"Ada apa sih denganmu, Hyuk. Kau biasanya tak bersikap seperti ini, kau kan sudah tau jika ia yang menolongmu kalo tidak ada di semalam kau mau membayangkan bagaimana keadaanmu sekarang? Harusnya kau bersyukur padanya, bocah." Ujar Bum seok yang tak habis Pikir, diam-diam sepenuhnya di iyakan oleh Illa yang berdiri canggung di samping pria jangkung yang tak acuh padanya, Illa menarik nafas dan mengulum senyum tipis.
Kembalikan semuanya pada niat. Setidaknya ia sudah berniat baik menjenguk dan menuruti kamauan hatinya, walau tak selega yang ia kira. Tapi ini lebih baik daripada tak datang sama sekali, hatinya tetap lega.
"Aku menjenguk untuk memastikan keadanmu karena aku terus merasa cemas. Dan syukurlah melihat kondisimu sekarang, aku lega." Mengakhiri kecanggungan yang kian merayab.
Illa terlibat pembicaraan ringan dengan Bum seok walau sedikit, karena waktu kerja akan segera di mulai lagi Illa harus segera kembali ke kantor. Samar Illa mendengar dari sela pintu yang belum tertutup sepenuhnya.
"Jika dia sungguh Fansmu, mungkin ia akan berhenti menyukaimu mulai sekarang! Sakitmu menyerang sampai otak yah? Kenapa kau tiba-tiba dingin begini, hah?"
"Aku... hanya tak ingin ia bersedih,"
"Apa? Kau bilang apa? Ayolah Min Hyuk, Jawab aku dengan benar. Kepalamu sungguh abis terbentur apa sih. Tingkahmu barusan itu membuat orang yang mendengar terluka tau, Mengabaikannya begitu, Terlebih wanita baik yang peduli padamu? " Bum seok menggeleng, selama mengenal pemuda tampan itu sekian tahun ini adalah pertama kalinya ia merasa kecewa pada Tingkah Min hyuk ynag menurutnya kekanakan.
"Ucapanmu memang Bukan untuku, tapi aku merasa sakit hati? Teganya orang yang sudah susah payah ku tolong membalas sekasar ini. Apa kau tak memikirkan perasaannya sedikitpun?"
"Iya aku tau Kau benar, tapi Hyung! Dia itu ... ah, pokoknya itu tadi lebih baik! Lagipula Aku sedikit kesal padanya." Min Hyuk mengakhiri pembicaraan dengan muka kecut khas anak kecil yang merajuk pada ibunya. Lalu memilih meneggelamkan tubuhnya dalam selimut, ia terlanjur kesal sampai keubun-ubun, entah karena sebab apa Min Hyuk sendiri pun bingung.
Illa mengernyit, ia semakin penasaran dengan pembicaraan dua orang itu tapi intrubsi dari ponselnya, seketika membuatnya berlari kesetanan menuju tempat ia menyetak uang dengan keringat. Mungkin lain kali akan ia lanjutkan acara mengupingnya. Jika ada kesempatan.
Illa sampai di kubikelnya setelah sepuluh menit jam masuk di mulai, menyeleksi sekitar awas, terlihat rekan kerjanya yang sudah beraktifitas tak bisa di ganggu gugat, Illa meringis kearah Doni di seberang sana yang baru menyadari kehadirannya, berisyarat Tak apa pemuda itu mengangguk dengan senyum samar sambil berlalu menuju mesin printer untuk mengambil beberapa kertas hasil kerjanya.
Illa pun mulai mengoperasikan komputer, melinguk pada kubikel sampingnya begitu merasa ada yang menoel pundaknya, seorang pria berwajah pure korea tengah tersenyum padanya.
"Ada apa Tn. Joo Hyuk?"
"Dari mana? Aku tak melihatmu di kantin kantor. Tak biasanya kamu makan di luar Laila-ssi."
"Ah nee, memangnya saya tidak boleh makan di luar? "
"Tentu boleh. Tapi karena itu kamu telat cukup lama loh."
"Iya, padahal aku sudah berusaha kembali secepatnya. Tapi tak terkejar."
"Sebenarnya, tadi aku hendak mengajakmu makan bersama."
"Ah seperti itu, maaf. mungkin lain kali yah." Jawab Illa yang sebenarnya tengah menolak sehalus mungkin.
"Tak apa, tadi kami mengunjungi restoran baru di ujung jalan dan ternyata... ah kamu penasaran?" Joo Hyuk tampak antusias menanti anggukan Illa agar ia bisa melanjutkan kalimat yang ia gantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I↓M] an IDOL and ME
SpiritualBertemu denganmu bukan pilihan, berpisah dari MU lebih berat dari kenyataan tak terduga antara engkau dan diriku. Lalu bertemu DIA yang mengingakanku banyak tentangmu menyadarkanku... Jika pena Takdir telah menggores untuk KAU singgah singkat meny...