1 | Alarm

13.7K 890 354
                                    






"Oi, bocah sialan!"

Mikasa dan Eren yang sedang berjalan menuju kelas mereka menoleh ke belakang. "Ck! Mau apa kau, pendek?"

"Tch! Aku tidak memanggilmu, Ackerman. Eren ikut aku." Levi menggerakkan dagunya, memerintah Eren agar mengikutinya.

Eren mengangguk cepat. "Baik, Kaichou."

"Mau kau apakan Eren, hah? Kau mau memukulinya lagi?" Mikasa berdiri menjulang dihadapan Levi. Lelaki itu berdecak.

"Menyingkir, Ackerman. Aku tak ada urusan denganmu."

Mikasa merentangkan tangannya. "Katakan! Maka aku akan membiarkanmu lewat." Ucapnya.

"Mikasa! Kami terburu-buru. Menyingkirlah" Kesal Eren. Mikasa menurunkan kedua tangannya, membuat Levi yang ada dihadapannya mengikuti arah tangannya yang menurun.

Mikasa menunduk. "Tapi Eren--"

"Ayo, Kaichou. Kau pasti sibuk."

Levi diam beberapa saat sebelum berjalan melewati Mikasa yang masih tertunduk. Eren mengikutinya dari belakang tanpa mempedulikan Mikasa.

"Lihat saja si cebol itu, aku akan membunuhnya jika terjadi apa-apa pada Eren!" Ketusnya pelan.

Mikasa lalu menoleh ke belakang, berniat melihat Eren. Tetapi pandangannya malah bertemu dengan Levi -si ketua dewan sekolah- yang juga sedang melihat ke belakang. Mikasa sedikit tersentak sebelum mengalihkan pandangannya kedepan dan berjalan kembali.


Kaichou

Levi menyerahkan beberapa lembar kertas pada Eren. Eren menatapnya bingung lalu menerima kertas-kertas tersebut.

"Hm? Apa ini, Kaichou?"

Levi menatapnya datar. "Menurutmu?"

"Naskah?" Tanya Eren.

Levi menghembuskan napas. Ia menarik kursi kebanggaannya yang ada pada ruangan anggota dewan itu lalu mendudukinya.

"Ya, itu naskah."

Eren mengernyit heran. "Lalu?"

"Festival akan diadakan sebentar lagi. Hanji menyarankanmu untuk menjadi pemeran utama laki-laki." Jelas Levi.

"Apa? Kenapa aku?" Protes Eren. Tentu saja ia menolak, ia bahkan tidak bisa berakting.

"Tsk! Bocah sialan ini. Aku sudah bilang, Hanji yang memintaku." Levi menatap tajam Eren. Dengan gugup Eren meneguk air liur yang terasa tersangkut di tenggorokannya.

"Maaf, Kaichou. Lalu bagaimana pemeran perempuan?" Tanya Eren hati-hati. Suasana hati ketua-nya ini terlihat buruk. Ah, sejak kapan suasana hatinya bagus?

"Kau bisa memilihnya sendiri."

Eren tersenyum lebar. "Benarkah? Hm, siapa yang harus kupilih, ya? Mikasa?" Ia mulai berbicara sendiri.

Hah? Apa katanya? Mikasa? Tch! Levi menatap jengkel Eren yang terlihat berpikir.

Eren beralih pada Levi. "Kaichou, apa menurutmu Mikasa cocok memerankannya?"

"Tidak." Jawab Levi cepat.

Eren mengangguk. "Begitu, ya?"

Levi hanya diam. Lama-lama ia juga muak jika Eren tetap disini. Cih! Bel sebentar lagi akan berbunyi.

Levi berdiri dari duduknya. Berjalan melewati Eren menuju pintu keluar. "Kembali ke kelas, pembelajaran akan dimulai." Perintah Levi. Eren buru-buru menyusulnya.

[✔️] KAICHOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang