Part mereka liburan bakal dipecah jadi 3 chapter ya ;). Kalau dijadiin satu kepanjangan soalnya he he he. Well, selamat membaca ;)
🍂🍂🍂
"Mi, nih buat lo."
Bemi yang sedang asyik ngobrol bersama Satria dan Wildan di salah satu gazebo, menoleh saat mendengar suara Bagas. Wanita itu hanya menatap datar, masih ingat dengan kejadian beberapa saat lalu ketika Bagas ketawa-ketiwi bersama Nares. Bukan apa-apa sebenarnya, tetapi kok kesel, ya?
"Kok, bukan kamu aja yang magang di kantor bareng Husni?" Bemi lebih memilih mengabaikan Bagas yang berdiri di dekatnya. Dia kembali memusatkan perhatian pada dua lawan bicaranya, Wildan dan Satria.
"Aku udah keterima magang di KPP sama Jeje, Mbak, waktu itu. Jadi nggak bareng."
"Nggak bisa tukeran aja?"
Wildan tertawa. "Emang kenapa, Mbak? Mika nyebelin, ya?"
"Banget."
"Bem." Satria menyenggol lengan Bemi pelan.
"Apaan?"
"Itu." Satria menunjuk ke arah Bagas dengan dagu.
Bemi mendengkus. Mood-nya jadi anjlok gara-gara Bagas yang tadi sibuk bersama Nares. Bemi tidak cemburu, tetapi dia kesal. Bagas memaksanya ikut liburan dan mengabaikannya pada saat yang sama. Sangat menyebalkan.
"Kenapa?" tanya Bemi malas.
"Buat lo," kata Bagas sambil mengangsurkan es kelapa muda.
Bemi tidak langsung menerimanya. Dia menatap lama es kelapa muda yang sebenarnya sudah membuat liurnya berkumpul.
"Terima dong," kata Bagas lagi. "Lo, kok, jadi diem gini?"
Mengembuskan napas pelan, Bemi kembali mengalihkan pandang dari Bagas. Namun, dia dibuat terkejut kala Satria dan Wildan sudah tidak ada di sampingnya. Kedua laki-laki itu sudah melambaikan tangan padanya sambil berjalan menghampiri Mika yang sedang duduk di pasir pantai.
"Mi?"
"Apaan?"
"Ini, tadi gue beli es kelapa muda. Minum, gih, mumpung esnya belum cair."
Sekali lagi Bemi hanya memandang es yang masih berada di tangan Bagas tersebut. Hingga beberapa saat kemudian dia memilih untuk menerimanya. Ini namanya rezeki, jadi tidak boleh ditolak. Ya, walaupun sedikit kesal dengan orang yang memberi. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, kenapa juga harus kesal, ya? Toh, Bagas bukan siapa-siapa Bemi.
"Makasih," kata Bemi setelah es kelapa muda itu berpindah tangan padanya.
"Lo kenapa?" tanya Bagas.
Bemi mengernyit, lantas menoleh pada Bagas yang kini sudah duduk di sampingnya. "Nggak apa-apa. Kenapa emangnya?"
"Ya, lo aneh aja. Dari tadi diem terus."
"Biasa aja," sahut Bemi cuek.
"Karena Nares, ya?"
Seketika Bemi terbatuk setelah Bagas bilang begitu. Kok, Bagas bisa berpikiran sampai situ, sih?
"Dih, apaan? Enggak!" Tentu saja Bemi tidak bicara jujur.
"Beneran?"
Bemi tertawa sumbang. "Ya, iyalah! Emangnya siapa gue harus mempermasalahkan itu?"
Terdengar suara helaan napas Bagas. "Syukur kalau lo nggak marah."
"Marah apaan coba?"
"Karena gue takut lo marah."
"Biasa aja kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomanceCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...