13 | Disappear

3.9K 517 53
                                    



Hilang. Sudah beberapa hari sejak kejadian menyedihkan itu Mikasa tidak datang ke sekolah dan sekarang tidak melihat keberadaan Levi sama sekali, lelaki itu tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Hari ini festival baru saja di laksanakan, dan yang menjadi ketua panitia adalah Erwin.

Pecundang itu kabur begitu saja.

Mikasa berjalan menghampiri Hanji yang sedang berbincang dengan Erwin dengan beberapa lembar kertas di tangannya.

"Senpai,"

Kedua orang itu menoleh pada Mikasa. Mikasa berjalan mendekat dan berdiri didepan keduanya.

"Kemana Levi-kaichou?"

Hanji dan Erwin saling bertatap, ragu untuk menjawab. Hanji mengusap tengkuknya, ia menatap Erwin sekali lagi dan dibalas anggukan oleh Erwin.

"Itu... Levi ke Jerman kemarin, kau tidak tahu?"

Mikasa terdiam sebentar. "Je-Jerman?" Tanya Mikasa.

Erwin menjawabnya, "Ya, keluarganya ada disana." Hanji menambah dengan anggukan kecil.

"Berapa lama?"

Hanji menjawab dengan ragu-ragu, "Tidak pasti, sepertinya akan cukup lama?"

"Begitu, ya? Terimakasih, maaf mengganggu." Mikasa membungkuk lalu pergi beranjak pergi, di iringi oleh tatapan kasihan Erwin dan Hanji.

Mikasa menggigit bibir saat membaca nama yang terpampang di ponselnya. Tangannya gemetar saat mencoba menyentuh tombol panggilan berwarna hijau. Ia ingin menelepon Levi, tetapi takut jika lelaki itu kembali menolaknya.

"Mikasa..."

Mikasa menatap kedepan, melihat Historia berlari menghampirinya dengan senyuman manis seperti biasa.

"Ada apa?" Tanya Mikasa sambil memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam saku seragam.

"Kau baik-baik saja? Beberapa hari belakangan kau tidak ke sekolah." Ucap Historia.

"Aku sudah lebih baik. Ada hal lain?"

Historia terdiam beberapa saat. "Kau melihat Eren? Kami harus tampil satu jam lagi, dan daritadi aku belum melihatnya."

Mikasa terlihat berpikir. "Mungkin bersama Annie?"

Wajah Historia terlihat murung. "Annie, ya? Benar, mereka berpacaran."

"Kau suka Eren?"

Mata biru Historia membesar. Air mukanya terlihat panik, ia mengibaskan tangannya beberapa kali. "Ti-tidak! Mana mungkin," Ujarnya gelagapan.

Mikasa tersenyum kecil. "Tidak perlu sampai seperti itu. Mungkin mereka ada di atap, kau susul saja. Para pengunjung sudah mulai ramai, lebih cepat lebih baik, kan?"

Historia menempelkan kedua jari telunjuknya dan berkata ragu. "Aku takut mengganggu, bagaimana jika mereka---"

Ah, Mikasa rasa dirinya cukup mengerti. Ia sudah beberapa kali melihat Eren dan Annie berciuman di atap, mungkin kali ini juga begitu.

Mikasa menepuk pundak Historia, "Kalau kau suka katakan saja, jangan sampai menyesal." Ucap Mikasa tersenyum tipis. Ia kemudian melangkah meninggalkan Historia yang terdiam.

Rasanya Mikasa ingin tertawa saja, ia memberi saran pada seseorang, padahal perasaannya sendiri masih digantungkan begitu saja.

Oh, Mikasa teringat lelaki cebol itu lagi.

Bibir tipis Mikasa perlahan terbuka saat melihat Armin datang berkunjung di festival sekolahnya, ditemani oleh Annie di sebelahnya.

Tunggu, sebentar. Annie Leonhardt?

[✔️] KAICHOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang