Part 34

4K 147 0
                                    

Irene POV

Setelah mendengar semua ceritanya, akhirnya aku bisa memakluminya. Tapi ketika aku medengar bahwa ada wanita yang ia cintai dulu, itu cukup membuat hati kecilku sesak.
Memang aku juga lega ketika ia menjelaskan, tapi juga sakit ketika ia menjelaskannya.

Terlalu sakit malah menurutku.
"Gwaenchanha?" Tanyannya, dan kuyakini ia sudah melihat mimik wajahku yang tidak baik-baik saja.
"Ne, aku akan beristirahat dulu." Ucapku pamit dan beranjak dari tempat dudukku.

"Baiklah, istirahatlah. Ini juga sudah malam." Katanya dan mengikutiku masuk kedalam villa.
"Kau sendiri tidak beristirahat?" Tanyaku dan menatapnya bingung.
"Hm? Aku masih mau berolahraga." Jawabnya, dan aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti.

"Baiklah, aku naik dulu." Pamitku lagi padanya.
Nick hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan aku pergi.
Jujur aku bingung, kenapa aku merasa sakit saat ia menceritakan ceritanya? Apa aku menyukainya? 'Tapi, bagaimana bisa?' Batinku.

Aku merebahkan tubuhku disamping Wendy yang sudah terlelap dari tadi.
Aku tidak bisa tidur, walaupun aku sudah mencoba untuk memejamkan mataku.
'Tidurlah Bae Joohyun.' Ucapku dalam hati.
Salah satu cara agar aku bisa tidur adalah, dengan menghitung domba.

Ok, kita mulai!
'Satu domba, dua domba, tiga domba, empat domba, lima domba, enam domba, tujuh dom-'

Plak!

"Aww!!" Teriakku.
Aku membuka mataku dan menoleh kesamping.
'Anak ini! Sakit tahu pipiku!' Batinku dan menyingkirkan tangan liar Wendy. Ini sudah kedua kalinya Wendy menamparku tanpa sadar.
Pipiku pasti sudah memerah, merah yang kumaksud itu bukan karena blushing atau apalah itu. Tapi, kalian tahu sendirilah karena apa.

Aku melanjutkan acara menghitung dombaku dan caranya akhirnya berhasil! Aku mulai merasakan rasa kantuk, ini manjur.

Author POV

Irene akhirnya tertidur dengan lelap, tentu dibantu dengan acara menghitung dombanya itu.
Sedangkan disisi lain, Nick berada di ruang gym dan bersiap-siap untuk mengangkat barbel berat itu. Tapi deringan ponselnya mengalihkan perhatiannya.

Nick berjalan menuju ponselnya yang terletak dikursi panjang tak jauh darinya.
'Kevin?' Batinnya ketika ia membaca siapa yang menelponnya.
"Ngapain dia menelponku?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Ēke?" Tanya Nick.
(Kenapa?)

"Nick gambhīravāgide!!" Kata Kevin setengah berteriak.
(Nick gawat!!)

"Adu ēnu?" Tanya Nick lagi.
(Memangnya ada apa?)

"Avanu hintirugiddāne." Jawab Kevin.
(Dia kembali.)

"Avanu yāru?" Tanya Nick bingung.
(Dia siapa?)

"Celeste Desjardins." Jawab Kevin memperjelas.

"Ēnu?! Ēke mādabahudu?!" Tanya Nick lagi sedikit cemas.
(Apa?! Bagaimana bisa?!)

"Nanage gottilah, nīvu niśsanśayavāgi jāgarūkarāgiri." Ucap Kevin.
(Entahlah, yang jelas kau berhati-hatilah.)

"Haudu, dhaņyavādagaļu." Ucap Nick.
(Iya, terima kasih.)

"Haudu." Balas Kevin.
(Ya).

Nick memutuskan panggilan telepon itu seraya mengusap wajahnya lelah.
'Kenapa dia kembali lagi? Apa maunya sebenarnya? Baru saja aku cerita tentang dia tadi ke Irene, langsung ada masalah tentang dia.' Batin Nick frustasi.
"Pokonya sebisa mungkin, aku tidak akan bertemu dengannya." Ucap Nick pada dirinya sendiri.

'But, apa reaksi Irene jika Celeste kembali? Lantas, bagaimana dengan perasaanku pada Irene? Apa aku akan kembali jatuh hati ke Celeste? Kalau demikian, berarti aku cuman suka sesaat pada Irene? Masa sih? Aku tidak akan jatuh lagi.' Batin Nick panjang lebar.

Nick keluar dari ruang gym. Setelah mendapat informasi dari Kevin barusan, entah kenapa Nick kehilangan nafsu gymnya. Batinnya terus saja bertanya-tanya, kenapa dia kembali lagi detelah sekian lama? Apa lagi disaat Nick sudah menaruh hatinya kepada wanita yang sekarang bersamanya.

Nick semakin bingung, apa serumit itu bagi Celeste untuk tidak lagi kembali? Kalau dia sudah pernah meninggalkan Nick, seharusnya sekalin saja dia tak usah ketemu dengan Nick lagi seumur hidupnya.
"Kenapa kisah cintaku rumit sekali? Dulu aku mencintai seseorang, tapi ditinggal. Sekarang kembali mencintai seseorang, tapi masa laluku kembali." Ucap Nick.

Nick menaiki tangga, bermaksud menuju kamarnya.
Tentu ia juga ingin mandi setelah berkeringat gara-gara nge-gym tadi.
Air hangat dari shower membasahi tubuh atletis Nick. Rencananya ia akan mandi dan kemudian pergi tidur. Ia ingin melupakan sesaat masalah tentang mantannya itu.

'Masalah besok, biarlah diurus besok saja.' Batinnya dan memejamkan matanya sesaat. Nick ingin merasakan hangatnya air itu.
Nick kembali membuka matanya dan menatap tajam dinding kamar mandi itu.
'Awas saja jika sampai wanita itu membuat hubunganku dengan Irene merenggang.' Ucap Nick dalam hati.

Setelah mengatakan kalimat itu didalam hatinya, Nick kembali menundukkan kepalanya dan membiarkan air shower menyiraminya.

Setelah mengatakan kalimat itu didalam hatinya, Nick kembali menundukkan kepalanya dan membiarkan air shower menyiraminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaarrrggghhhh!!! Kenapa aku malah jadi galau gini?!" Kesal Nick dan mengacak rambutnya frustasi.
Nick mencuci tubuh dan rambutnya menggunakan shampoo and soap yang ada sampingnya.
*eak sok inggris, padahal sering remedial kalo dipelajarannya:v

Selesai dengan ritualnya, Nick kembali kekamar dengan hanya memakai handuk. Begitu Nick selesai memakai pakaian, ia merebahkan tubuhnya dikasur empuknya.
"Selamat tidur, dan selamat datang didunia mimpiku." Ucap Nick pada dirinya sendiri, dan terlelap.




My Beloved CEO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang