Min Hyuk uring-uringan di depan pintu unitnya, ia ragu haruskah melakukan itu atau tidak.Sudah tiga hari, dan Illa tak pernah bersinggungan dengannya lagi, seolah di telan bumi, gadis itu menghilang.
Bel di tekan... seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi, balasan sama Min Hyuk dapatkan.
Tak ada respon dari dua orang pemilik Unit 214 itu. Min Hyuk mendengus, memasukan tangangnya ke dalam Jaket dan menuju Lift untuk menyapa dunia luar, sekarang Lift sudah bisa kembali di pakai dan Illa sekalipun belum Pernah mencobanya. Min Hyuk mengulas senyum karena fikirannya akan Illa yang ketinggalan menggunakan Lift ini, tiba-tiba senyumnya pudar dan bingung akan kelakuannya sendiri.
Kakinya melangkah saaf Lift terbuka, masih berkutat dengan fikirannya tentang Illa.
Min Hyuk penasaran sekaligus mencemaskan gadis itu karena sejak Hari terakhir mereka di Busan, Illa tak banyak bicara setelahnya, saat makan malam. Bahkan di sepanjang perjalanan pulang ia juga hanya diam mengabaikan obrolan Min Hyuk dengan supir yang di sewa.
Satu-satunya kata yang Illa keluarkan dari mulutnya pada Min Hyuk setelah sore itu hanya...
Terima kasih
lalu ia keluar dari mobil begitu saja, ada yang aneh dengan Illa, tapi apapun itu tak ada celah Min Hyuk tahu jika bukan Illa yang memberi tahunya.
Tapi kenapa Min Hyuk juga kena ampasnya? Illa hanya marah dan mengabaikan Min Hyuk dengan ekstrim tapi tidak pada Kakak, Ibu, dan ayahnya kemarin.
Min Hyuk semakin menerka-nerka gerangan apa kesalahannya hari itu.
Masih asik berkutat dengan pemikirannya langkahnya terhenti di pintu kaca lobi gedung yang terbuka otomatis.
Sebuah mobil hitam baru berhenti, tak lama keempat sisi pintunya terbuka, Min Hyuk hendak mengabaikan jika matanya tak menangkap sosok Illa menjadi salah satu dari penumpangnya.
Seorang wanita lain juga Min Hyuk kenal karena Bella teman serumah Illa, satu dari dua lelaki di sana Min Hyuk ingat adalah teman kantor Illa yang saat itu genit (menurut pemikiran Min Hyuk) pada Illa. Satu lagi juga pasti rekan kantor Illa yang dari Indonesia jelas dari wajahnya.
Tapi dari mana mereka?
Hati Min Hyuk bertanya, hampir ia menyapa Illa jika tak lupa sedang perang dingin dengan gadis itu meski ia sendiri pun tak tahu apa sebabnya.
Min Hyuk pun melenggang pergi berencana akan menikmati satu lagi hari bersantainya.
Ia berencana keliling untuk mencari ide lagu, dari pada terkungkung di rumah saja.
Illa berjalan menujunya, tapi gadis itu melewati Min Hyuk begitu saja seolah tak melihatnya. Membuat Min Hyuk makin bergegas menjauh.
***
"Huhh" Min Hyuk membuang karbon dioksida sembari menatap pekatnya malam.
"Hai." Tubuhnya meremang lantas menoleh ke asal suara, memastikan jika suara manusia yang di dengarnya.
"Illa." Pupilnya sedikit membesar menyadari orang tak terduga yang baru menyapanya.
"Iya, aku Illa. Dan aku tahu namamu Min Hyuk." Gurau Illa mulai memilah sampahnya untuk di pisah menurut kategori.
Di korea, tempat sampah terbagi atas berapa tempat, untuk sampah pelastik, organik, limbah rumah tangga yang masih bisa dan tidak bisa di olah kembali.
Min Hyuk yang sudah selesai dengan sampahnya, memperhatikan Illa, ia merasa senang tertahan. "Ku kira kau marah padaku."
Illa menghentikan aktifitasnya. "Marah? Untuk apa aku marah? Kau berbuat salah?"
![](https://img.wattpad.com/cover/159049547-288-k489271.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[I↓M] an IDOL and ME
EspiritualBertemu denganmu bukan pilihan, berpisah dari MU lebih berat dari kenyataan tak terduga antara engkau dan diriku. Lalu bertemu DIA yang mengingakanku banyak tentangmu menyadarkanku... Jika pena Takdir telah menggores untuk KAU singgah singkat meny...