14. THE AGREEMENT

27 7 0
                                    

Dan inilah hasilnya, berkat semua Pikiran konyol yang terus berputar di kepala. Illa dan rasa berhutang maaf sekaligus terima kasih ini sudah berdiri di depan unit Min Hyuk.

Sudah beberapa menit ia setia di tempat, ada ragu yang menghalangi tangannya menyentuh bel. Sumpah, Illa sendiri pun bingung akan niat aslinya menemui Min Hyuk sekarang. Karena diam-diam, di relung terdalamnya ada keinginan meembuktikan sesuatu yang hanya akan terjawab jika Illa bertemu pemuda itu.

Pintu di buka setelah dua lantunan Bel akhirnya mampu Illa haturkan. Dengan air muka kaku, hendak tersenyum tapi di tahan. Illa menyapa Min Hyuk.

"Hai,"

"Selamat pagi," Min Hyuk berujar biasa, dan keduanya terlelap dalam kecanggungan yang aneh.

"Ada perlu apa?"

"Ah, ini. Aku hendak menhembalikan mp3-mu. Tertinggal di rumahku."

"Oh, jadi di sana ternyata., pantas tak ada. Terima kasih yah." Min Hyuk menggambil alih benda pipih itu dari Illa.

"Iya."

Kembali, suasana jadi hening dan Mereka kembali mencanggungkan diri satu sama lain.

"E, jadi... mau berangkat kerja?" Tanya Min Hyuk memulai pembicaraan. Yang wajarnya telah berakhir ini.

"Iya,  sebentar lagi. Tunggu, Min Hyuk-ssi ada yang mau ak---"

"Ah Illa-ssi sebentar yah. Ada hal mendesak yang harus ku tangani." Min Hyuk sesekali melingguk kebelakang dengan muka cemasnya. Seperti sedang menghawatirkan sesuatu. Ia menggigit bibir bawahnya kembali memandang Illa.

"Masuk dulu mau? Kita bicara di dalam." Belum ada jawaban dari Illa, Min Hyuk sudah melebarkan pintunya dengan tatapan 'ayolah, cepat masuk saja. CEPAT'

Illa ragu, tapi tubuhnya menurut pada ide Min Hyuk. "Duduklah dulu, aku akan segera kembali." Min Hyuk sedikit berlari menuju ruang yang Illa terka sebagai kamar mandi.

Mungkin panggilan alam sedang memanggil-Nya, Illa memaklumi dan memanjakan matanya dengan sekitar yang sangat... tak terlihat pantas di sebut hunian.

Bagaimana bisa Bungkus-bungkus cemilan dan air ringan berserakan di mana-mana. Apa pemuda itu tidak risih dengan penampakan ini.

Illa beranjak tak nyaman, ia melirik sekitar mencari eksistensi Min Hyuk lebih tepatnya. Merasa janggal dengan pintu kamar mandi yang terbuka dengan bunyi, Illa jadi penasaran dan mendekat.

Yah lagian mana mungkin pemuda itu lupa menutup pintu jika melakukan hal penting padahal tahu ada tamu, cewek lagi di rumahnya.

Sesederhana itu pikiran Illa pagi ini. Pada hal ia tak sabar ketemu Min Hyuk untuk menyelesaikan urusannya.

"Min Hyuk-ssi"

Tak mendengar balasan, Illa menongolkan kepalanya menilik toilet. (Jangan pernah di tiru jika tak darurat banget yah manteman, BAHAYA)

"Kau sedang apa?" Illa mengernyit, mendapati Min Hyuk tengah sibuk bergulat dengan kloset, lagi.
Tangannya memegang alat penyedot sebagai senjata.

"Ah, ini."

"Mampet?"
Illa menebak, ia tak habis pikir, apa Min Hyuk sebegitu suka berurusan dengan kloset?

"Iya, tadi tak sengaja aku menjatuhkan jam tanganku dan inilah yang terjadi."

"Jam tangan? Kenapa Bisa?"

"Tadi kepalaku sedikit pusing, pasti karena alkohol semalam. Tapi sekarang udah mendingan sih. "

[I↓M] an IDOL and METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang