Aku, Illa disini merindukanmu
Mas Rahmat...🍃🍂Biarkan jarak dengan jahatnya memisahkanmu dan aku jauh dalam perbedaan. Tapi satu hal pasti yang boleh kau genggam dari aku yang tak kau kenali ini... Bahwa, senyummu, selalu membuatku ingin memberikan semua bintang di angkasa untukmu, yang hingga kini belum menemukan sinarnya.
Aku mencintaimu, tapi maaf karena tak mampu berbuat banyak untukmu.
Jadi maafkan aku... karena telah mencintaimu.⛅☔Keegoisan yang mendekatkan kita.
Maka pantas saja
Jika ke-egoisan pula yang akhirnya memisahkan kita.
Egois saja sudah cukup buruk, tapi takdir malah kian membumbui hubungan samar kita dengan kesalahpahaman.
Dan, inilah hasilnya.
Mungkin takdir selalu tersenyum ketika melihat kita, saling menghindar
Dengan gumulan benci, muak dan rindu di hati. Jauh saja sudah berat. Tapi ternyata dekat tanpa bisa benar-benar dekat, itu lebih menyakitkan.🌒🌿
"La, Illa... bangun yuk. Udah subuh." Seorang pria terduduk pada pinggir dipan ranjangnya, sedang membangunkan wanita yang ia panggil Illa. Awalnya hanya toelan. namun, hingga tepukan pelan, ralt tramat pelan ia berikan, Illa itu tak kunjung bangun malah terus berguman kata nanti. Belum mau terpisah dari Kasur, bantal dan gulingnya, malah menarik selimutnya lebih naik sembari menyamankan posisi.
"Illa sayang... bangun yah. Nanti kelewat subuhnya loh, yang~" satu bait lagi terucap dan dengan ajaibnya langsung membuat mata yang sebenarnya masih terLEM itu mulai bergerak lalu terbuka lebar. Tanpa mengerjab layaknya orang baru bangun tidur. Ia memandang kosong wajah tampan di depannya, seolah sedang melihat suatu hal yang sangat mengejutkan, tubuhnya terasa kaku.
"Alhamulillah, akhirnya istriku bangun juga... ternyata panggilan sayangnya ngaruh toh." Tersenyum sembari membelai kepala wanita yang masih terpanah memandangnya.
"kenapa? Mas ganteng banget yah. Liatinnya gitu banget, tinggal bilang ajja langsung mas kasih hadiah loh," akhirnya si wanita berkedip dan tersenyum tipis menahan tawa lebih tepatnya, bangkit tanpa lepas memandang wajah yang sangat ia rindukan. Jantungnya berpacu lebih cepat sekaligus nyeri di saat bersamaan.
"Mas udah pulang?" ucapnya sendu, tak berniat membalas godaan pria yang sedang mengangguk memandang dalam mata Illa dengan bayangan rindu yang teramat jelas.
"Mas..."
"...." Elusannya masih berlangsung.
"Mas Rahmat..."
"iya Illa, ada apa?" belum lelah tersenyum ataupun berhenti membelai. Illa membuang nafasnya kasar sebelum tertunduk dan mulai terisak.
"sayang, kamu kenapa?" Rahmat panik segera menyentuh pundak Illa agar menatapnya.
"Aku minta maaf." Illa berhambur ke dada pria itu dan terisak disana, tubuh-nya bahkan bergetar sembari tanpa jeda berucap maaf, seperti orang yang telah melakukan kesalahan teramat besar dan di lingkupi rasa bersalah yang panjang.
"kenapa kamu minta maaf? Emang kamu salah apa Illa?" Rahmat terlihat cemas, air mukanya jelas mempertanyakan apa sebab dari ketakutan yang sedang di rasakan istrinya.
"Maafin aku mas, maaf. Maaf... semua salah aku. Aku yang salah, gara-gara aku... aku... mas, ahh," Illa menggeleng sekarang makin histeris, kian erat memeluk Rahmat yang terus berusaha menenangkan Illa, tangannya tanpa lelah mengelus pundak Illa seraya rucap tak apa, kamu ga salah, mas ga marah, mas gapapa, tenanglah illa, mas ada disini.
Illa membuat jarak, menatap suami-nya sembari menghapus air mata, dalam kondisi yang tentu saja akan dengan mudah mengundang tangan seorang suami untuk bantu menghapus air mata istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I↓M] an IDOL and ME
SpiritualBertemu denganmu bukan pilihan, berpisah dari MU lebih berat dari kenyataan tak terduga antara engkau dan diriku. Lalu bertemu DIA yang mengingakanku banyak tentangmu menyadarkanku... Jika pena Takdir telah menggores untuk KAU singgah singkat meny...