22 | Mom

4.8K 523 205
                                    




Kaki panjang Mikasa terus mengentak seiring langkahnya memasuki ruang rapat yang kali ini dipimpin oleh CEO muda AKR Group. Benar, Levi Ackerman. Tiga hari berlalu semenjak kejadian di rumah Smith, Mikasa terus-terusan berurusan dengan lelaki Ackerman ini.

"Mikasa," Panggil Levi saat Mikasa berdiri beberapa saat di depan ruang rapat. Mikasa menatapnya dari pintu kaca yang tembus pandang dan sedikit terbuka itu.

"Selamat siang, Tuan Ackerman. Hari ini saya, Mikasa Ackerman, mewakili Tuan Smith untuk menghadiri rapat." Mikasa membungkuk sopan dengan senyum manis.

Levi mendengus malas. "Aku tahu."

"Masuk." Titahnya kemudian. Mikasa menurut, masuk ke dalam ruangan dan mencari tempat duduk yang jauh dari Levi.

Levi tersenyum geli. "Nona Ackerman, kursi Tuan Smith ada disini." Lelaki itu menunjuk kursi paling ujung didekat kursi kebesarannya.

"Apa tidak bisa ditukar?" Tanya Mikasa. Levi tersenyum dan menggeleng. "Sayang sekali..."

Gadis dengan rambut panjang yang disanggul rapi itu balas tersenyum paksa, kemudian duduk di kursinya, menatap lurus ke depan.

"Berhenti menatapku, Tuan." Desis Mikasa dengan gigi menggertak, risi.

"Kau cantik sekali, Mikasa."

"Rapat akan segera dimulai,"

Levi melirik rolex di pergelangan tangan kirinya. "Masih lima belas menit lagi. Lagian, yang lain belum datang. Kau yang terlalu rajin, atau karena terlalu merindukanku?" Ia tersenyum menggoda.

"Kepercayadirianmu tinggi sekali, ya..." Puji Mikasa tanpa minat. Terkesan menyindir. "Kau juga kenpa sudah disini? Biasanya bos-bos datang terlambat."

"Oh, Honey, stop it." Potong Levi cepat. "Atasan itu merupakan contoh. Jika aku terlambat, bagaimana dengan bawahanku nanti?"

Mikasa menggigit bibir. Siapa sih wanita yang ingin menolak pria semacam Levi? Bodoh sekali. Mikasa yang bodoh, ia benar-benar menyesali keputusannya setelah itu.

Tubuh Mikasa menegang saat Levi menyentuh bibirnya. "Jangan menggigitnya. Jika boleh, biar ku bantu."

Wajah Levi medekat, sedangkan kepala Mikasa sudah kosong. Tidak paham dengan apa yang telah dan akan terjadi.

"Lev--"

"Ssstt... Biarkan seperti ini,"

Siapa yang kuat jika jarak antar bibir hanya tiga senti dan hidung bersentuhan?!

"Kau wangi," Lirih Levi dengan mata terpejam.

Mikasa melirik jam yang tergantung di sinding belakang Levi dengan hati-hati, tanpa menggerakkan kepala. Takut-takut malah terjadi hal yang diinginkan.

Sudah lewat jam rapat, kenapa belum ada yang datang?

Mikasa memundurkan wajah, tetapi kepalanya ditahan oleh Levi dengan menyentuh tengkuknya.

"T-tunggu... Kenapa tidak ada yang d-datang? Ini su-sudah lewat." Ujarnya gelagapan.

Levi menghadiahi kecupan manis di bibir Mikasa sebelum menjauhkan diri. Mata Mikasa melebar.

"Mereka diluar." Mata Levi menunjuk pintu, dan Mikasa mengikuti arah mata Levi.

Benar saja, sekitar sepuluh orang mengintip dari pintu kaca itu. Mikasa menatap Levi dengan wajah merona.

Ugh, lelaki ini benar-benar tidak punya malu.

Tangan Levi terangkat, mengisyaratkan orang-orang diluar sana untuk masuk ke dalam. Mereka yang terpergok mengintip jadi salah tingkah sendiri. Pura-pura merapikan pakaian.

[✔️] KAICHOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang