Mika, ya?" celetuk Eksa sembari mengaduk kopi instan yang baru saja dia buat.
Kelopak mata Bemi melebar. Kok tahu, sih?
"Enggaklah! Ngapain mikirin bocah sableng itu?"
Eksa tertawa kecil. "Terus, mikirin siapa? Bagas?"
"Bahkan gue lupa sama wajah cowok bantet itu." Bemi berucap cuek.
"Meski bantet, tetep aja dia lebih tinggi dari lo."
"Palingan juga cuma selisih berapa senti."
"Jadi, lo suka yang tinggi-tinggi? Kayak Mika gitu?"
Bemi mendengkus lagi. Kesal karena Eksa kembali membahas orang yang tengah mengacak-acak pikirannya. Kalau begini, Bemi jadi tidak bisa konsentrasi pada pekerjaan.
"Gue bener, kan?" Eksa semakin meledek.
"Apa, sih?"
Eksa tergelak. "Nggak nyangka gue, ternyata Bemi kecantol sama anak kuliahan."
"Sekali lagi lo ngomongin itu bocah, gue bakar koleksi foto oppa-oppa punya lo!" ancam Bemi galak.
"Hi, takut." Eksa justru semakin meledek. Membuat Bemi geram hingga ahkhirnya mengumpat pelan.
"Sialan!"
🍂🍂🍂
"Bemi, besok pagi tolong berangkat lebih awal, ya."
Bemi yang sedang merapikan berkas-berkas pekerjaannya langsung menoleh begitu Pak Januar, direktur di kantor, berbicara dengannya.
"Ah, iya, Pak." Bemi tersenyum kecil. "Mm, kalau boleh tahu ada apa ya, Pak?"
"Oh itu, akan ada anak magang di kantor ini mulai besok. Mereka jurusan akuntansi, jadi saya ingin kamu turut serta mendampingi saat mereka pengenalan kantor. Ada dua orang dan masing-masing bantu bagian kamu sama Eksa."
"Saya juga disuruh berangkat awal, Pak?" tanya Eksa yang mendengar namanya disebut-sebut.
"Iya. Besok saya tunggu di ruangan saya, ya, jam setengah delapan pagi."
"Baik, Pak."
"Oke, selamat istirahat." Begitu saja, kemudian Pak Januar melangkah pergi.
Bemi yang baru selesai merapikan berkas tersenyum semringah. "Akhirnya ada yang bantuin juga!" ucapnya riang. "Bisa nyantailah selama beberapa bulan ke depan."
"Yoi," jawab Eksa setuju. "Eh, ngomong-ngomong, gue keluar dulu, ya, Mi."
"Mau ke mana?" Bemi mengerutkan keningnya. "Mau keluar sama Deka, ya?"
Eksa mengedipkan sebelah mata dengan kedua sudut bibir tertarik. "Tuh tahu."
"Gitu, ya, mentang-mentang kantornya deketan." Bemi melengos sebal.
"Jangan ngambek, dong. Gue udah janji soalnya."
"Ya udah, sana pergi!"
"Keluar dulu, ya. Bye bye, Bemi sayang."
Begitu Eksa berlalu pergi, Bemi juga ikut beranjak dari kursinya. Dia memutuskan untuk pergi ke minimarket yang ada di dekat kantor. Sampai di sana, Bemi segera berjalan menuju deretan mie instan. Dia bingung memilih mie antara rasa ayam bawang atau rasa bakso. Setelah beberapa menit, akhirnya dia mengambil satu cup mie instan rasa soto ayam. Mengambil dua bungkus camilan juga, baru setelah itu berjalan menuju kasir. Namun, belum juga sampai di sana, tubuhnya dibuat mematung oleh suara seseorang. Suara yang memenuhi kepalanya belakangan ini.
"Kak Bembem? Wah, ketemu lagi! Kalo ini, sih, beneran jodoh."
Sial. Sial. Sial.
Rasanya Bemi ingin memiliki jubah ajaib seperti di film Harry Potter sekarang, agar dia tidak dilihat oleh bocah tengil itu. Mendadak Bemi punya firasat buruk dengan hari-harinya ke depan. Dan itu menyangkut laki-laki jangkung yang sekarang tersenyum lebar ke arahnya.
🍂🍂🍂
.
.
.
.
.
Ngakunya gedeg, tapi ujung2nya mikirin juga. Hmzzzz.
Yogyakarta
31 Agustus 2018Republished
21 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomanceCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...