23 • Baper, ya?

161 20 43
                                    

Bemi masih mematung di depan gerbang indekos ketika Mika melambaikan tangan. Beberapa saat kemudian, laki-laki itu mengendarai motor matic miliknya pulang. Tidak sampai dua menit motor yang dikendarai Mika hilang di belokan gang, sedangkan Bemi masih saja berdiri di depan gerbang.

Ajakan yang bermula sebagai paksaan itu pada akhirnya Bemi nikmati juga. Tidak dipungkiri jika dia senang bisa jalan-jalan ke Galeria Mall, meskipun bersama orang yang sebenarnya tidak dia harapkan. Namun, tidak apa-apa, deh. Berkat Mika, dia bisa kabur dari Bagas yang menyebalkan itu.

"Mi, lo ngapain bengong di sini? Alih profesi jadi penjaga gerbang?"

Pikiran Bemi yang diseliweri oleh Mika dan Bagas buyar begitu saja saat dia mendengar suara Eksa. Mengerjap, Bemi mengalihkan pandang pada Eksa yang kini berdiri di depan gerbang.

"Ngapain lo ke sini?"

Eksa tidak segera menjawab, dia beralih pada Deka. "Makasih, ya, udah nganter ke sini. Maaf, aku nggak tahu kalau kamu ajak Bagas juga."

"Nggak apa-apa." Deka tersenyum. "Ya udah, aku balik dulu, ya. Istirahat, gih! Capek, kan, tadi abis muter-muter milih sepatu?"

Eksa mengangguk.

"Jangan lupa makan, nanti kurus, loh."

"Pret." Eksa mencibir, tetapi senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya. "Ya udah, sana balik!"

"Iya." Deka tersenyum, masih dengan duduk di atas motor tanpa menyalakan mesinnya.

"Iya-iya doang. Sana balik!" usir Eksa.

"Sun dulu."

Kelopak mata Eksa melebar. Sesaat kemudian jemarinya menarik hidung bangir Deka. "Sun mbahmu? Udah sana balik!"

Deka merengut sambil mengusap-usap hidungnya yang kena jewer. "Sakit, ih."

"Makanya nggak usah aneh-aneh." Eksa memutar bola matanya malas. "Sana balik!"

"Iya." Deka masih merengut. "Ya udah, pulang, ya, sayang."

"Teros! Komporin aja terosss!! Gue nggak liat! Gue merem!"

Yah, kelupaan kalau ada Bemi yang dari tadi berubah jadi penjaga gerbang.

🍂🍂🍂

"Kok, lo nggak bilang, sih, Dek?"

Deka mengernyit bingung saat Bagas bertanya tidak santai. Ya ampun, Deka baru saja sampai di kontrakan, tetapi sudah kena sembur saja.

"Apa? Dateng-dateng langsung diamuk." Deka melengos, mengabaikan Bagas yang kini tiduran di ruang tengah.

Ngomong-ngomong, Deka dan Bagas satu kontrakan. Belum lama ini Deka ikut ngontrak Bagas karena indekosnya yang dulu terlalu jauh. Jadi, karena mereka teman sekantor, sekalian tinggal satu rumah. Menghemat pengeluaran juga. Selain dia dan Bagas, ada adiknya Deka yang masih kuliah. Namanya Lian. Dia kuliah di salah satu universitas negeri di Jogja, semester dua.

"Kenapa lo nggak bilang kalau Mika ikut?"

Deka yang hendak ke kamar mandi mengurungkan niatnya. "Mana gue tahu kalau dia ikut?"

F A L L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang