Selama beberapa menit terakhir, Bagas bolak-balik mengecek ponselnya yang tergeletak di atas meja kerja. Berharap ada satu notifikasi dari Bemi yang ditunggunya sejak tadi. Namun sayang, puluhan notifikasi yang masuk justru dari grup chat ataupun temannya yang lain. Chat-nya pada Bemi bahkan tidak dibaca sama sekali.
Menghela napas panjang, Bagas memilih untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Mungkin Bemi sedang sibuk, jadi tidak sempat membuka ponsel.
"Selesai belum, Gas?"
Bagas menoleh ketika suara Nares didengarnya. "Eh, Nares. Belum, ini dikit lagi."
"Jangan lama-lama, ya, laporannya udah deadline soalnya."
Bagas mengangguk dengan kedua sudut bibir tertarik. "Siap! Nanti aku kirim lewat netsend."
"Oke." Nares mengangguk, lantas kembali ke meja kerjanya.
Bagas mengembuskan napas pelan. Oke, untuk sekarang mungkin lebih baik dia fokus pada pekerjaan dulu. Masalah Bemi bisa dipikir setelah laporan selesai.
"Eh, Gas."
Bagas menoleh sekilas. Ada Deka yang menyembulkan kepala dari balik kubikel.
"Apa?"
"Lo mau ikut nggak nanti sore?"
"Ke mana?"
"Galeria."
"Ngapain ke sana?"
Deka tersenyum lebar. "Beli sepatu."
"Sendirian?"
"Nggak, sih. Sekalian mau nemenin Eksa."
Begitu tahu alasan Deka, Bagas memutar bola matanya malas. "Lo mau bikin gue jadi obat nyamuk? Lagian, bukannya Eksa ngambek sama lo?"
"Udah baikan."
Bagas tidak lekas menjawab. Dia masih sibuk dengan laporannya.
"Ikut nggak?"
"Ogah."
"Beneran? Eksa ngajak Bemi, loh."
Mendengar nama Bemi disebut, Bagas refleks menghentikan jarinya yang tengah mengetik di papan keyboard. Dia langsung menoleh ke arah Deka. "Serius lo?"
"Ngapain gue bohong?"
"Ya udah, gue ikut."
"Dasar bucin! Giliran gebetan ikut, langsung samber."
Bagas meremas kertas kosong yang ada di meja, kemudian melemparkannya pada Deka. "Sadar diri Dek, lo juga bucin."
🍂🍂🍂
"Kamu beneran suka sama Bemi, Mik?"
Mika berhenti mengunyah makanan ketika mendengar pertanyaan Satria. Dia mendongak sembari mengerjap beberapa kali. "Apa, Mas?"
"Ya elah." Satria mendengkus. "Masa nggak ngerti?"
Mika melanjutkan makan, kini sambil menggigit gorengan. "Oh, Kak Bemi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
F A L L ✓
RomansaCOMPLETED (Republished/Dalam tahap revisi) Awalnya, hidup Bemi baik-baik saja. Pekerjaan, pertemanan, dan percintaan, semuanya tidak ada masalah. Status lajang yang dia sandang pada usia 25 tahun tidak menjadi sebuah beban, melainkan kebebasan. Namu...