Part 17

4.8K 193 0
                                    

Author POV

Nick berjalan menuju ruangannya dan duduk dikursi kebesarannya.
Ingin sekali ia melanjutkan kegiatannya, yaitu membaca laporan bulanan kantornya yang sempat terpotong itu.
Tapi apa daya? Dia merasa malas sekarang.

Jujur, Nick tidak pernah semalas ini jika soal pekerjaan. Nick selalu mengerjakan tugasnya sebagai CEO di Bateman Corp dengan benar tanpa ada kata malas dalam kamusnya, jika itu soal pekerjaan. Tapi semenjak ia menjadi presdir di SM Ent, dia mendadak malas.

'Apa aku ini hanya cocok menjadi CEO ketimbang Presdir?' Batin Nick dan mengusap wajahnya gusar.
"Tunggu, kenapa aku mendadak mempunyai feeling buruk ya dengan perusahaanku di Canada?" Gumam Nick dan menegakkan kembali posisi duduknya.

Baru saja Nick menggumamkan kata-kata itu, tiba-tiba Nick mendapat panggilan telepon.

Drrtt...drrtt...drrtt...

Kevin lütolf is calling....

Nick mengeluarkan ponselnya dan segera menganggkatnya, setelah ia mengetahui siapa yang menelponnya.

"Nick, nīvu īga manege högabēku."
(Nick, kau harus segera pulang).

"Ēke?"
(Kenapa?)

"Nim'ma kampaniyondige samasye ide."
(Ada masalah dengan perusahaanmu).

"Enū?!"
(Apa?!)

"Manege högi, prāmānikavāgi nanage idannu nirvahisalu sādhyvilla."
(Pulanglah, jujur aku tidak bisa menangani yang satu ini).

"Sari, nānu manege höguttēne."
(Baiklah, aku akan pulang).

"Oļļeyadu."
(Baik).

Tut!

Nick memutuskan panggilan teleponnya dan mengusap wajahnya yang kusut.
"Sudah kuduga bahwa feeling ini tidaklah salah." Gumam Nick dan meneggelamkan wajahnya kemeja kerjanya.

Sekarang ia merasa sangat berat untuk meninggalkan negara dan kota ini. Aneh rasanya, kenapa dia harus merasa berat untuk meninggalkan negara dan kota ini?

Irene.

"Aaarrgghhh....kenapa yeoja itu selalu berputar-putar di kepalaku?" Ucap Nick gusar.
'Apa kau tidak lelah berputar-putar di kepalaku seperti itu?' Batin Nick.
"Apa aku harus memberitahukan hal ini ke mereka?" Tanya Nick kepada dirinya sendiri.

"Kenapa aku jadi seperti ini? Apa urusannya dengan Irene?" Tanya Nick lagi.
Nick buru-buru menekan interkom dan tersambung ke ruangan
"Keruanganku sekarang." Titah Nick dan memutuskan sambuangan interkom itu.

Tok! Tok! Tok!

'Cepat juga dia.' Batin Nick.
"Masuk." Perintah Nick dan masuklah sekretaris Nick.
"Ada apa sir?" Tanya sekretaris itu sedikit ngos-ngosan.
'Mungkin dia lari-lari kemari?' Batin Nick.

Well, ini memang tidak biasanya Nick memanggil sekretarisnya seperti barusan.
"Aku akan kembali ke Canada nanti malam, tolong siapkan semuanya." Pinta Nick.
"Lalu bagaimana dengan kantor anda yang ini tuan?" Tanya sekretarisnya.

"Kantor ini tetap akan ku urus, tentu lewat ponsel ini." Jawab Nick dan menunjukan ponselnya.
Jaman sudah canggih, Nick bisa memantau serta mengurus perusahaan SM ini dengan ponselnya.
"Baik tuan, akan saya siapkan." Jawab sekretaris Nick patuh.

Setelah itu, sekretaris itu keluar dan menjalankan tugas yang diminta Nick.
"Sekarang tinggal bilang ke Irene. Eh? Jangan deh, bilang ke manager RV aja? Pasti manager bakal bilang ke member RV kan?" Gumam Nick plin plan.

"Tidak, nanti aku bilang aja." Gumam Nick lagi. Sudah ia putuskan, ia sendiri yang akan bilang ke Irene dan membernya.
Nick kembali mengerjakan tugasnya sebagai presdir dan membaca laporan yang sudah ia cuekin berjam-jam itu.

Tak terasa, hari sudah malam. Matahari sudah tenggelam dan digantikan dengan bulan, tentu saja sang bulan juga dibantu oleh bintang untuk menerangi bumi.
Nick menyudahi pekerjaannya dan menyambar jas serta kunci mobilnya.
Tampilannya kembali seperti semula.

Jas abu-abu dengan dasi orange menghiasi penampilannya.

Nick berjalan menuju mobilnya, tujuannya sekarang adalah dorm Red Velvet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nick berjalan menuju mobilnya, tujuannya sekarang adalah dorm Red Velvet. Dorm tempat tinggal wanitanya.


'What the hell?! What are you talking about? Your girl?' Batin Nick ketika ia baru saja sadar atas apa yang ia pikirkan.
Nick mengemudikan mobilnya menelusuri jalan dikota Seoul Korea Selatan.

Nick sempat membeli bunga lavender dipinggir jalan ketika ia menuju dorm red velvet.
Ketika sampai, Nick memencet tombol bel di gerbang dorm red velvet.
"Sebentar..." Teriak orang dari dalam.

Ceklek!

"Omo! Oppa!" Kaget Yeri ketika melihat Nick dengan tampilan yang....wow!
Nick hanya tersenyum malu karena ia tidak pernah dipanggil oppa seumur hidupnya.
"Yeri-ssi, ada yang ingin kubicarakan ke kalian." Kata Nick dan menatap lembut kearah Yeri.

"Eh? Oh! Selakan masuk oppa." Kata Yeri sedikit salting, ralat! Tapi sudah salting tingkat dewa.
Nick memasuki halaman dorm dan menuju pintu masuk dorm itu.
"Siapa yang da...." Irene yang melihat Nick berdiri dengan gagahnya datang terdiam sesaat.
Nick tersenyum manis kearah Irene.

Irene blushing karena senyuman seorang Nick itu memang tidak pernah tidak bisa membuat orang blushing dan diabetes.
"Ada perlu apa anda kemari, seonsaengnim?" Tanya Irene sopan.
"Jangan terlalu sopan Irene-ssi, kita tidak sedang dikantor." Kata Nick.

Kehadiran seorang Nick di dorm RV ternyata memicu keributan di dorm sekarang. Joy, Wendy, dan Seulgi langsung berteriak seolah-olah bertemu dengan artis atau idola mereka. Nick yang tidak paham dengan situasipun dengan polosnya mengikuti Irene yang menarik lengannya.

Mereka sampai di lantai 2 dan menuju balkon dikamar Irene.
"Ada apa anda kemari?" Tanya Irene langsung.
"Ada yang ingin aku katakan." Jawab Nick dan menatap Irene serius.
"Ap-apa itu?" Yang ditatap malah gugup bukan main.

Lagian siapa yang tidak gugup? Orang ditatap seserius ini?
"Aku akan kembali ke Canada." Kata Nick dan seolah disambar petir, Irene membatu.
"Ka-kapan?" Tanya Irene dan merasakan air matanya siap keluar.
"15 menit lagi." Kata Nick setelah melirik jam tangannya.

"W-wae?" Tanya Irene dan kali ini air matanya berhasil keluar. Ia juga tidak tahu kenapa ia menangis.
"Ada masalah di perusahaanku yang disana, aku harus kembali. Itu tugasku sebagai CEO Irene-ssi." Kata Nick dan rasanya ia ingin membawa Irene kedalam dekapannya saat ini.

Irene mengigit bibir bawahnya untuk menahan isakannya.
Nick akhirnya memeluk Irene hangat dan mengelus punggung Irene untuk menenangkannya.
'Kenapa berat rasanya meninggalkanmu disini Irene? Apa yang kau lakukan terhadap hatiku ini?' Batin Nick.

#sorry kalo ada yang typo😅

My Beloved CEO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang