11 | Feeling

4.2K 541 74
                                    



Suasana canggung di dalam mobil mewah itu menghampiri keduanya. Mikasa tidak tahu harus berbuat apa selain menurut saat Levi memaksa akan mengantarnya pulang.

Wajah Levi juga terlihat biasa saja, tidak telihat canggung. Padahal pikirannya berkecamuk untuk mencari topik pembicaraan.

Mikasa yang juga sudah penasaran setengah mati dengan gadis tadi, akhirnya membuka mulut. "Siapa gadis tadi?" Tanya Mikasa berani.

Levi berkeringat dingin. Ia tidak ingin Mikasa tahu, ia hanya akan memberitahu jika dirinya sudah lepas dari jeratan itu.

"Memangnya penting?"

Mikasa menghela napas. "Aku hanya penasaran. Mengapa gadis cantik sepertinya mau dengan lelaki pendek sepertimu, Shorty."

Kau jauh lebih cantik, Sayang. Rasanya Levi ingin mengatakan hal itu didepan Mikasa saat ini juga, tapi niat itu ia urungkan.

"Pesonaku mengalihkan tinggi badanku, Nona Ackerman. Kau juga mungkin akan terpesona." Balas Levi tanpa pengalihkan pandangannya dari jalanan yang tidak terlalu ramai. Ya, ini masih jam kerja.

Mikasa menggumam kecil. "Benar juga,"

Excuse me? Levi tidak salah dengar barusan, bukan? Mikasa-nya membenarkan perkataannya.

Levi menetralkan air mukanya yang tadi terlihat senang sekali. "Heh, jadi benar? Kau juga terpesona?"

"Kau bodoh, ya? Mana mungkin!" Mikasa mengelak panik. Levi menyeringai tipis.

"Lalu siapa tadi?" Levi bertanya. Mikasa meliriknya sebentar. "Mantan-ku?"

"Terdengar tidak yakin,"

"Dia mantanku saat SMP..."

Levi menatap Mikasa tajam, tetapi tetap fokus pada jalan didepannya. "Saat SMP kau sudah berpacaran?"

Mikasa mengangguk. "Ya, itu tidak terlalu buruk. Menambah pengalaman?" Gadis itu tertawa kecil.

"Bocah ini bertingkah seolah sudah dewasa." Ketus Levi. Mikasa mendelik kesal. "Apa maksudmu?"

"Kau belum cukup umur, dan pacaran begitu saja?" Tanya Levi sarkastik.

Mikasa menatapnya tak percaya. "Itu hanya cinta monyet! Kenapa kau sensitif sekali sekarang?"

"Aku? Kapan?" Tanya Levi berpura-pura bodoh.

"Barusan kau bersikap seperti ayahku." Protes Mikasa. Levi mendengus pelan.

"Sudah lupa akan Eren yang kau puja-puja itu?"

Mikasa mendelik. "Berhenti membahas hal konyol, Kaichou."

Ujung mata Levi melirik Mikasa sebentar. Air muka Mikasa terlihat serius.

"Ada apa?"

"Tch! Kenapa kau bertanya terus?" Mikasa menatap Levi sebal.

Levi menggeram gemas. "Bocah kecil ini. Kau hanya tinggal menjawab saja, apanya yang susah?"

Mikasa mengibaskan tangannya. Menolak. Levi yang penasaran tetap tidak menyerah.

"Kau sudah melupakan Eren?" Tanya lelaki itu sekali lagi.

Mikasa menatapnya jengkel, lalu mendengus kasar. Tidak tahan lagi.

"Sudah lupa, huh?" Mikasa mengangguk dengan perasaan sebal.

"Semudah itu?" Tanya Levi lagi.

Mikasa terdiam sejenak.

"Belum sepenuhnya. Di tambah sekarang Jean kembali..." Tukas Mikasa lirih. Levi terdiam beberapa saat.

"Jean? Yang tadi? Namanya Jean?" Tidak tahu kenapa cengkeraman Levi menguat.

[✔️] KAICHOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang