23 | Unbelievable

4.8K 530 181
                                    


Jangan serius amat wkwk

🌸🌸🌸


"M-Mom, a-apa maksudmu?"

"B-Bibi..."

Tawa Kuchel pecah, ia terbahak didepan kedua insan yang memasang wajah kaget setengah mampus.

Mereka bersaudara? Jadi apa yang telah Levi lakukan selama ini? Mencium adiknya sendiri?

"Bodoh. Mom hanya bercanda."

"Kau anak Mom satu-satunya,"

"Mikasa ini juga merupakan putri tunggal Harry dan Izumi. Mereka teman lama Mom."

"Sebelum kematian keduanya, Harry sempat menitipkan Mikasa pada Mom. Tapi Mom tidak bisa menemukan Mikasa, ternyata ia tumbuh sehat dan sangat cantik. Kau memilih calon yang tepat Levi. Jadi ini Ackerman yang kau bilang?" Kuchel tersenyum lebar pada pertanyaannya.

Levi tidak menjawab. Jantungnya sudah hilang entah kemana. Candaan ibunya benar-benar buruk, sama sekali tidak lucu.

Tidak mendapati respon Levi, Kuchel menarik Mikasa untuk masuk ke dalam mansion besar itu. "Aduh, calon menantuku. Sudah lama aku ingin menjodohkanmu dengan putraku yang manja ini."

Mikasa menurut. Kepalanya masih kosong. Kuchel menoleh ke belakang, menatap putra semata wayangnya.

"Apa yang kau lakukan disana, Levi? Cepat masuk."

Langkah Kuchel berhenti karena Levi tak kunjung bergerak, bahkan menyahutnya.

"Oh, God! Levi, Mom hanya bercanda. Kau kenapa, sih? Seperti orang tua saja."

Gila. Kuchel memang bukan main. Sempat-sempatnya mengerjai di saat begitu.

Levi mendelik pada sang ibu. "Candaan orang tua memang mengerikan. Untung saja dia ibuku." Gerutunya pelan. Ia melangkah menyusul dua wanita yang ia cintai itu.

Mikasa duduk kaku di depan Kuchel, dengan Levi di sebelahnya. Kuchel membuka toples berisi makanan kering di atas meja.

Wanita itu membuka suara. "Jadi, kapan kalian akan menikah?"

Levi mendengus mendengar pertanyaan ibunya. Rambut hitamnya ia sisir ke belakang, membuat pandangan Mikasa sedikit terhenti pada wajah tampan itu, terlihat seksi.

"Gadis ini, sudah menolakku lebih dulu, Mom."

"Hei!" Mikasa berseru protes. Memangnya itu hal yang harus ia katakan didepan ibunya.

"Apa? Ini penting, tiga kali kau menolak lamaranku, Ackerman."

Mikasa merengut sebal. "Padahal lamaran yang terakhir belum ku beri jawaban." Gumam Mikasa pelan.

Kuchel tersenyum penuh arti melihat perdebatan dua insan itu. "Kau juga Ackerman, Levi."

Levi memutar bola mata jengah. Malas meladeni ucapan ibunya yang tidak penting.

Levi berdiri, menarik perhatian dua wanita di ruangan tersebut. "Aku pergi dulu." Ucapnya.

"Kemana?"

[✔️] KAICHOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang