"Mikasaaaa!"Mikasa tersenyum dari kejauhan saat matanya menangkap sosok wanita berjalan cepat ke arahnya, disusul tatapan khawatir sang suami yang terus mengikutinya. Mereka berpelukan, melepas rindu.
"Kau datang juga! Mana Sasha?"
"Sasha akan menyusul sebentar lagi. Aku tidak menyangka kau akan hamil lagi, Senpai. By the way, congratulations for your son's birthday."
"Sudah ku bilang, berhenti memanggilku dengan embel-embel itu. Kita sudah tidak sekolah lagi." Ucapnya dengan nada merajuk, tanpa menjawab ucapan Mikasa sebelumnya. Mikasa balas tertawa kecil, "Untuk ucapan ulang tahun, kau bisa langsung ke Gaofney." Lanjutnya dengan senyum lebar.
Sang suami menghampiri keduanya, bersama seorang bocah laki-laki berambut cokelat dengan mata biru di gendongannya.
"Erwin-senpai," Mikasa membungkuk sopan.
"Lama tidak bertemu, Mikasa." Erwin tersenyum tipis. Pergerakkannya menjadi kacau saat Gaofney yang berada di gendongannya memberontak sambil mengulurkan tangan ke arah Mikasa.
Hanji mengusap perutnya sambil tersenyum, mempersilahkan Mikasa untuk menggendong Gaofney. Mikasa tersenyum canggung saat Gaofney menubruk tubuhnya dan sedikit menendang sang ayah.
Setelah kepergian Levi enam tahun yang lalu. Mikasa menjadi dekat dengan Hanji dan Erwin, khususnya Hanji. Hanji merupakan teman berbicara dan seorang pendengar yang baik, selalu mendengar keluh kesahnya yang saat itu masih labil.
Bahkan masalah Mikasa dengan Jean-pun, Hanji ikut memberi solusi."Kau merindukan aunty?" Tanya Mikasa pada bocah itu, yang ditanya malah tertawa riang sambil memainkan rambut panjangnya. "Happy birthday, Darling." Lanjut Mikasa ditambah kecupan hangat dipipi Gaofney.
Hanji tersenyum tulus. "Kau sudah cocok menjadi ibu, Mikasa." Mikasa hanya tertawa canggung. Ia belum terpikir untuk menikah sama sekali.
"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Hanji setelah hanya mendapat respon senyuman canggung.
Mikasa menatap Hanji dengan wajah cerah. "Aku diterima di STH Corporation!" Serunya bersemangat.
Erwin dan Hanji saling menatap, lalu beralih pada Mikasa yang masih menggendong anak pertama mereka.
"STH itu-- perusahaan keluarga Erwin, tetapi Erwin yang mengambil alih sekarang."
Mikasa cengo untuk sesaat.
"Eh?"
"Kenapa tidak bilang saja padaku kalau kau ingin melamar disana. Padahal perusahaan Levi juga membuka lowongan pekerjaan." Tambah Erwin. Mikasa hanya diam, masih mencerna.
Ia tertawa canggung. "Tidak apa, ini lebih baik." Tuturnya ragu. Hanji tersenyum maklum, "Tentu saja, tidak perlu merasa canggung." Balasnya.
Mikasa tersenyum tipis. "Aku permisi ke toilet sebentar." Mikasa kembali menyerahkan Gaofney pada Hanji. Ia meluruskan tas selempangnya, kemudian berlalu menuju toilet.
"Oh, shit!"
Mendengar umpatan singkat dari suara yang sudah sangat familiar itu. Erwin dan Hanji menoleh, mendapati Levi menepuk-nepuk kemejanya.
"Kenapa lagi kau?" Tanya Hanji menyolot. Levi mendelik tajam. "Pintu sialmu berdebu. Cih." Hanji memutar bola mata.
Levi berjalan mendekat. Menatap Gaofney, mengacak sedikit rambut cokelatnya. "Bocah Smith, selamat ulang tahun. Hadiahmu disana." Levi menunjuk sebuah bingkisan besar di dekat pintu.
Ia beralih menatap Hanji. "Sekarang aku sudah datang. Katakan. Apa Mikasa di Berlin?"
Hanji mengernyit bingung. Kenapa Levi bisa tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] KAICHOU
Proză scurtă[COMPLETED] Total : 25 parts + extra part Kenapa kau yang selalu datang disaat seperti ini? -Mikasa Kenapa kau selalu seperti ini disaat aku didekatmu? -Levi +Bahasa +Harsh words +Baku speechlesslevi ©️copyright, 2018. Cerita ini terbentuk karena ku...