Part 55

3.7K 128 0
                                    

Author POV

Sudah berhari-hari Nick dirawat secara intensif dirumah sakit, dan hari ini Nick sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit.
Hanya saja, Nick masih tidak diperbolehkan untuk menginap diaparterment seorang diri oleh mommy dan daddy Nick.

Karena itulah, Nick sepanjang hari ini hanya cemberut.
"Dengarkan daddymu, son. Ini demi kebaikkanmu, daddy dan mommy takut kau kenapa-napa nanti." Nasehat mommy Nick.
"But mom, Nick sudah besar. Nick tidak perlu dijaga seperti ini." Keluh Nick.

"Sudahlah, jangan bandel. Atau daddy tambahkan beberapa hari untuk kau dirawat disini." Ancam daddy Nick.
"What?! No! It's a big no, dad!" Tolak Nick langsung.
"Makanya, jangan bawel. Nanti Irene berpaling lho." Ucap daddy Nick.
"Irene tidak akan bisa berpaling dariku, dad." Balas Nick penuh percaya diri.

"Masa sih? Gimana kalau aku bilang, bahwa aku ini sudah berpaling?" Goda Irene tiba-tiba diambang pintu.
"Mwo?! Itu tidak akan!" Kesal Nick.
"Hahaha....dasar, terbukti sekarang kaulah yang takut aku berpaling." Cibir Irene.

"Tidak tuh!" Jawab Nick dengan wajah cemberutnya dan memalingkan wajahnya.
"Benarkah?" Goda Irene.
"Benar!" Jawab Nick masih dengan wajah cemberutnya.
"Jinja?" Goda Irene lagi.
"Aaiiisss! Tak tahu!" Kesal Nick dan beralih memeluk pinggang Irene.

'Aaa...kiyowoo.' Batin Irene.
Daddy dan mommy Nick hanya tersenyum melihat tingkah putra mereka yang sangat manja jika bersama Irene.
Irene mengelus kepala Nick. Rambut Nick yang berwarna coklat dan lembut itu berhasil membuat Irene tertegun.

'Apa dia sebagai pria juga perawatan rambut seperti wanita?' Batin Irene.
"Rambutmu halus, kau sering kesalon ya?" Tanya Irene polos.
"Apa?! Kesalon? Ogah! Aku paling malas kesalon!" Tukas Nick.
"Tapi rambutmu halus." Ucap Irene.
"Itu karena keturunan." Jawab Nick.

"Keturunan?" Ucap Irene membeo.
"Iya, Nick keturunan daddynya. Rambut keduanya sama-sama halus, dan berwana coklat." Jelas mommy Nick.
"Bahkan nyebelinnya juga." Lanjut mommy Nick.
"Aku tidak nyebelin mom!"
"Aku tidak nyebelin babe!" Protes Nick dan daddynya bersamaan.

"Tuhkan, kompaknya juga enggak ketulung." Ucap mommy Nick.
Irene terkekeh melihat tingkah Nick dan daddynya yang cemberut itu.
'Memang ya, buah jatuh itu gak jauh dari pohonnya.' Batin Irene.
"Sudah, jangan cemberut seperti itu. Waktunya pulang." Kata mommy Nick dan menyambar tasnya.

Irene membantu Nick untuk berdiri dari ranjangnya, dan mengambil tas perlengkapan Nick.
"Jangan bawa tas itu, berat tahu." Protes Nick yang mulai overprotektif.
"Iya, iya. Bawel." Gumam Irene pelan.
"Aku dengar babe." Ucap Nick.
"Paman, tolong ambilkan tasku itu." Suruh Nick kepada bodyguardnya.

"Ne, seonsaengnim." Jawab bodyguard itu yang ternyata adalah orang Korea.
Sesampainya Nick dan Irene serta keluarganya diparkiran, mereka langsung memasuki limosin mewah milik keluarga Shin. Alias milik Alm. kakek Nick dari pihak ibu.
Limosin itu melaju menuju mansion mewah keluarga Shin.

Limosin itu melaju menuju mansion mewah keluarga Shin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang nyonya dan tuan besar." Sapa para pelayan dan kelapa pelayan itu.
"Ya, terima kasih." Balas mommy Nick.
Irene menggandeng lengan Nick dan berjalan menuju bagain dalam mansion ini.

Sudah cukup Irene dimanjakan oleh kemewahan mansion keluarga Bateman, dan sekarang ia dimanjakan oleh kemewahan mansion keluarga Shin.

Sudah cukup Irene dimanjakan oleh kemewahan mansion keluarga Bateman, dan sekarang ia dimanjakan oleh kemewahan mansion keluarga Shin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau bisa bermain piano?" Tanya Nick tiba-tiba.
"Tidak, aku bahkan tidak pernah menyentuh piano." Jawab Irene jujur.
"Kau tahu, satu-satunya hal yang aku lakukan jika kerumah kakek dan nenek Shin itu apa?" Tanya Nick lagi.
"Gak tahu." Jawab Irene.
"Bermain piano bersama kakek." Jawab Nick.

"Mwo? Bermain piano? Jadi, kau bisa bermain piano?" Tanya Irene.
Nick menganggukkan kepalanya dan menarik Irene menuju lantai 2 mansion itu.
"Mom, aku dan Irene ada dilantai 2 untuk bermain piano." Teriak Nick karena mommynya sudah jauh didapur.

"Ya!!" Balas mommy Nick berteriak.
"Kajja!" Ajak Nick.
Nick dan Irene berjalan menuju salah satu ruangan yang putih dan terlihat sepi, karena dari sekian banyaknya ruangan, hanya ruangan ini yang paling sepi tanpa ada perabotan lainnya. Selain, sebuah piano dan kursinya serta dengan jendela-jendela yang menambah kesan elegan diruangan ini.

 Selain, sebuah piano dan kursinya serta dengan jendela-jendela yang menambah kesan elegan diruangan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan yang putih, dan ditambah dengan piano yang berwarna putih itu menambah kesan elegan ruangan itu.
"Dulu, sebelum kakek meninggal, aku dan kakek sering bermain disini. Kadang kami sampai diteriaki nenek, baru kami beranjak." Jelas Nick bernostalgia.

"Kau sangat menyayangi kakekmu?" Tanya Irene pelan.
Nick hanya mengangguk, tanda membenarkan pertanyaan Irene.
"Kakek Shin adalah kakek yang aku sayangi. Beliau adalah satu-satunya kakek yang sangat menyayangiku." Jelas Nick lagi.

"Hm? Bagaimana dengan kakek dari pihak daddymu?" Tanya Irene.
"Kakekku yang satu itu tidak pernah menganggapku ada, dia bersikap seolah-olah aku ini hanyalah sebuah bayangan." Ucap Nick.
"Maaf." Ucap Irene lirih.
"Tidak perlu minta maaf, ini bukan salahmu. Sudahlah, ayo kita bermain." Ajak Nick.

Irene tersenyum dan menyusul Nick dibangku piano itu.
Walaupun Irene tidak bisa bermain piano, dengan sabar Nick mengajarkannya. Irene dan Nick tersenyum dan tertawa, tanpa tahu kenyataan apa yang akan mereka hadapi dikemudian harinya.

#sorry kalo ada yang typo😅
Don't forget to vote guys😊

My Beloved CEO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang