6 | Loser

4.9K 609 331
                                    






Cengkeraman tangan Levi semakin menguat pada pergelangan tangan Mikasa. Ia benar-benar marah sekarang.

Levi menghempaskan tubuh Mikasa pada dinding gedung, setelah membawa gadis itu ke belakang sekolah.

"Berhenti menangis, Ackerman! Aku sudah muak melihatmu terus-terusan menangis! Apa tidak ada hal yang bagus dalam hidupmu, hah? Kenapa kau menyedihkan sekali? Bahkan hanya karena bocah tidak berguna seperti Jaeger itu?! Pikirkan hidupmu juga, bodoh! Ck, fuck!" Levi berteriak marah. Ia menendang keras dinding disebelah Mikasa membuat gadis itu tersentak kaget. Levi melihat Mikasa menutup matanya dengan tangan kanan, sedang tangan kirinya menggenggam gelang pemberian Levi.

Tatapan Levi meneduh. Ia menurunkan tangan Mikasa, melempar kebawah jas yang ia pinjamkan pada Mikasa. Levi mengangkat dagu gadisnya itu, melihat wajah sembab Mikasa. Mata Mikasa terpejam erat.

"Hei, Mikasa. Lihat aku." Ujar Levi lembut. Mikasa menggeleng masih dengan isak tangis.

Ia mencengkeram seragam Levi. "Ma-maafkan aku, Levi-senpai. Kau ter-terlalu sering melihat sisi lemahku," Mikasa berbicara terbata dengan mata yang masih terpejam.

Dada Levi terasa nyeri. Gadis pujaannya terlihat sangat menyedihkan saat menangisi orang lain. "Buka matamu, Mikasa." Levi mengusap air mata yang mengalir di sudut mata Mikasa.

Dengan perlahan Mikasa membuka matanya. Levi menatapnya dalam, menatap mata Mikasa yang memerah dan sembab.

Levi menyentuh pipi Mikasa lembut, seakan gadis itu akan hancur jika ia berbuat kasar.

"Kau sangat cantik, Mikasa. Berhentilah membuatku jatuh lebih dalam lagi." Lirih Levi tanpa mengalihkan matanya dari Mikasa.

Mata Mikasa terbuka sedikit lebar, dengan bibir tipisnya yang mulai membuka. Ia menatap Levi, berusaha mencari tahu maksud perkataan lelaki di hadapannya ini.

"Apa kau sakit hati saat melihat Eren mencium Annie?" Tanya Levi lembut.

Nada suara Levi membuat gemuruh aneh di dada Mikasa. Terlalu lembut, Mikasa bisa saja jatuh cinta. Ia mengangguk perlahan, genggamannya pada seragam Levi semakin kuat.

Levi tersenyum tipis. "Mau mencobanya?" Tanya lelaki itu.

Mata Mikasa melebar sempurna. Lelaki ini memang lebih pendek darinya, tetapi tetap saja dia bisa menyejajarkan wajahnya dengan Mikasa. Levi menarik sedikit syal Mikasa, hingga kepalanya menurun.

Mata abu-abu kebiruan dan tajam milik Levi menenggelamkan Mikasa lebih jauh, mata Mikasa mengedip beberapa kali, lalu menggelap. Seakan pasrah pada apa yang akan terjadi padanya setelah ini.

Bibir Levi menempel lembut di bibir Mikasa. Setelah melihat bahwa gadisnya itu terlihat tidak memberi penolakan. Tangan Levi berpindah ke leher Mikasa, melepas syal yang gadisnya kenakan. Melempar syal itu ke lantai, bergabung dengan jas miliknya. Levi menarik kepala Mikasa perlahan, ingin memperdalan ciuman yang mereka lakukan.

Mikasa memejamkan matanya saat mata tajam Levi selalu terbuka menatapnya. Ia malu. Ia masih seorang perempuan, siapa saja akan salah tingkah jika di tatap seperti itu.

Bibir Levi bergerak perlahan membelai lembut bibir tipis Mikasa. Kecupan itu berubah menjadi lumatan lembut yang memabukkan. Mikasa mengerang pelan saat merasakan oksigen di paru-parunya menipis. Levi memberi jarak antara bibir mereka, membiarkan gadisnya menghirup rakus udara sekitar, sebelum kembali meraup bibir ranum Mikasa.


[✔️] KAICHOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang