24 | 1-4-3

5.1K 538 171
                                    




[!]


"Kau pulang? Bagaimana meeting dengan klienmu?" Tanya Kuchel sambil merapikan tatanan
"Tidak apa-apa,"

Levi berjalan melewati Kuchel, menaiki tangga menuju kamarnya. "Mom, malam ini aku akan menginap disini." Levi berucap dari lantai atas.

"Eh, apa? Tunggu!" Teriak Kuchel.

Levi tidak mendengarkan. Lagipula pasti Kuchel hanya ingin ia makan malam, padahal Levi ingin mandi dulu.

Pintu kamar besar dengan warna cokelat itu terbuka. Levi membukanya, kemudian menatap bingung.

"Apa baru selesai di bersihkan? Sepertinya maid lupa mematikan lampu." Ia berbicara sendiri sebelum masuk ke dalam kamar. Tidak lupa mengunci pintu. Takut-takut ibunya tiba-tiba masuk ke kamarnya.

Levi melepaskan satu persatu pakaiannya. Ia mengambil handuk dan melilitkannya pada pinggang.

Ia menyapu rambutnya ke belakang sambil berjalan menuju kamar mandi.

Saat ia meraih gagang kamar mandi. Benda itu lebih dulu bergerak, disusul pintu terbuka dan lebih gilanya Mikasa berdiri di hadapannya dengan handuk yang melilit bagian dada hingga padaha dan handuk kecil di kepalanya, tidak lupa tetesan air dari anak rambutnya yang keluar dari handuk menetes, menambah kesan seksi.

Lamunan Levi buyar setelah Mikasa berteriak menyadarkannya. Levi begerak panik, saat ini mereka berdua hanya mengenakan sehelai handuk.

"Ke-kenapa kau di-disini?!"

"Ini kamarku!"

"Ta-tapi Mom Kuchel menyuruhku disini!"

Levi mengernyit. "Apa? Ah! Oh..." Ucapnya setelah sadar akan seruan ibunya dari lantai bawah tadi.

Disisi lain, Mikasa mengepalkan tangan sambil menggigit bibir. Ia sudah tidak bisa lagi menahan malu. Apalagi saat ini Levi bertelanjang dada dan hanya ditutupi sehelai handuk, sama sepertinya. Seksi.

"Jangan mendekat!" Teriak Mikasa saat Levi melangkah lebih maju.

Lelaki itu tersenyum, menahan Mikasa di antara tubuhnya dan pintu kamar mandi.

Bibirnya ia dekatkan pada telinga Mikasa. "Sebelumnya, bukankah sudah kukatakan?"

Mikasa menunduk takut. "Jika kau tidak mau menikah denganku, aku akan--- menghamilimu." Lanjutnya. Di hadiahi tiupan erotis di telinga Mikasa. Membuat tubuh gadis itu merinding.

Mikasa menahan dada Levi. "Jangan bercanda..." Cicitnya takut. Ia menelan ludah gugup.

"Ku pikir ini kesempatan bagus. Habis, kau selalu saja menolakku."

"Menjauh dariku!" Seru Mikasa kalut.

"Ssstt... Mom bisa mendengarmu. Sepertinya Mom juga mendukung. Ia tahu kau di kamarku, tetapi ia tidak melarangku masuk sama sekali."

Mikasa mencengkeram handuknya, menahan agar tidak jatuh, karena benda itu sudah mulai melorot turun.

Melihat Mikasa yang terus menunduk, Levi berinisiatif meraih dagunya dan mengangkat kepala Mikasa. Ia tersenyum tipis saat mendapati Mikasa yang memejamkan mata.

Levi mendekatkan wajahnya. Berniat memberi ciuman pada bibir gadisnya, tetapi niatnya terhenti saat mendengar isakan kecil.

"Eh, hei! Kau menangis?"

Levi menatap bersalah pada Mikasa yang masih memejamkan mata. Cairan bening mulai turun dari sudut matanya yang terpejam.

Ia tarik tubuh Mikasa ke pelukannya. "Maafkan aku. Aku hanya bercanda. Jangan menangis lagi. Maafkan aku." Levi terus-terusan mengucapkan kata maaf. Mikasa membuka matanya, menatap Levi yang juga menatapnya sendu.

[✔️] KAICHOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang